Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Menghitung Luas Neraka Pakai Matematika

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
24 Desember 2020
A A
Menghitung Luas Neraka Pakai Matematika

Menghitung Luas Neraka Pakai Matematika

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Baiklah saya tahu apa yang kamu pikirkan saat baca judul tulisan ini, “Gabut total atau bijimana kok selo-selonya ngitung luas neraka, Mas?”

Sejujurnya saya tak bisa tidak merasa takjub dengan analogi luasnya alam akhirat yang digambarkan oleh hadis-hadis dan ayat-ayat kitab suci di agama Islam. Bahkan karena saking luasnya alam tersebut, kadang-kadang dibutuhkan satuan waktu tempuh sampai ribuan tahun agar manusia punya kesempatan membayangkannya.

Saya bisa membagi keterpukauan itu ketika membaca tulisan kawan saya, Aqwam Fiazmi Hanifan, yang berjudul “Seberapa Luas Padang Mahsyar?”, kamu bisa baca itu di sini.

Dengan langkah-langkah sederhana Aqwam mengumpulkan beberapa riwayat dan ayat-ayat kitab suci, kemudian dihitung dengan perkiraan jumlah total umat manusia untuk mendapatkan bayangan seberapa luas Padang Mahsyar itu.

Tentu saja, perhitungan itu barangkali masih jauh dari kata akurat, tapi langkah-langkah ini begitu sulit saya tolak untuk melakukan perhitungan serupa di “alam-alam” lain.

Rasanya terlalu dahsyat bagi saya untuk mengabaikan riwayat-riwayat soal penggambaran luasnya alam gaib itu dengan melibatkan matematika dan rumus fisika. Bikin penasaran, yakin.

Beruntung sekali, dalam agama Islam, ada banyak penggambaran panjang, dalam, dan luas soal alam-alam gaib itu. Hal yang tentu tak perlu kamu percaya juga kebenarannya kalau kamu memang memilih tidak mengimaninya. Anggap saja ini sebagai langkah nakal untuk memainkan matematika dan rumus fisika.

Nah, di celah poin itulah saya merasa cukup bisa membayangkan untuk menghitung seberapa luas alam neraka. Sebuah perhitungan yang sebenarnya juga semakin menyadarkan betapa kecil sekali saya ini dibandingkan alam raya yang luasnya gila-gilaan ini.

Baiklah. Untuk menuju ke sana, langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah melirik satu hadis terkenal dari Abu Hurairah soal gambaran soal dalamnya neraka.

Kami pernah bersama Nabi shallahu alaihi wasallam, tiba-tiba beliau mendengar seperti suara benda jatuh ke dasar. Nabi kemudian bertanya, “Tahukah kalian suara apa itu?”

Kami menjawab, “Allah dan Rasul-nya lebih mengetahui.”

Beliau kemudian bersabda, “Ini adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak 70 tahun yang lalu dan sekarang baru mencapai dasarnya.”

Sekarang, berdasar dari hadis di atas, kita mendapat gambaran bagaimana neraka itu diasosiasikan bentuknya sebagai ruang seperti jurang.

Dari sana, dengan memanfaatkan rumus fisika untuk menghitung jarak melalui waktu tempuh benda yang jatuh, kita bisa mendapatkan perkiraan kedalaman ruang neraka ini.

Tentu perhitungan ini perlu saya kasih catatan garis tebal, bahwa segala macam perhitungan ini memakai prinsip-prinsip sains di planet bumi. Seperti daya tarik gravitasi dan rumus-rumus kecepatan misalnya. Jadi soal logika alam akhirat yang berbeda, untuk sementara ini perlu saya abaikan dulu.

Nah, dari konversi dengan hukum alam di planet bumi, kita bisa memakai rumus ini.

“h” (ketinggian suatu benda) = “g” (percepatan gravitasi bumi, yakni 10 m/s2) dikalikan “t2” (waktu tempuh).

Iklan

Ada dua angka yang sudah kita temukan. Pertama, percepatan gravitasi bumi, dan kedua, waktu tempuh selama 70 tahun. Waktu selama 70 tahun itu kita ubah jadi hitungan detik.

Jadi waktu tempuh yang dibutuhkan benda jatuh dari tepi jurang neraka sampai dasarnya adalah 2.209.032.000 detik.

Menggunakan rumus di awal tadi, kita bisa mendapatkan rumus:

Dalamnya neraka = (½ x 10) x 2.209.032.0002

Dan angka yang kita dapatkan adalah 2,5 x 1019 meter.

Ada belasan digit angka nol di belakang dan itu angka yang terlalu banyak. Agar lebih bisa dipahami, kita konversi menjadi kilometer menjadi, 25.000.000.000.000.000 atau dua puluh lima ribu triliun kilometer.

Hm, bukan angka yang mustahil untuk dibayangkan, meski di kalkulator hape saya angka ini tidak bisa dibaca.

Oke, meski terdengar angka yang tidak kelewat sulit dibayangkan, tapi mohon jangan meremehkan angka ini.

Sebagai perbandingan, dalamnya inti bumi dari kerak bumi saja “hanya” 2.900 km. Artinya kamu perlu 8.620.689.66×1012 kali untuk bolak-balik dari kerak bumi ke inti bumi untuk bisa menyamai kedalaman neraka.

Oke, angka vertikal jarak sudah kita temukan, sekarang bagaimana mendapatkan angka horizontalnya? Karena asumsi neraka adalah seperti jurang, maka kita bisa menghitung satu titik tepi jurang ke satu titik tepi jurang seberangnya.

Nah, untuk yang satu ini kita bisa menengok kitab Daqoiqul Akhbar Fii Dzikril Jannati Wan-Nar karya Abdurrahman bin Ahmad Al-Qodhi.

Di sana pada Bab 33 tentang Sirath (Jembatan), di kitab ini dikutip sebuah riwayat yang menggambarkan seberapa panjang jembatan yang menghubungkan jarak titik satu jurang neraka dengan titik seberang (baca: surga).

Nah di atas jembatan itu lah nanti manusia akan melewati guna menentukan siapa yang jatuh ke neraka, dan siapa yang bisa sampai sisi seberang (baca: masuk surga).

Oke, biar tulisan ini tidak kelewat panjang, saya nukilkan bagian yang menggambarkan panjangnya sirath-nya saja. Tak perlu ke detail-detail lain, karena otak saya sudah mulai umup sekarang.

“Sirath” ini punya 7 titik, yang setiap titik jaraknya sama dengan perjalanan 3.000 tahun.

Nah, pada poin ini, ada beberapa tafsir yang menyatakan bahwa setiap manusia punya rentang waktu yang berbeda-beda dalam menempuh sirath ini. Ada yang secepat kilat, ada yang seperti orang naik kuda, ada yang secepat orang berlari, berjalan, bahkan merangkak. Semua tergantung pada amal si manusia di dunia.

Dengan perhitungan waktu tempuh 3 ribu tahun tadi, kita asumsikan saja waktu yang ditempuh oleh manusia berjalan kaki. Dan kecepatan rata-rata orang berjalan kaki kira-kira sekitar 6 km/jam.

Artinya, kita bisa memakai rumus:

s = v x t

s = jarak

v = kecepatan

t = waktu tempuh

Lalu kita mendapatkan asumsi panjang neraka = 6 km/jam dikali (7 x 3000 tahun).

Angka 3000 tahun kita konversi dulu menjadi 26.298.000 jam. Lalu dikalikan 7, hasilnya menjadi 184.086.000 jam.

Sekarang kita kalikan dengan kemampuan kecepatan rata-rata manusia berjalan hasilnya dengan rumus:

6 km/jam x 184.086.000 jam = 1.104.516.000 km atau satu miliar seratus juta sekian.

Sekali lagi, hasil ini masih menjadi angka yang bisa dibayangkan meski—perlu diingat juga—kalkulator saya nyaris njebluk menghitung angka-angka ini.

Jarak ini juga sebaiknya jangan disepelekan. Sebagai perbandingan saja dengan alam kita, jarak bumi ke bulan saja jaraknya sampai 384.400 km. Artinya kita butuh sekitar 3.400-an kali bolak-balik untuk bisa sedikitnya menyamai jarak Sirath dari satu titik ke titik satunya.

Nah, karena panjang vertikal dan horizontalnya sudah ketemu, kita jadi bisa memperkirakan luas neraka dengan menghitung….

25.000.000.000.000.000 x 1.104.516.000 = …

Monggo silakan hitung sendiri berapa luasnya. Sudah saya pandu sejauh ini, saya pikir itu perkalian sederhana yang bisa kamu cek sendiri di kalkulator.

Oh iya, satu catatan penting yang perlu kamu tahu juga sebelum saya akhiri tulisan ini. Semua hasil yang didapat ini merupakan luas secara bidang dua dimensi saja. Padahal kita sama-sama tahu kalau ruang luas neraka itu perlu dihitung dengan pendekatan bidang tiga dimensi.

Sayangnya, belum ada satu pun riwayat yang menyebutkan soal panjang x lebar x tinggi soal alam gaib ini. Jadi perhitungan itu pun rasa-rasanya semakin mustahil lagi dilakukan.

Meski begitu, dengan dasar ini (beserta segala pembulatan dalam perhitungannya) saya sih cukup yakin dengan hasilnya. Kamu sih boleh saja meragukannya, dan untuk itu dengan kebesaran hati yang terdalam saya persilakan untuk kamu melakukan survei ke neraka sendiri kalau mau membantah tulisan ini.

Monggo.

Kalau saya sih skip.

BACA JUGA Kalau Dia Maha Pengampun Kenapa Harus Ada Neraka? dan tulisan di rubrik Esai lainnya.

Terakhir diperbarui pada 25 Desember 2020 oleh

Tags: Abu Hurairahhadisluas nerakanabinerakaSurga
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Suara TOA Masjid Harus Pelan, Suara TOA Masjid Harus Keras
Khotbah

Suara TOA Masjid Harus Pelan, Suara TOA Masjid Harus Keras

19 November 2021
Yang Luput dari Pertanyaan: Kalau Maulid Nabi Boleh, Kenapa Nabi Tak Melakukannya?
Esai

Yang Luput dari Pertanyaan: Kalau Maulid Nabi Boleh, Kenapa Nabi Tak Melakukannya?

19 Oktober 2021
Masuk Surga Tanpa Salat Lima Waktu
Khotbah

Masuk Surga Tanpa Salat Lima Waktu

15 Oktober 2021
Bertoleransi dengan Kelompok Pemegang Kunci Surga
Khotbah

Bertoleransi dengan Kelompok Pemegang Kunci Surga

24 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.