Persepsi yang mulai berubah
Belakangan, saya ngobrol dengan beberapa teman tentang SMA vs SMK ini. Rupanya pengalaman mereka dulu serupa. Sekarang, persepsi mereka juga mulai berubah seperti saya.Â
Mau pilih sekolah di SMA atau SMK itu sama validnya untuk membangun karier. Seandainya ada anak, keponakan, saudara, atau kenalan yang performa akademisnya agak kesulitan, mungkin memaksakan dia untuk lanjut ke SMA lalu kuliah bukan pilihan yang bijak.
Bahkan, kalau berorientasi ingin ke LN, bisa jadi peluangmu untuk merealisasikannya itu akan lebih besar kalau sekolah di SMK atau pendidikan kejuruan lainnya. Di banyak industri, jumlah kebutuhan akan pekerja terampil di lapangan itu lebih banyak daripada kebutuhan akan pekerja di bagian administrasi/kantornya.
SMK juga menjamin karier cemerlang, kok
Makin kemari, lulusan IT atau sekolah bisnis itu sudah terlalu banyak dan prospek kerjanya mulai oversaturated. Mending ambil SMK jurusan pertanian, misalnya, lalu cari kerja jadi petani di LN. Ambil pendidikan kejuruan, lalu belajar/kursus bahasa asing. Bagus itu.
Apalagi kalau ngomongin negara maju. Banyak dari mereka mulai kekurangan penduduk. Sementara itu, orang-orang muda yang tersisa enggan memilih kerja di lapangan. Mereka butuh pekerja pendatang supaya kegiatan dan perekonomian tetap berjalan.
Memang, kalau balik lagi ke lulusan universitas favorit, jaringan alumninya di dunia kerja itu kuat. Tapi ya itu, banyak mentok kerja di jadi PNS atau di BUMN. Sebaliknya, SMK juga nggak kalah. Malah bisa lebih menjamin kehidupan.
Biasanya, mereka ada kerja sama dengan perusahaan-perusahaan asing untuk penyaluran lulusannya. Iya, bisa jadi ada kuota. Tapi sama juga, meskipun kamu lulusan universitas ternama, kerja di perusahaan apa saja dan di mana saja juga ada kuotanya kan?
Semuanya soal mindsetÂ
Mungkin ada komentar gini:Â
“Lho, kalau jadi pekerja lapangan, meskipun di LN, kan standar gajinya (meskipun kalau dirupiahkan itu besar) masih kalah dengan standar gaji pekerja kantornya? Lalu biaya hidup di sana kan pasti mahal ya. Belum lagi, untuk bisa diterima kerjanya, ada biaya pendaftaran/penyalurannya kan?
Yaa, kalau masih kurang duitnya, kamu lulusan SMK, kerja di LN sekalian bikin konten saja di YouTube. Siapa tahu bisa dapat tambahan dari situ. Semuanya soal mindset.
Btw, kamu pilih nonton konten mana? Keseharian kerja jadi PNS di Jogja (misalnya), atau keseharian kerja jadi petani di Jepang yang lulusan SMK?
Saya sih lebih milih yang kedua ya, meskipun agak iri-iri gimana, gitu.
Ini saya bukan PNS, lho, ya.
Penulis: Suryagama Harinthabima
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Panduan Singkat Sebelum Memutuskan Kerja di Jepang dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.