Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Prancis vs Maroko: Tentang Narasi Politik yang Harus Tunduk di Hadapan Sepak Bola

Moddie Alvianto W. oleh Moddie Alvianto W.
14 Desember 2022
A A
Prancis vs Maroko MOJOK.CO

Ilustrasi Prancis vs Maroko. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Maroko adalah negara keempat setelah Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan yang menyatakan normalisasi hubungan dengan Israel. Normalisasi tersebut dinamakan Abraham Accord. Tentu saja, keputusan yang dilakukan PM Othmani pada Desember 2020 menuai polemik. Sebagai negara yang mayoritas muslim, tentu sebagian besar menentang kuat keputusannya.

Yang menarik adalah keputusan tersebut dibuat oleh Partai Keadilan dan Pembangunan (PJD), partai yang berhaluan islamis. Ini menimbulkan ambivalensi, toh. Bagaimana mungkin partai yang bercorak seperti itu justru melakukan normalisasi dengan Israel? Serba tidak mungkin jika di Indonesia.

Keputusan kedua yang bikin marah masyarakat Maroko adalah penggunaan Bahasa Prancis untuk pengajaran materi sains dan teknologi di SMA dan universitas. Bagi masyarakat, ini sama saja membolehkan Prancis untuk “menjajah” lagi melalui sektor pendidikan.

Akhirnya, popularitas PJD menciut. Mereka digantikan oleh partai yang berhaluan liberal-nasionalis, Partai Reli Nasional Independen (RNI). Kocak, yhaa. Sekali lagi, ini tidak mungkin terjadi di Indonesia.

Prancis dan Afrika, dekat, tapi tak bersahabat

Maroko memang lepas dari Prancis sejak 1956. Namun, tampaknya nilai-nilai negara pusat mode dunia itu masih melekat di sana. Sebagai contoh, meskipun bahasa resmi mereka Arab, tetapi untuk urusan bisnis dan pemerintahan, cenderung ke Bahasa Prancis.

Prancis memang masih memiliki tempat di hati pemain Maroko. Sebut saja Sofiane Boufal. Dia pernah mengatakan bahwa dia tidak mungkin melupakan Prancis karena di sana dia tumbuh dan negara anggur inilah yang menerima keberadaan orang tuanya.

Namun, justru sebaliknya, ketika orang-orang Prancis melihat Maroko, apalagi Afrika secara keseluruhan. Meskipun, konon terbilang negara liberal-sekuler dan mau menerima warga dari mana saja, nyatanya tidak semua orang mengamini.

Tanyakan saja pada Lord Jean-Marie Le Pen, pimpinan partai Front Nasional era 2002. Pada 1998, dia meminta secara khusus kepada Christian Karembeu untuk tidak menyanyikan lagu kebangsaan Prancis. Alasannya ada dua, yaitu nggak ngerti Bahasa Perancis dan miskin loyalitas.

Lalu, apa yang dilakukan Karembeu?

“I know the history of my people.” Kalimat itu berkaca pada sejarah pemberontakan orang-orang Afrika pada 1970, dan lebih jauh, tragedi Paris Colonial Exposition pada 1931. Kakek buyut Karembeu adalah satu dari ratusan orang yang dibawa secara paksa ke Prancis. 

Orang-orang Kanaks dari New Caledonia itu lalu dilabeli sebagai “para kanibal”. Setelah acara selesai, para kanibal itu dijadikan “alat tukar” oleh Prancis dengan Jerman. Sebagai gantinya, Prancis mendapatkan beberapa ekor buaya dari Jerman.

Glorifikasi atas kaum kulit putih

Glorifikasi atas kaum kulit putih terus didengungkan oleh masyarakat Prancis kepada orang-orang Perancis yang dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlalu. Ada yang mengatakan bahwa timnas Prancis pada 1998 dan 2018 adalah expropriating African footballers. Haduh.

Bahkan, yang lebih menyakitkan, salah satu The Daily Show memberikan ucapan yang tergolong rasis (menurut saya).

“Afrika telah menang. Afrika menjadi juara dunia. Saya tahu Prancis juara, tetapi saya juga memahaminya sebagai saudara Afrika di timnas Prancis.”

Iklan

Maka dari itu, tidak heran kalau banyak yang mengatakan bahwa timnas Prancis kali ini, apabila berhasil menjadi juara lagi, jangan kaget buat penonton ketika mendengar kalimat seperti itu.

Sejarah di depan mata

Dini hari nanti, baik Prancis maupun Maroko, jika berhasil melenggang ke final, sama-sama menorehkan sejarah. Perancis menyusul Italia dan Brasil jika mampu menjadi juara secara back to back. Sementar aitu, Maroko akan menjadi tim pertama dari Afrika yang mampu menapak final.

Bagi masyarakat kulit putih Prancis, barangkali biasa saja atau cenderung tidak senang (?) jika mencapai final. Namun, bagi Maroko, ini adalah kemenangan untuk Afrika, Arab, dan juga Islam. Moustapha Hadji, legenda sekaligus pemain Maroko yang mampu menjadi pemain terbaik Afrika pernah berkata:

“Morocco loves the game and is a real football country. Football is magic – it can do things that no other sport can. Politics can’t do that. Only football.”

Ya, bagi Maroko, sepak bola adalah segalanya. Ia yang mampu menyekat urusan tidak penting, khususnya politik, dan memadukan unsur dari diaspora mana saja.

Sebab, politik yang harus tunduk pada sepak bola. Bukan sebaliknya.

BACA JUGA Sekularisme Prancis dan Kegagapan Kita Mengelola Ketersinggungan dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Moddie Alvianto W.

Editor: Yamadipati Seno

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 14 Desember 2022 oleh

Tags: AfrikajermanmarokoPiala duniaprancis
Moddie Alvianto W.

Moddie Alvianto W.

Analis di RKI. Tinggal di Yogyakarta.

Artikel Terkait

kerja sama indonesia prancis.MOJOK.CO
Sosial

Indonesia-Prancis Teken Kerja Sama Perfilman di Candi Borobudur, Angin Segar Industri Sinema Tanah Air

29 Mei 2025
gamelan jogja di prancis.MOJOK.CO
Seni

Gamelan Jogja Dijauhi Anak Muda Daerah Sendiri karena Dianggap Mistis tapi Diminati di 7 Kota Prancis

22 April 2024
kulturpass untuk anak muda di jerman mojok.co
Sosial

3 Negara Ini Ngongkosin Anak Mudanya untuk Nonton Konser, Film, dan Beli Buku. Indonesia Kapan?

1 Agustus 2023
Elektabilitas Ganjar Pranowo merosot tajam. MOJOK.CO
Kotak Suara

Dinilai Gagalkan Piala Dunia U-20, Elektabilitas Ganjar Pranowo Dipepet Prabowo

11 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.