MOJOK.CO – Baik Prancis maupun Maroko, jika berhasil melenggang ke final Piala Dunia 2022, sama-sama berpotensi menorehkan sejarah.
Sebagai negara yang berulang kali mencetak sejarah di sepak bola, bukanlah sesuatu yang fenomenal ketika Maroko mencapai semifinal pada perhelatan Piala Dunia 2022. Sebelumnya, Maroko adalah negara Afrika pertama yang mampu masuk ke kualifikasi Piala Dunia 1970. Bahkan, dua windu setelahnya, di Piala Dunia 1986, mereka menjadi negara pertama yang mampu melewati fase grup.
Menariknya, dua rekor sejarah itu berhasil Maroko ciptakan di Meksiko. Sebuah negara yang bahkan prestasi tertingginya hanya sampai babak perempatfinal ketika Piala Dunia digelar di rumahnya.
Di semifinal yang akan digelar di Stadion Al-Bayt, Maroko harus berhadapan dengan sang petahana, Prancis. Apabila menilik statistik lima pertemuan terakhir, mereka tidak pernah menang. Bahkan, di pertandingan “persahabatan” di Saint-Denis, November 2007 berakhir seri. Dua sama.
Saya menggunakan tanda petik pada kata “persahabatan” karena ada sejarah panjang antara dua negara ini. Mari kita bedah.
Scramble of Africa, buah tangan Jerman untuk Prancis
Pada mulanya adalah Konferensi Berlin pada 1884-1885 yang dinahkodai oleh Kanselir Jerman, Otto von Bismarck. Saat itu, negara adidaya di Eropa bermufakat untuk bagi-bagi kue wilayah Afrika. Era itu boleh disebut sebagai Scramble of Africa (Perebutan Tanah Afrika).
Ada tujuh negara yang mendapatkan kue tersebut. Mereka adalah Belgia, Spanyol, Portugis (sekarang disebut Portugal), Jerman, Prancis, dan Inggris. Dua negara terakhir mendapatkan lebih dari 25 wilayah.
Kepemilikan Maroko terbagi menjadi dua negara, yaitu Prancis dan Spanyol. Semula, hanya Prancis yang bisa menguasai negara itu melalui Traktat Fez. Namun, pada akhir 1912, Spanyol mendapatkan sebagian wilayah, yaitu daerah selatan.
Inilah permulaan dari yang tidak mengherankan ketika kamu menemukan begitu banyak pemain diaspora di timnas Maroko. Salah satunya kapten timnas, Romain Saiss. Pemain belakang kelahiran Bourg-de-Peage, 26 Maret 1990, memiliki darah Prancis dari ibunya.
Kata diaspora, sepengetahuan saya, identik dengan komunitas Yahudi yang menyebar ke seluruh dunia, termasuk Maroko. Memang nggak salah, sih. Asal kamu tahu bahwa mereka adalah negara di Afrika Utara yang memiliki komunitas Yahudi terbanyak. Jumlahnya tiga ribu orang.
Menariknya, di Israel terdapat komunitas Yahudi berjumlah 700.000 yang berasal dari Maroko. Jadi, boleh dikata, sejak dari dulu, mereka bersahabat meskipun tidak dekat dan erat.
Baca halaman selanjutnya….