[MOJOK.CO] “Perhatian! Bagi yang menantikan Eiffel… I’m in Love 2 ini prediksi suka sama suka. Jika suka spoiler, bacalah tulisan ini.”
Sebagai film yang sukses meraup 3,7 juta penonton di bioskop, sayang rasanya jika Eiffel… I’m in Love tidak dilanjutkan. Tidak mau kalah dengan AADC, AAC, dan Jailangkung, diumumkanlah tanggal rilis sekuel film duet Shandy Aulia dan Samuel Rizal ini, yakni 14 Februari 2018. Bertepatan dengan Hari Valentine. Sudah seperti jadwal tayang Fifty Shades of Grey.
Lalu bagaimana kisah cinta Tita dan Adit di film sekuelnya? Jika dilihat dari trailer Eiffel… I’m in Love 2, kurang lebih nasib Tita sama dengan Cinta di AADC2. Jika Cinta dipanggil “Ta” oleh Rangga, berbeda dengan Tita yang mau tak mau dipanggil “Tit”. Mirip bunyi sensor untuk kata-kata kotor. Untuk kepentingan naskah cerita, Tita dipaksa menjalin long distance relationship dengan Adit selama belasan tahun. Kejam sekali membuat Tita yang pluto (polos, lugu, dan to the point) harus menanggung beban seberat itu. LDR itu tidak mudah. Apalagi Paris-Indonesia. Jangankan beda negara selama belasan tahun seperti Tita dan Adit, apabila orang normal, LDR Jakarta-Bekasi selama tiga bulan saja sudah menyerah minta ampun.
Namun, bisa dibilang Tita sedikit lebih beruntung ketimbang Cinta yang ditinggalkan oleh Rangga tanpa kejelasan. Setidaknya Tita punya status hubungan. Walau hampir tanpa hubungan, yang penting ada status. Tidak merasa jomblo saja sudah syukur.
Belasan tahun memperjuangkan cinta dalam jarak, rentetan bully yang diterima oleh Tita selama melajang dengan mudah bisa terbayang. Sewaktu nengok teman SMA yang baru lahiran, Tita bakalan ditegor, “Makanya, buruan nikah. Biar punya anak.” Tita hanya senyum kecut sembari menyikat habis sate kambing akikahan.
Sewaktu kondangan, Tita ditanya kapan nyusul. Tita malah jawab, “Nunggu ada promo tiket pesawat murah.” Maklum, Tita kan pluto. Padahal maksudnya nyusul nikah, bukan nyusulin Adit ke Paris. Ngomong-ngomong, maksud Paris di sini bukan Perempatan Ciamis, kan? Ya kali Tita dan Adit berdialog dalam bahasa Sunda.
“Tita geulis teu?” tanya Tita meminta perhatian Adit.
Adit menjawab sekenanya, “Geulis pisan.”
“Lamun geulis, ditingali atuh. Ulah tingal Mobile Legend wae.” Tita merebut smartphone Xiaomi Adit, lalu melemparnya ke luar jendela.
Di film pertama, Tita digambarkan sebagai bontot dari keluarga berada. Untuk ukuran anak SMA, kehidupan Tita sudah bisa dibilang sempurna. Setidaknya sepulang sekolah, Tita tidak perlu menyemir sepatu, menyamak kulit sapi, dan memetik kelapa sawit. Kedua orangtua utuh dan masih tidur seranjang.
Tita punya kakak bernama Alan yang hobi main basket walau kalahan. Mungkin karena sering dipanggil si Alan. Nama adalah doa. Sebagai anak bungsu, bahkan Tita tidak pernah berkelahi dengan adiknya.
Masalah percintaan, Tita punya pacar. Pacar yang mau-maunya diajak backstreet. Sebab Tita diperlakukan over protective oleh orangtuanya. Tita minta izin main bareng teman ke mal saja tidak diperbolehkan. Alasannya, mal dirasa tidak aman karena menjadi sarang narkoba.
Teman pun Tita tidak kekurangan. Kendati temannya sering sotoy. Tapi, karena kesoktahuan teman inilah hidup Tita yang adem ayem pun jadi berkonflik. Temannya beranggapan Tita akan dijodohkan dengan Adit, anak dari teman papanya Tita yang kebetulan sepantaran. Tita yang sudah punya pacar jelaslah tidak mau dijodohkan dengan Adit. Apalagi saat itu judesnya Adit tipis-tipis sama dengan Rangga. Kalau ganteng ya relatif.
Namun, setelah melewati beragam drama sampai melibatkan komolekan tubuh Titi Kamal muda, cinta Adit dan Tita akhirnya bersemi. Voilà! Di ending, betulan Tita tunangan dengan Adit di depan menara Eiffel. Hubungan keduanya pun diketahui oleh orangtua masing-masing. Ajaibnya, hubungan mereka diberi izin legalitas oleh orangtua Tita. Lalu, apa bedanya dengan dijodohkan? Malah lebih bagus, karena dari keduanya jelas ada consent.
Nah, menariknya, di trailer film keduanya, lagi-lagi Tita teperdaya oleh perkataan teman. Di situ, dengan sotoy, temannya bilang Tita akan dilamar oleh Adit karena alasan lama pacaran. Padahal belum tentu Adit kepikiran melamar Tita yang watak dan gaya bicaranya masih seperti remaja berumur 15 tahun alias belum berubah sejak film pertama.
Namun, bila mengikuti pola di film sebelumnya, bisa jadi perkataan teman Tita akan menjadi kenyataan. Adit beneran melamar Tita di ending. Melamarnya di mana? Ya di depan Menara Eiffel! Masa di Pulau Komodo? Dilamar kagak, dikenyot komodo iya.
Sebelum mencapai titik tersebut, tentulah Adit dan Tita akan melewati beragam rintangan. Tita dekat dengan mantan pacarnya lagi. Adit punya teman tapi mesra. Lalu keduanya bertengkar seperti anak TK, gebuk-gebukan boneka.
Jika masih memakai formula dari film sebelumnya, Tita dan Adit akan double date, namun membawa pasangan masing-masing. Tita bawa cowok lain, Adit bawa cewek lain. Untuk menunjukkan siapa yang lebih bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik. Uhuy.
Tapi, ya tetap mereka bakal kembali bersama pada akhirnya. Mana berani film komedi romantis populer produk Indonesia memberikan ending yang tidak menyenangkan penonton? Seperti kata Wade Wilson di ending film Deadpool, semua orang suka dengan akhir yang bahagia. Ingat, AADC2! Jangan terkecoh lagi.
Untuk karakter yang akan mati di sekuel ini, sepertinya tidak ada yang mati. Karena ini bukan Game of Thrones yang mengharuskan setiap episode ada nyawa yang melayang.
Lalu, alasan Papa Tita mengajak keluarga pindah sementara ke Paris pun belum jelas. Di trailer, ketika dikonfirmasi Tita, Papa Tita hanya jawab, “Yha!” Namun, mengingat pemeran Papa Tita adalah Helmy Yahya, bisa jadi di sana sekalian dia menjadi Mr. Money untuk syuting “Uang Kaget” edisi 7 Keajaiban Dunia. Menyusul syuting di Taj Mahal, Menara Pisa, Colosseum, dan Tembok Besar Tiongkok.
Lalu, apakah Tita dan Adit akan menikah di film ini? Rasa-rasanya tidak. Cerita berhenti ketika Adit telah melamar Tita di depan menara Eiffel. Jika mau mempertontonkan pernikahan Adit dan Tita, Sunil Soraya akan membuat film lanjutannya: “Eiffel… I’m in Love 3: The Wedding”.
Namun, yang tidak kita sadari sampai saat ini, bisa saja di dunia paralel, sineas Perancis membuat film ber-setting Indonesia. Judulnya tentu saja me-mention landmark tanah air, yaitu “Monas… I’m in Love”. Dengan tagline, “Kisah cinta superdamai.”