Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Peristiwa Mako Brimob dan Para Penganut Teori Konspirasi

Rijal Mumazziq oleh Rijal Mumazziq
10 Mei 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ada golongan orang yang menganggap tragedi seperti di Mako Brimob kemarin atau kejadian seram lain selalu mengandung teori konspirasi.

Saya tidak tahu apakah teori konspirasi ini masuk kajian sosiologi atau psikologi. Mungkin juga masuk kategori cocokologi. Sebab, penganut teori ini bisa dengan imajinasinya mencocokkan dan mengutak atik gatuk sebuah peristiwa, menghasilkan kesimpulan yang serampangan, lalu dipakai sebagai justifikasi. Dengan demikian, teori ini bisa disebut teori Chiki. Sebab, sebagaimana jajanan Chiki, teori ini kriuk, renyah, gurih, dan enak dirasakan, tapi miskin gizi, nirvitamin, dan… katanya sih banyak vetsin alias micin.

Namanya juga teori Chiki, sudah pasti gurih. Ketika peristiwa gugurnya polisi di Mako Brimob menyeruak ke publik, tanpa mengurangi rasa duka mendalam atas gugurnya para prajurit terbaik Polri, saya menunggu penganut teori konspirasi melontarkan analisis kelas Chiki-nya terkait peristiwa tersebut. Dan, benarlah, sudah ada yang menyebut bahwa itu hanyalah settingan polisi, pengalihan isu atas naiknya dolar, dan konspirasi lainnya.

Terlepas dari kebenaran pendapatnya, jika dicermati, penganut teori konspirasi ini punya ciri-ciri luar biasa seperti berikut.

1. Punya imajinasi liar

Dia sanggup menyusun imajinasinya seperti menyusun rangkaian puzzle. Ini begini, lalu begitu, kemudian seperti ini. Runtut. Persis cerpenis menyusun plot cerita. Sayang, jalinan cerita berbentuk imajinasi ini gampang dipatahkan. Sebab, tidak didukung dengan analisis dan bukti secanggih cara Sherlock Holmes.

Kalau Anda tahu Alfian Tanjung, ya seperti itulah tipikal pegiat teori konspirasi. Kalau dikasih mik, dia bakal ngerocos soal bank, vaksin, imunisasi, dan tentu saja imajinasinya soal PKI. Menciptakan imajinasinya sendiri, dipercaya sendiri, dan mengajak orang lain mempercayai igauannya. Kalau nggak ikut pandangan dia pasti dituduh antek PKI.

Ya, jika di mata Donald Trump kita adalah orang kere, bagian dari fuqara dan masakin, di mata Alfian Tanjung, selain dirinya dan kelompoknya, semua adalah pendukung komunis. Pe ka i. Anak buah Wahyu Setiaji. Titik. Siapa Wahyu Setiaji ini? Cari sendirilah. Saya bosan menerangkan imajinasi orang.

2. Sikap sok yes

Dia menganggap dirinya sejenius Hercule Poirot. Padahal babar blas. Ketika bom Bali 1 terjadi, saya membaca analisis sok yes ini dari majalah Sabili. Awalnya, sebagaimana pencinta majalah ini, saya mengimani (hahaha) teorinya bahwa CIA ada di balik pengeboman mengerikan itu dan Imam Samudra, Mukhlas, dan Amrozi hanyalah pion. Tapi, kemudian saya meyakini ini adalah teori sampah. Sebab, trio bomber ini pun menuliskan kisahnya dan saya punya buku karya ketiganya sebelum dieksekusi.

Setahun sebelumnya, ketika menara kembar WTC meledak pada 11 September, teori konspirasi juga muncul. Bla bla bla. Percaya terserah, nggak percaya juga tidak masalah. Sebab, berdebat dengan penganut teori konspirasi sama halnya membuang waktu untuk berdebat soal apakah 3 loli Milkita memang setara dengan segelas susu.

3. Penyuka film Hollywood

Saya hakul yakin kalau penyuka teori konspirasi ini adalah penggemar berat film Hollywood. Kalau dia penggemar Bollywood, pasti dia suka nyanyi dan menari. Kalau suka Hollywood, dia pasti suka film genre eksyen-konspirasi seperti “Traitor”, “Conspiracy Theory”, “JFK”, “All President’s Men”, dan sebagainya. Namanya juga teori konspirasi, pasti ada dalang, pion, kisah berbelit, dan teori.

Jika setelah menonton film-film konspirasi lalu meyakini analisis kita bakal setajam para detektif, seharusnya kita menonton film Jackie Chan, Donnie Yen, dan Jet Li juga lalu mengimani apabila kemampuan bela diri kita bakal setara dengan mereka.

Iklan

4. Antek Amerika

Lho, kok bisa? Jelas. Penganut teori konspirasi biasanya menuduh AS sebagai dalang. Mereka pelaku, kita korban. Mereka penganiaya, kita dizalimi. Narasi demikian terus saja dilanggengkan sampai meteor cokelat menghantam ladang gandum dan jadilah Koko Krunch. Makanya, saya curiga mereka ini antek Amrik yang sedang menyamar. Kok semuanya dihubungkan dengan superioritas Amrik.

Di Indonesia, penganut teori konspirasi ini biasanya nongol saat ada peristiwa yang memakan korban jiwa. Misalnya, pengeboman. Saat bom Thamrin meledak, mereka bilang ini hanya ulah pemerintah untuk mengalihkan isu. Ketika dikejar, isu apa? Mbuletlah jawabannya.

Ketika ada orang mencelakai pastur dan berniat meledakkan diri di gereja di Medan, sontak nongol teori ini. Katanya, orang kafir berniat menjelek-jelekkan citra Islam, bla bla bla disertai analisis kelas kompor meleduk. Lalu di-share rame-rame hingga terbukti pelakunya muslim dan orangtuanya minta maaf di hadapan pers. Kejadian di Samarinda juga sama. Bom diledakkan dan seorang balita menjadi korban. Lagi-lagi teori konspirasi muncul. Ini, itu, settingan polisi dan sebagainya.

Saya percaya jika setiap peristiwa terjadi karena jalinan berbagai faktor. Ada alasan rasional membuktikannya. Tapi, jika setiap kejadian, khususnya pengeboman maupun penembakan yang memakan korban jiwa dianggap settingan, teori konspirasi, pengalihan isu, dan sebagainya, saya curiga jangan-jangan mereka ini diam-diam mendukung ISIS maupun teroris berkedok agama. Teroris haruslah tetap disebut teroris. Kalau dia disebut “mujahid” saya khawatir kelak maling pun hanya disebut sebagai “pemindah barang”.

Wallahu a’lam bisshawab.

 

Baca juga tulisan menarik lainnya Rijal Mumazziq.

 

Terakhir diperbarui pada 11 Mei 2018 oleh

Tags: Alfian Tanjungbom balibom thamrinmako brimobPKIteori konspirasiwahyu setiaji
Rijal Mumazziq

Rijal Mumazziq

Artikel Terkait

PKI dan Politik Ingatan: Dari Demonisasi hingga Penghapusan Sejarah
Video

PKI dan Politik Ingatan: Dari Demonisasi hingga Penghapusan Sejarah

27 September 2025
bti, petani, tani.MOJOK.CO
Ragam

Rumus “3S-4J-4H” Wajib Dijalankan Pemerintah Kalau Mau Petani di Indonesia Maju

28 Januari 2025
Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah MOJOK.CO
Esai

Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah

30 September 2024
seni berpemilu ala pki jasmerah mojok
Video

Begini Strategi PKI Memenangkan Suara di Jawa Tengah pada Pemilu 1955

21 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.