ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Pasha Ungu dan Kelatahan Jabatan

Pasha Ungu si Wakil Walikota Palu dikenal memang galak. PNS di daerahnya aja pernah kena semprot saat upacara.

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
20 Februari 2016
0
A A
Pasha 'Ungu' dan Kelatahan Jabatan

Pasha 'Ungu' dan Kelatahan Jabatan

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Pasha Ungu marah-marah karena dia ditertawakan oleh para peserta upacara apel yang merupakan pegawai negeri sipil (PNS) Kota Palu.

Dari selebritis kemudian berubah menjadi kepala daerah, tentu ini bukan hal baru dalam dunia politik. Sudah banyak contohnya, mulai dari Rano Karno alias Si Doel anak sekolahan yang menjabat sebagai gubernur Banten, hingga Deddy Mizwar alias Bang Jack si marbot Mushola yang menjabat sebagai wakil gubernur Jawa Barat.

Di luar negeri sana malah lebih elok lagi, tingkatannya bukan lagi bupati atau gubernur, tapi sudah level presiden. Ha sampeyan tengok saja, ada Joseph Estrada yang pernah jadi Presiden Filipina, hingga Ronald Reagan yang dulu sempat menjabat sebagai Presiden Amerika serikat.

Deretan pemimpin yang lahir dari dunia selebritas yang gemerlap dan berisik tadi memanfaatkan benar kepopulerannya untuk meniti tangga karir politiknya. Tentu hal itu tidak salah, karena bagaimanapun, modal politik yang paling utama adalah (meminjam istilah kepala suku Mojok), Popularitas dan seksualitas elektabilitas.

Lagipula, dunia showbiz dan dunia politik kan sama-sama tak ubahnya seperti panggung hiburan. Cuma beda obyek saja.

So, walaupun artis, asal dia kompeten, no problemo.

Tapi sayang, tak semua artis yang beralih menjadi pejabat atau pemimpin daerah bisa bersikap luwes dan flamboyan. Ada beberapa yang justru gagal membaur dan tak bisa melepaskan kulit keartisannya. Yah, wajar sih, namanya juga peralihan, tentu butuh proses adaptasi drastis yang begitu berat.

Banyak yang berhasil, tapi tak sedikit di  fantaranya yang gagal melewati masa transisi dengan mulus, sebagian malah terjebak pada kelatahan yang begitu menjijikkan. Ujung-ujungnya, yang muncul adalah sifat belagu dan sok. Entah itu sementara, atau dalam waktu yang lama.

Dalam hal ini, Pasha “Ungu” sudah jelas menjadi salah satu bukti yang nyata.

(Mantan) vokalis bernama asli Sigit Purnomo Said yang baru saja terpilih menjadi Wakil Walikota Palu ini bisa dibilang tidak terlalu mulus melewati masa transisi. Dia tak kuasa menahan sikap belagunya, tak berselang lama setelah dirinya ditetapkan menjadi pejabat publik.

Hal itu bisa dilihat jelas saat dia menolak diwawancarai oleh wartawan sesaat setelah acara pelantikan. Alih-alih menggunakan kata penolakan yang halus, si wakil walikota baru ini justru menggunakan kata penolakan yang cukup sengak, “Saya ini sekarang sudah pejabat, bukan lagi artis. Kamu orang cuma kontributor kan.”

Duh Gusti paringono ekstasi. Wartawan mana yang tidak gedek mendapat jawaban seperti itu?

Sikap belagu Pasha Ungu ini tentu disesalkan oleh para wartawan, karena bagaimanapun, nama Pasha (dan juga Ungu) melambung salah satunya juga karena peran wartawan dan media. Sungguh sebuah kebelaguan yang sangat menggelikan.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu, Mohammad Iqbal Rasyid pun kemudian menganggap insiden tersebut sebagai insiden yang mencederai kerja jurnalis di Kota Palu.

Dasar artis, selalu saja tak pernah mau jauh-jauh dari sensasi dan pemberitaan. Dan belum sempat insiden ke-belagu-an tadi reda. Si wakil walikota baru sudah kembali membuat heboh dengan “ulah”-nya yang lain.

Kali ini, dia marah-marah saat memimpin apel perdana di balai kota Palu. Alasannya sepele, Pasha Ungu marah-marah karena dia ditertawakan oleh para peserta upacara apel yang merupakan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkup Pemerintahan Kota Palu.

“Apa motif saudara-saudara tertawa saat saya memasuki mimbar upacara,” katanya saat diberi kesempatan mengisi sambutan apel.

Yaelah Maliiiiih, kok masih saja ditanya apa motifnya, ya jelas karena lucu lah. Memangnya karena apa lagi?

“Saya malu karena ada yang tertawa terbahak-bahak saat saya masuk. Next, saya tidak mau ini terulang lagi. Polisi Pamong Praja harus mengecek yang tertawa itu. Jelas?” ujarnya dengan nada tinggi karena emosi.

Sekali lagi, ini tentu menjadi sikap yang patut disesalkan. Sebagai seorang pemimpin, apalagi pemimpin baru, Pasha Ungu seharusnya membangun komunikasi yang baik dengan bawahannya. Dan momen apel seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mengeratkan hubungan, bukannya malah merenggangkannya.

Tak perlu diherankan kalau banyak peserta apel yang tertawa. Namanya juga baru dapet pimpinan apel baru, mantan vokalis, dan pernah duet sama Iis Dahlia lagi, ya sudah barang tentu akan merasa kagok dan geli dong. Jadi ndak aneh kalau banyak yang tertawa.

Aduh, mas Pasha ini, sampeyan pikir yang bisa tertawa jejeritan saat melihat sampeyan tampil cuma dedek-dedek Ungu Cliquers thok? Please deh, mas, PNS juga bisa kaleeeee.

Ah, seandainya saya yang jadi Pasha, tentu saya tak akan marah-marah, saya justru malah senang kalau anak buah saya tertawa saat saya masuk ke lapangan upacara. Itu artinya, anak buah saya sudah merasa dekat dengan saya, karena sudah berani menertawakan saya. Semakin dekat, semakin kenceng ketawanya.

Tapi yah, mau bagaimana lagi, Saya dan Pasha Ungu memang dua pribadi yang berbeda. Saya tak bisa berbuat banyak. Yang bisa saya lakukan toh hanya bisa menulis dan menyinyir, apalagi saya memang bukan orang Palu, sehingga saya merasa tidak punya hak untuk ikut terlalu jauh memikirkan tingkah Pasha. Khusnudzon saja lah. Mungkin itu memang metode yang dipilih oleh Pasha untuk memipin rakyatnya, untuk membahagiakan rakyatnya.

Karena konon katanya, ada dua cara yang bisa diambil oleh pemimpin untuk membahagiakan rakyatnya. Pertama, jadilah pengayom yang adil dan baik. Dan yang kedua, jadilah badut bahan tertawaan yang lucu dan jenaka.

Dan dugaan saya, Mas Pasha Ungu ini memang ingin membahagiakan rakyatnya, dengan cara nomor dua.

BACA JUGA 4 Lagu Dangdut Koplo yang Cocok Jadi Bahan Kontemplasi dan ESAI lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Oktober 2021 oleh

Tags: artispalupashaUnguwakil walikota
Iklan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Artis Indonesia yang Menjadi Pusat Energi dan Kejadian Horor di Sebuah Gedung Tua di Jogja MOJOK.CO
Malam Jumat

Artis Indonesia yang Menjadi Pusat Energi dan Kejadian Horor di Sebuah Gedung Tua di Jogja

2 November 2023
caleg artis mojok.co
Kotak Suara

Daftar Lengkap Artis yang Maju di Pemilu 2024, Siapa Aja Ya?

16 Mei 2023
Alasan artis nggak efektif lagi mendulang suara parpoll. MOJOK.CO
Kotak Suara

Alasan Artis Nggak Bisa Lagi Jadi Senjata Parpol Mendulang Suara

8 April 2023
Dari Bilik ke Bilik Bagian 2- Gaya Sex Aneh dari Anak SMP di Hadapan PSK MOJOK.CO
Esai

Dari Bilik ke Bilik Bagian 2: Gaya Sex Aneh dari Anak SMP di Hadapan PSK

14 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Melihat Kisah Venezuela dan Maldonado, Indonesia Harusnya Malu kepada Rio Haryanto

Melihat Kisah Venezuela dan Maldonado, Indonesia Harusnya Malu kepada Rio Haryanto

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tova Veno: Kreator Asal Gunungkidul yang Lahir dari Kegagalan dan Konsistensi

Tova Veno: Kreator Asal Gunungkidul yang Lahir dari Kegagalan dan Konsistensi

13 Mei 2025
Sarung Atlas saksi kasih sayang ibu sepanjang usia MOJOK.CO

Sarung Atlas Saksi Kasih Sayang Ibu, Dari Belajar Sarungan hingga di Pelaminan

19 Mei 2025
Sisi suram kos pasutri di Sleman Jogja MOJOK.CO

Sisi Suram Kos Pasutri Jogja, Tetangga Tak Tahu Batasan hingga Jadi Kedok “Hubungan Terlarang”

17 Mei 2025
Cuti Bersama Melahirkan Kesenjangan, tapi Pekerja Tutup Mata MOJOK.CO

Cuti Bersama Melahirkan Kesenjangan di Dunia Kerja: Tidak Bisa Dinikmati oleh Semua Pekerja dan Ada Saja Perusahaan yang Semaunya

13 Mei 2025
23 tahun tinggal di Jagakarsa, daerah terluas dan paling nyaman di Jakarta Selatan (Jaksel) MOJOK.CO

Puluhan Tahun Tinggal di Jagakarsa, Berdamai dengan Hal-hal Menyebalkan di Balik Label “Daerah Ternyaman” Se-Jakarta Selatan

17 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.