[MOJOK.CO] “Novel Wiro Sableng seru, termasuk di perkara percintaannya.”
Jka kalian adalah netizen milenial, berada di sekitar Jakarta pada November tahun lalu, pembaca sastra dan utamanya berjivva artsy, mungkin Anda menonton pertunjukan teater di Taman Ismail Marzuki berjudul “Perempuan-Perempuan Chairil”.
Nah, saya meminjam judul pentas titer tersebut untuk menceritakan soal perempuan yang pernah singgah di hidup Wiro Sableng. Kenapa? Karena saya nggak lihat pertunjukan “Perempuan-Perempuan Chairil”. Saya juga lebih banyak membaca serial karya Bastian Tito dibanding membaca puisi-puisi Chairil. Jangankan membaca, memiliki buku puisi Chairil saja saya nggak punya. Buku puisi yang saya punya hanyalah kumpulan pwissie Beni Satrio, hekekeke.
Jika dalam titer soal Chairil, ada empat tokoh perempuan yang ditampilkan, dalam kesempatan yang berbahagia dan sering hujan ini, perkenankan hamba menuliskan lima nama perempuan yang ada di sekitar pendekar kita kepada kisanak-nisanak sekalian. Meski ada lima perempuan yang saya ceritakan sekilas, yakinlah bahwa membaca tulisan ini nggak perlu waktu sepeminuman Mogu-Mogu stroberi. Dan jika kalian tanya kenapa lima? Karena saya Pancasila, saya Indonesia. Tsaaahh!!!
Anggini
Nama ini pasti muncul dalam setiap perbincangan mengenai Wiro Sableng. Merupakan murid Dewa Tuak, dengan Selendang Sutra Ungu sebagai salah satu senjata saktinya. Salah satu jurus andalannya bernama Memecah Angin Memukul Matahari Menghancurkan Rembulan. Ngeri akutu~
Sebenarnya, Anggini tak pernah benar-benar menjadi kekasih Wiro meski mereka sudah sama-sama tahu kalau dijodohkan oleh Dewa Tuak. Anggini sering menjadi penyelamat Wiro Sableng dalam beberapa pertarungannya melawan pesilat dari golongan hitam. Dalam suatu kesempatan, keduanya pernah membahas soal perjodohan ini, namun tidak menjurus ke hal yang seriyes apalagi pernikahan. Keduanya malah sepakat untuk menanyakan ulang kepada guru masing-masing dan berjanji bertemu berempat dua purnama kemudian.
Cinta kasihnya yang dalam pada Wiro ternyata tidak membuatnya lantas cinta buta. Anggini merupakan sosok realistis, sehingga ketika makin lama tak juga ada kejelasan hubungan antara dirinya dengan Pendekar 212, Anggini lantas memutuskan menikah dengan Panji, pemuda gagah yang pernah menyelamatkannya setelah terluka dalam dua pertarungan yaitu melawan Datuk Gadang Mentari dan Sika Sure Jelantik dalam seri “Pedang Naga Suci 212”. Dan, pernikahan Anggini dengan Panji terjadi ketika Wiro menghilang, iya menghilang dan dirindukan oleh banyak pemujanya.
Bidadari Angin Timur
Inilah perempuan paling dicintai Wiro. Bidadari Angin Timur juga berjuluk Nyi Bodong karena mempunyai keahlian bernama Ilmu Pusar Pusara yang bisa mengeluarkan cahaya biru bernama Geni Biru dari pusarnya yang bodong. Duh, kayak kompor gas~
Ilmu sakti itu pernah dikeluarkannya ketika membunuh Topeng Perak yang berniat menangkap Tubagus Putrakesuma alias Jatilandak. Pertarungan ini tidak disengaja, Bidadari lari tak keruan tujuan ketika mengetahui Wiro sakit keras setelah kehilangan kelaki-lakiannya. Dalam pelarian inilah Bidadari bertemu Jatilandak yang diserang Topeng Perak. Jatilandak adalah lelaki lain yang membuat Bidadari Angin Timur jatuh hati di masa lalu. Dan pertemuan ini membuat BAT galau, Luuur….
Pendekar cantik berambut pirang sepinggul berlesung pipit ini juga yang paling kencang mengejar cinta Si Sableng. Bahkan ketika di Bukit Ampel, Ratu Duyung sedang bertarung dengan Bunga, BAT sekedar melihat dan mendiamkan saja, sambil berharap Ratu Duyung kalah oleh Bunga, sebab BAT menganggap saingan terberatnya mendapatkan Wiro hanya Ratu Duyung. Tapi, saya belum menemukan sampai saat ini, apakah Wiro dan BAT meniqa atau cuma dadi konco mesra.
Puti Andini
Cucu dari Tua Gila yang tinggal di Andalas. Tua Gila sendiri adalah mantan pertama dari Sinto Gendeng. Puti Andini kemudian mewarisi Pedang Naga Suci 212, senjata mustika pasangan Kapak Maut Naga Geni 212. Dua senjata ini mulanya adalah warisan dari Kiai Gede Tapa Pamungkas, guru dari Sinto Gendeng dan Tua Gila.
Puti Andini pada awalnya datang ke Tanah Jawa mengemban tugas untuk mencari dan membunuh Wiro, namun bukannya bertarung mencoba membunuhnya, Puti malah jatuh cinta pada pemuda gondrong bertato 212 di dada itu.
Puti Andini tercatat dua kali patah hati, pertama ketika Wiro tak kunjung menyatakan cinta padanya sehingga membuat Puti berpaling ke Panji. Kedua, Panji malah meniqa sama Anggini. KZL. Dua kali patah hati inilah yang kemudian membuat Puti Andini menyepi di salah satu tempat di pesisir selatan Jawa.
Puti Andini diceritakan mati lebih dulu dibanding perempuan-perempuan lain. Saya terlewat membaca bagaimana dia meninggal. Namun, sebelum meninggal, Puti Andinilah yang berjasa menyelamatkan nyawa Wiro yang kena sihir sesat Datuk Lembah Akhirat. Dengan keberaniannya—juga rasa cintanya pada Wiro tentu saja, Andini perlahan menancapkan Pedang Naga Suci 212 pada dada Wiro, tepat pada rajah bertuliskan angka 1.
Ratu Duyung
Wiro pernah berjasa menyembuhkan kutukan Ratu Duyung dan para pengikutnya sehingga Sang Ratu memberikan beberapa ilmu kesaktian pada Pemuda Sableng ini, salah satunya adalah Ilmu Menembus Pandang. Wiro terang jatuh hati pada perempuan sakti ini. Bahkan dalam salah satu seri ketika Hantu Santet Laknat menyaru rupa menjadi perempuan cantik, dia sempat menyebutkan nama Ratu Duyung dan Wiro pemuda sableng yang banyak nakal tanpa akal ini berdesir sekejap demi mendengar nama Ratu Duyung disebut.
Hampir mampus dia ditikam kenangan.
Sekali waktu, Ratu Duyung dan ketiga perempuan di atas pernah bertemu di Bukit Ampel untuk sama-sama membahas mencari tahu dan mencari cara menemukan Wiro yang hilang kabar dari dunia persilatan. Hadir juga Bunga, perempuan dunia roh yang juga cinta pada Wiro meski tanpa diundang. Dan antara Bunga dengan Ratu Duyung memang ada perselisihan, sehingga terjadilah pertarungan di antara keduanya.
Luhcinta
Nama ini tidak muncul di jagat persilatan Nusantara, tapi di sebuah negeri asing bernama Latanahsilam. Wiro dan Luhcinta sama-sama memendam perasaan. Wiro si pemuda promaag, eh pemuda sableng, pernah mengaku kepada Hantu Selaksa Angin kalau dia tertarik pada Luhcinta. Sedangkan Luhcinta tidak mau mengakui kalau dia naksir Wiro ketika didesak pertanyaan oleh gurunya. Pertanyaan soal Wiro justru membuat Luhcinta menangis karena mengetahui Wiro telah menikah dengan Luhrembulan. Sebuah pernikahan yang dilaksanakan di Bukit Batu Kawin disaksikan bumi dan langit. Juga disaksikan secara sembunyi oleh Luhcinta, Luhcinta (menurut Hantu Santet Laknat) yang kecantikannya membuat iri para Peri di Negeri Atas Angin.
Perkawinan ini juga aneh. Luhrembulan tidak dalam wujud aslinya ketika hendak melangsungkan perkawinan, eh pernikahan. Dia masih berwujud burung gagak hitam. Tentu Wiro mulanya keberatan disuruh menikahi atau mengawini. Masalah kata kawin dan nikah, kata Wiro: “di Negeriku Tanah Jawa, katanya kalau nikah itu pakai surat, entah surat apa. Mungkin surat dari Pamong Desa. Lalu kalau kawin pakai aurat!” hahahaha….
Keanehan selanjutnya, Wiro menggunakan nama Wiro Sableng, bukan Wira Saksana yang merupakan nama lahirnya. Kayak pernikahan Vicky Prasetyo ya? Hahahaha. Kisah pernikahan ini tersaji jelas pada seri “Rahasia Perkawinan Wiro”.
***
Selain lima nama diatas, masih ada beberapa nama perempuan lain yang menaruh hati pada Wiro meski hanya diceritakan sesaat. Misal Sri Kemuning, istri Adipati Salatiga yang pada awalnya marah pada Wiro, tapi gara-gara lehernya pernah dicucup Wiro saat sang pendekar melepaskan totokan Kemuning. Cucup leher yang sekejap itu sangat membekas di ingatannya. Jadi, kalian jangan coba-coba bikin cucup leher yha~
Kalau beberapa hari kemarin trending topic media sosial kita soal “nikahi aku, Fahri”, Wiro juga pernah dibegituin sama seorang perempuan di sebuah gua. Dalam kondisi telanjang pula. Namanya Luhtinti. Apa yang kemudian diperbuat Wiro dan Luhtinti yang telanjang dalam gua? Apakah Wiro menikahi Luhtinti? Atau justru hohohihe seperti yang diinginkan Luhtinti? Baca sendiri ya, ada di seri “Hantu Santet Laknat”.
Bunga? Saya tak tertarik mengulasnya, karena meski Wiro jatuh hati, namun dia perempuan jadi-jadian, bukan perempuan dengan fisik seperti yang lain. Jadi, ngapain mbahas yang nggak benar-benar nyata. Kalau soal gaib, cukup kita membicarakan Tuhan, yora?
Jadi, kalau achir-achir ini kalian, para penulis dan sidang pembaca Mojok sekalian lagi lucu-lucunya membahas soal laki-laki yang selingkuh, juga kalian laki-laki peselingkuh yang lagi dibahas, klean harus belajar banyak kepada Wiro Sableng yang dengan sok gagah berani pernah bilang kepada Ratu Duyung begini:
“Anu…. Zina mata atau tangan atau telinga mungkin sudah pernah aku lakukan. Aku bukan manusia tanpa rasa. —. Tapi kalau zina badaniah yang kau maksudkan, itu belum pernah melakukan. Tuhan masih memeliharakanku dari yang satu itu….”
Uwuwuwu~
Koreksi penulis (20 Februari 2018): Mohon maaf, setelah cek ulang, ternyata Anggini tidak pernah menikah dengan Panji. Terima kasih.