MOJOK.CO – Blunder Nia Ramadhani sebagai host di TikTok Awards Indonesia justru menunjukkan di mana level kualitas host seorang Raffi Ahmad.
Saya pernah berpikir, kira-kira pertimbangan menduetkan Raffi Ahmad dengan Nia Ramadhani sebagai host di TikTok Awards—kapan hari lalu—itu apa ya?
Apa karena berdasarkan kemiripan usia mereka? Atau karena mereka punya relate yang sama soal buah? Di mana Raffi Ahmad takut rambutan dan Nia Ramadhani tak bisa ngupas salak?
Atau seperti yang dicuitkan netizen? Yah, kebetulan aja Nia Ramadhani lagi gabut di rumah, lalu tiba-tiba kepengin nge-host tapi harus duet sama Raffi Ahmad. Akhirnya Nia yang bayar ke Tiktok, biar itu semua bisa kejadian, bukan TikToknya yang bayar Nia.
Well, well, tentu saja nggak begitu juga lah ya.
Namun, yang saya tahu pasti soal Raffi Ahmad: meskipun slengekan, pernah dicap sebagai playboy, dan tengil, seorang Raffi adalah salah satu dari sekian artis yang multitalenta dengan kualitas bukan kaleng-kaleng.
Duet Nia Ramadhani dan Raffi Ahmad memang sempat jadi perbincangan warga Twitter karena Nia melakukan banyak sekali blunder saat nge-host. Gestur Nia yang terlihat gelisah, seperti tak mengerti apa yang harus dia lakukan di atas panggung terlihat nggak bagus sama sekali di depan kamera.
Sesekali ngedumel dan terdengar di mic, “Ih, dia terus deh yang bagian ngomong,” atau saat Nia Ramadhani secara spontan bilang, “Gue itu minus,” atau saat kepalanya tengok script host beberapa detik tapi seperti nggak tahu apa isi script host.
Kekikukan yang dilalukan Nia Ramadhani sebagai host itu, tiba-tiba langsung membuat saya flashback. Saat saya masih jadi tim kreatif TransTV untuk acara Variety Show Slideshow, dan melihat langsung seorang host beraksi di depan mata.
Kamu harus tahu, seorang host kayak aksi yang dilakukan Raffi Ahmad dan Nia Ramadhani itu punya banyak panduan. Apa saja yang harus dilakukan tiap segment dalam satu acara “Live”, misalnya begitu.
Tentu saja, sebelum acara dimulai, si host akan brief dengan Tim Kreatif. Setiap segment apa yang harus dibicarain. Plus rundown pun disediakan dalam script host seukuran telapak tangan yang sering dibawa di tangan kiri mereka. Raffi Ahmad dan Nia Ramadhani pun pasti juga akan melalui prosedur itu.
Jangan lupa, di samping atau belakang kamera ada floor director yang akan memberi isyarat seorang host harus terus ngomong atau harus menyudahi omongannya host. Ada juga “matador”, alias whiteboard kecil yang selalu dibawa kreatif. Posisinya ada di depan host di dekat kamera.
Posisi matador selalu tak bisa dilihat pemirsa di rumah. Di whiteboard kecil itu, Tim Kreatif biasanya memberi aba-aba dan instruksi yang cepat, padat, dan singkat.
Yah, matador itu seperti gantinya prompter lah. Sebuah monitor yang isinya ada tulisan berjalan dan bakal dibacain pembawa berita. Nah, matador ini adalah versi manualnya.
Kalau matador belum cukup, masih ada HT yang channel frekuensinya sudah disesuaikan dan tersambung ke earpiece si host. Kemarin itu, di TikTok Awards, ada sesuatu juga kan di kuping Nia Ramadhani dan Raffi Ahmad?
Yah, earpiece ini emang kurang lebih sama dengan HT intel yang sedang nyamar jadi tukang bakso lah. Di panggung kayak acara TikTok Awards begitu, biasanya hanya produser lapangan dan floor director yang ucapannya bisa didengar si host.
Kenapa begitu?
Ya karena kalau Creative, Production Asisstant, Produser, Executive Produser, bisa didengerin semua sama host, si host bakalan bingung orang-orang rebutan bicara ke dia. Untung saja lagi pandemi dan nggak ada penonton di studio. Karena kadang teriakan dan tepuk tangan penonton juga cukup bisa mengganggu fokus seorang host.
Jadi, saat Nia Ramadhani melakukan hal yang di luar script host, lupa dengan debriefing sebelum “Live”, terlalu berimprovisasi, atau emang kurang nge-blend aja sama Raffi Ahmad karena jarang kolab di Dahsyat.
Hal-hal kayak gitu tadi pasti bikin perasaan dag-dig-dug untuk setiap tim kreatif yang ada di belakangan kamera TV. Di sisi lain, selain bikin pusing tim kreatif, kejadian yang dialami Nia Ramadhani ini juga membuktikan satu hal kalau jadi host nggak semudah itu. Nggak sesimpel itu.
Instruksi, naluri, dan improvisasi harus menyatu dalam waktu sepersekian detik. Semua seolah telah menjadi gerak refleks yang udah nggak dipikirin lagi. Hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sangat-sangat berpengalaman.
Ini semua dilakukan si host supaya script host tak terlalu melenceng jauh, biar rekan duet host nyaman, bisa nyambung sama dia, dan durasi tak over meskipun host melakukan improvisasi.
Dari semua kerumitan itu, sekaligus pengalaman yang dibutuhkan seseorang untuk jadi host andal, saya menyaksikan sendiri bagaimana attitude seorang Raffi Ahmad begitu luar biasa. Baik di atas panggung maupun di bawah panggung.
Bagaimana dia berkomunikasi dengan baik sama kru dan kreatif sebelum acara atau becanda dengan para bintang tamu. Bahkan, setahu saya, ketika Raffi Ahmad memilih pekerjaan, dia masih mengedepankan etika. Nggak mau ambil program yang jadwal tayangnya berberangan, meski yang satu recording yang satu “live”.
Kini, berkat Nia Ramadhani, banyak dari kita akhirnya tersadar bahwa Raffi Ahmad memang pantas mendapat bayaran mahal. Ketika teman duet host melakukan banyak blunder, Raffi tetap tenang. Sesekali mencoba menetralisir suasana.
Padahal, saya cukup yakin, mungkin di earpiece-nya Raffi Ahmad itu, sudah terdengar suara-suara instruksi dari produser. Belum dengan mengingat lagi apa yang ditulis di script host-nya, sambil tetap berusaha santai melihat prompter atau matador.
Seperti ketika ada improvisasi di luar script host di mana Ayu Dewi tiba-tiba masuk untuk mencairkan suasana kikuk. Raffi Ahmad terlihat jauh lebih siap dan santai. Sampai akhirnya kita sama-sama tahu, blunder demi bluder Nia Ramadhani nge-host malah membuatnya masuk ke akun Lambe Turah dan trending cukup lama di Twitter.
Dari sana kita juga jadi paham, Raffi Ahmad itu ternyata level nge-host-nya emang sudah di atas rata-rata. Sekaligus juga membuat kita sadar, ternyata nge-host adalah pekerjaan yang sangat sulit.
Kayaknya jauh lebih sulit ketimbang mengupas salak bagi seorang Nia Ramadhani.
BACA JUGA Nia Ramadhani dan Citra Perempuan Nggak Bisa Ngapa-ngapain dalam Media dan tulisan Cepi Komara lainnya.