MOJOK.CO – Pemerintah Kota Padang membentuk Satpol PP Syariah setelah menindaklanjuti usulan Ustaz Abdul Somad. Wah, kabar yang membahagiakan.
Senang bukan kepalang rasanya ketika saya menemukan kabar kalau Pemerintah Kota (Pemko) Padang, tempat tinggal saya, berniat untuk menindaklanjuti usulan yang disampaikan oleh Ustaz Abdul Somad, ulama besar yang begitu kita cintai.
Nggak main-main, Ustaz Abdul Somad mengusulkan pembentukan Satpol PP Syariah di Kota Padang. Tentu saja, sebagai kota yang sangat relijiyes, Pemko Padang sangat serius dengan usulan hal ini.
Dalam waktu dekat, sesuai dengan arahan Ustaz Abdul Somad, Pemko Padang bakal bikin peraturan wali kota (perwako) untuk jadi landasan hukum bagi keberlangsungan Satpol PP Syariah ini.
Ini kabar baik dan harus kita dukung. Apalagi yang usul adalah sosok sekaliber Ustaz Abdul Somad.
Sebagai kota yang melabelkan dirinya sendiri kota agamis, tentu kota saya ini butuh orang-orang yang siap sedia menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar di tanah minang ini layaknya pelayanan Apotek K-24.
Walau bagaimanapun, adat basandi sarak-sarak basandi kitabullah tak boleh hanya jadi sekadar simbol tak bermakna. Ia harus ditegakkan. Bahkan kalau perlu dipaksakan.
Sebagai penegak peraturan daerah, Satpol PP Kota Padang tentu bakal jadi ujung tombak dalam pemberantasan hal-hal yang dilarang oleh peraturan daerah. Penyakit-penyakit masyarakat seperti zina, LGBT, narkoba, prostitusi, judi, dan lain-lainnya harus hilang dari ranah minang.
Maav, kota ini terlalu suci. Tidak boleh dicemari oleh kekhilavan semacam itu.
Tidak usah kita pedulikan hal-hal lain seperti kemiskinan, pengangguran, kekerasan anak, pembangunan tak merata, sampah, dan birokrasi bermasalah. Semua itu bukan prioritas Pemko Padang.
Apalagi, hal-hal kayak gitu kan cuma urusan dunia padahal di sisi lain ada urusan akhirat yang lebih mendesak.
Apa gunanya masyarakat sejahtera tapi maksiat di mana-mana? Kan mending warganya nganggur dan miskin tapi masuk surga bukan?
Maka dari itu, Satpol PP Syariah Kota Padang adalah jawaban paling tepat atas semua permasalahan kiwari.
Semakin segan saya sampaikan terima kasih, ketika sadar bahwa niat Pemko Padang itu sederhana: mereka hanya ingin kita semua masuk surga sekalipun di dunia kita hidup miskin, dekil, dan menderita.
Salah satu tugas Satpol PP Syariah adalah menindak orang pacaran. Saya sangat setuju mengenai tugas ini. Pacaran itu zina. Apalagi kalau sampai berdua-duaan di tempat umum. Waduh, itu kan sangat dilarang oleh agama.
Kalau soal pembangunan tak merata dan bikin warganya makin susah itu kan nggak dilarang oleh agama, jadi nggak apa-apa dong kalau urusan hajat hidup orang banyak itu di-skip dulu. Nggak penting ini.
Lebih lanjut, menurut Alfiadi, Ketua Satpol PP Kota Padang,  yang membedakan Satpol PP Syariah ini salah satunya dari segi pakaian. Wew, bener-bener kekinian.
Petugas laki-laki, akan disesuaikan dengan budaya ketimuran. Sangat sopan. Tidak mengenakan helm atau topi seperti satpol PP di kota-kota lain, di Padang, mereka akan memakai peci.
Sedangkan petugas perempuan memakai pakaian yang longgar dan elegan, agar tidak mengganggu gerak di lapangan, serta pola yang sesuai dengan budaya kita.
Nah, kalau yang positif begini kan bagus. Pakaian itu menunjukan siapa diri kita, apakah beradab atau tidak. Ini bisa dicontoh oleh generasi muda selaku penerus bangsa. Pakaian itu lebih substansi daripada perlakuan kita kepada sesama manusia.
Jika ada yang bilang kota ini intoleran, karena Padang adalah ibukota provinsi dan masyarakatnya jelas heterogen, sehingga tidak boleh dipaksakan hal-hal yang eksklusif seperti pendekatan agama tertentu terhadap warganya ya abaikan aja kenapa sih. Usulan Ustaz Abdul Somad lho ini, jangan main-main ya ente.
Lagian, mereka yang minoritas itu kan cuman iri saja, dan ketakutan mereka itu dibuat-buat. Di manapun peradabannya, dari dulu hingga sekarang, kehendak mayoritas itu kan harus didahulukan.
Selain itu, hal ini juga salah satu cara menyenangkan mayoritas. Kita ingin Padang ini damai-damai saja. Jangan sampai terjadi konflik horizontal antara mayoritas dan minoritas. Kalau tidak mau nurut kehendak mayoritas ya sudah pergi saja dari Padang. Simpel kan?
Di sisi lain, saya ini kok heran, masih ada saja pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang ingin membuat citra Padang ini jelek di mata publik. Apalagi itu si Maarif Institute. Berani-beraninya mereka meletakan Padang ini di urutan terbawah dalam surveinya tentang Indeks Kota Islami (IKI).
Kan lucu, bagaimana logikanya Kota Padang dengan perda-perda syariahnya bisa menempati posisi paling tak terislami?
Kita menolak LGBT kok, kita merazia tempat-tempat maksiat secara rutin, mesjid raya kita pun sangat megah. Bukannya itu saripati yang diajarkan Islam dalam hidup kita? Atau kita yang salah menafsirkannya? Ah mana mungkin, orang kita ini udah tidur di surau sejak kecil. Tak mungkin lah salah.
Silakan nilai sendiri deh. Masa iya islami atau tidaknya suatu kota dinilai bukan dari semangat berketuhanannya, tapi kepada variabel aman suatu kota. Hal yang diperhatikan di antaranya kebebasan beragama dan keyakinan, perlindungan hukum, kepemimpinan dan pemenuhan hak politik perempuan, hak anak, dan difabel.
Selanjutnya variabel sejahtera memperhatikan tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kesehatan. Dan variabel bahagia dinilai melalui berbagi dan kesetiakawanan dan harmoni dengan alam.
Ini sungguh suatu cacat berpikir oleh Maarif institute, itu semua jelas-jelas hal yang berhubungan dengan dunia. Tidak ada akhirat-akhiratnya. Hadeeehhh. Hasil survei yang menyesatkan.
Kita kan tidak mau intropeksi diri sebab kita udah berada di jalan yang benar. Metode dan indikator yang digunakan dalam survei inipun tak usah kita percaya.
Kita percaya kepada Ustaz Abdul Somad dan Pemko Padang saja, jangan kepada ilmu pengetahuan. Sekalipun Maarif Insitute didirikan oleh Buya Syafii Maarif, seorang minang dan pernah menjadi Ketua Umum Muhammadiyah.
Akan tetapi, terlepas dari pandangan pihak-pihak luar terhadap Kota Padang tercinta ini. Yang jelas kita hidup rukun antar umat beragama, azan masih berkumandang di masjid-masjid, dan minoritas pun pada senang dan tidak pernah protes apa-apa.
Ditambah dengan kebahagiaan serta harapan baru yang akan hadir di tengah-tengah kehidupan sosial warga Kota Padang: Satpol PP Syariah. Warbiyasah, warbiyasah. Semoga mereka menjauhkan kita dari segala yang batil, mendekatkan pada segala yang dirahmati.
Terima kasih Ustaz Abdul Somad atas usulan yang sangat cemerlang ini. Terima kasih pula kepada pejabat Pemko Padang yang merespons cepat usulan tersebut.
Oh iya, kalau besok mau ada program-program sweeping razia mohon disiarin live di tipi ya? Pengen tahu deh muka-muka petugasnya saat mergokin orang maksiat lalu mempermalukannya di depan umum. Seru kayaknya.
BACA JUGAÂ Sesat Pikir Rancangan Perda Poligami Aceh yang Bikin Gagal Paham atau ESAI lainnya.