MOJOK.CO – Saya yakin Pemda Purwokerto tahu masalah kronis bernama pungli parkir liar. Namun, banyak yang resah mereka maunya tutup mata dan cuci tangan.
Orang semakin akrab dan menyukai istilah slow living. Khususnya masyarakat urban, yang mulai muak. Khususnya dengan kehidupan metropolitan yang serba cepat dan tekanan yang kian berat. Ini membuat alam bawah sadar mereka merindukan kehidupan yang lebih perlahan, santai, dan jauh dari kebut-kebutan waktu dan pekerjaan.
Maka, muncul sederet city list. Sebuah daftar, yang isinya nominasi kota paling enak untuk slow living. Salah satunya Purwokerto.
Sebagai sebuah kota, Purwokerto terbilang cukup lengkap dan memadai. Untuk menikmati hawa pegunungan, cukup setengah jam perjalanan ke utara, kita sudah bisa menikmati segarnya udara Baturraden dan keindahan alamnya.
Di sana, kamu bisa mengeksplorasi ratusan curug dan wisata alam lainnya. Satu jam perjalanan ke selatan, kita sudah bisa menikmati keindahan pantai di pesisir Cilacap. Jika mau lebih usaha lagi, bisa bergeser ke arah pesisir timur untuk menikmati keindahan di wilayah pesisir Kebumen dengan pantai-pantai eksotisnya bertebing curam tapi dengan tawaran indahnya matahari tenggelam.
Kalau mau menikmati keindahan perkebunan teh, kunjungi kawasan Agro Wisata Kaligua di bagian barat daya kota, tepatnya di wilayah Bumiayu. Hanya satu jam lebih sedikit dari pusat kota.
Ingin menikmati Dieng? Cukup menempuh perjalanan sekitar dua sampai sampai jam. Simple to say, untuk urusan travelling dan having fun, Purwokerto tidak akan pernah kekurangan destinasi.
Jika definisi slow living adalah hidup dengan santai, menikmati keindahan alam, dan menjalani hari-hari dengan perlahan, boleh memasukkan Purwokerto ke dalam daftar tersebut.
Pungli menjadi identitas Purwokerto
Saya tinggal cukup lama di Purwokerto. Tidak kurang dari 24 tahun. Jika kita mengonversi angka tersebut menjadi durasi masa tempuh studi, rasa-rasanya saya sudah sampai di S3.
Selama 24 tahun ini, saya melihat laju Purwokerto dari tahun ke tahun. Salah satu masalah yang mulai merepotkan warga Purwokerto adalah kemacetan.
Selain kemacetan, ada satu lagi masalah yang cukup serius, tapi minim penanganan. Masalah itu adalah masifnya pungli dalam bentuk tarikan parkir.
Saya yakin Pemerintah Purwokerto tahu masalah pungli ini. Namun, sejauh ini, saya malah merasa mereka seakan tidak mau tahu. Tak usah jauh-jauh, deh. Di sepanjang Alun-Alun, tepat di depan hidung Pendopo Kabupaten, bertebaran juru parkir yang lebih mirip pemalak.
Pasalnya, mereka menarik uang di awal untuk kemudian pergi dan menghilang entah ke mana. Jangan tanyakan apakah motor yang kita bawa aman atau tidak. Para oknum jukir itu seakan-akan menganut falsafah “Kendaraan hilang bukan tanggung jawab kami.”
Baca halaman selanjutnya: Masalah kronis yang didiamkan oleh pemerintah.












