Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Secangkir Kopi Pagi untuk Tuan Bima Arya

Anick HT oleh Anick HT
25 Oktober 2015
A A
Secangkir Kopi Pagi untuk Tuan Bima Arya

Secangkir Kopi Pagi untuk Tuan Bima Arya

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tuan Bima Arya yang baik hatinya,

Rasanya agak basi jika saya mengajak Anda ngopi pagi ini jika hanya untuk bercerita tentang seseorang bernama Tsa’labah yang saleh namun miskin papa. Kisah ini sangat populer, meski dianggap kisah yang lemah alias dlaif.

Konon, sekira 1400 tahun yang lalu, Tsa’balah datang kepada Muhammad SAW untuk didoakan menjadi kaya raya. Cerita punya cerita, ia lalu mendapatkan seekor kambing yang kemudian beranak-pinak hingga kota Madinah rasanya tak cukup menampungnya. Setelah kaya raya, ia bahkan merasa tak mampu untuk sekadar membayar pajak atau zakat.

Tentu saja bukan kisah itu yang ingin saya bicarakan.

Rasanya juga menggarami lautan jika saya cerita ke Anda bahwa ada sebuah negara di dunia ini yang namanya Iran. 90-95% penduduknya adalah penganut Syiah. Jika saya boleh berandai-andai: jika kebetulan Anda dilahirkan di negeri itu, potensi Anda menjadi warga Syiah adalah 90-95%.

Tentu bodoh jika saya menganggap Anda tak tahu bahwa tradisi Asyura adalah tradisi milik semua muslim. Tradisi ini bahkan melekat dengan tradisi lokal di beberapa daerah, sehingga muncullah bubur Asyura di banyak daerah di Jawa, upacara Tabot di Bengkulu, atau Tabut di Pariaman.

Ah, tentu fakta itu pun tak relevan-relevan amat, karena Anda menulis surat edaran pelarangan bukan karena tradisi Asyuranya, melainkan karena pihak yang menyelenggarakan acara Asyura tersebut. Juga karena desakan sekelompok umat yang mungkin saja Anda anggap sebagai representasi seluruh umat Kota Bogor.

Dan bukan itu pula memang yang ingin saya sampaikan ketika saya mengajak Anda ngopi pagi hari ini.

Demi mendaftar kisah-kisah heroik Anda seperti menendang kios penjual miras atau melempar gelas di tempat hiburan malam, saya juga tak yakin apakah perlu memuji atau mencela Anda pagi ini.

Mungkin tak perlu juga saya menanyakan mengapa Anda tak membiarkan saja para jemaat GKI Yasmin beribadah di tanah yang mereka beli sendiri, daripada mereka beribadah sembunyi-sembunyi atau menggelar tikar di lapangan Monas seberang Istana Negara.

Otomatis, tak ada perlunya saya menceramahi Anda bahwa negeri ini dibangun di atas fondasi perbedaan. Bahwa negara dibuat untuk berdiri di atas dan melampaui segala perbedaan itu. Bahwa mengasumsikan semua warga negara menjadi satu dalam keseragaman sama halnya dengan mengandaikan Sisifus bertepuk dada sambil menghisap cerutu di atas puncak bukit.

Ya, akhirnya dengan bulat saya memutuskan, saya menunggu Anda sepagian di warung kopi ini hanya untuk satu cerita, bahwa saya memiliki daftar yang saya buat sendiri, dengan argumen-argumen yang saya susun sendiri—terinspirasi oleh Pak Tino Sidin. Daftar ini saya beri judul: Daftar Anak Muda Berbakat.

Nah, pagi ini saya mau kasih tahu, sekaligus mohon izin Anda, nama Anda yang sudah terlanjur saya masukkan dalam daftar itu akan segera saya coret.

Bukan apa-apa, ini karena semalam saya mimpi ketemu almarhum Abraham Lincoln yang kasih saya sesobek kertas lusuh yang ternyata bertuliskan: “Semua orang bisa tahan dengan kesengsaraan. Tapi bila kau ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan.”

Terakhir diperbarui pada 11 Juli 2017 oleh

Tags: Bima AryaGKI YasminSyiah
Anick HT

Anick HT

Artikel Terkait

Kamu Ingin Tinggal di Kota Bogor? Coba Pikir Lagi! MOJOK.CO
Esai

Kamu Ingin Tinggal di Kota Bogor? Coba Pikir Lagi!

3 Maret 2023
Menjadi Radikal Bisa Diawali dari Kebiasaan Membatasi Teman
Pojokan

Harus Diakui, Potensi Jadi Radikal Ada di Setiap Orang

16 Januari 2022
Esai

Pakai GPS, Sering Baca Al-Quran, Literasi Bagus tapi Masih Tersesat

27 September 2021
Yang Terjadi kalau GAM Menang dan Aceh Merdeka sebagai Negara
Esai

Yang Terjadi kalau GAM Menang dan Aceh Merdeka sebagai Negara

16 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.