Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Konten YouTube Buat Jaminan Utang Bank Terlihat Menarik, tapi Pemerintah Paham Konsepnya Nggak, ya?

Profesi YouTuber memiliki ketidakpastian yang tinggi, apalagi nilai produk kreatif yang dijaminkan sehingga pokok kredit, jangka waktu kredit, dan bunga yang diberikan bisa jadi tidak kompetitif.

Christian Evan Chandra oleh Christian Evan Chandra
25 Juli 2022
A A
Konten YouTube Buat Jaminan Utang Bank Terlihat Menarik, tapi Pemerintah Paham Konsepnya Nggak, ya?

Illustrasi Konten YouTube Buat Jaminan Utang. (MOJOK.CO/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Konten YouTube bisa dijadikan sebagai jaminan utang bank. Berita ini tentu menyenangkan, sekaligus menjadi bukti apresiasi pemerintah terhadap content creator sebagai pelaku ekonomi kreatif. 

Pertanyaan yang mengemuka adalah apakah hal ini realistis dan akan didukung oleh lembaga keuangan?

Sebenarnya berita baik ini tidak hanya berlaku untuk konten YouTube, tetapi kepada seluruh produk kreatif yang memiliki sertifikat kekayaan intelektual. Aplikasi, film, lagu, musik, sampai karya desain bisa diagunkan selama dinilai punya potensi dan value. Menurut Pak Menkumham, contoh indikator potensi dan value adalah jumlah viewers yang telah mencapai jutaan. Namun, Pak Karim Taslim yang merupakan seorang pengamat ekonomi digital meragukan bahwa nilai suatu produk kreatif masih akan sama ketika dimiliki oleh figur publik dan lembaga keuangan.

Menilai harga produk kreatif konten YouTube itu tidak mudah

Ya, kebijakan yang tertuang dalam PP Nomor 24 Tahun 2022 ini boleh dibilang abstrak untuk praktisi keuangan. Menilai harga wajar sebuah aset fisik belum tentu mudah, apalagi harga wajar saham atau obligasi suatu perusahaan meskipun kita memiliki catatan riwayat keuangan perusahaan tersebut. Menentukan premi asuransi jiwa yang basisnya adalah risiko kematian dan kesehatan, di mana orang berprofil mirip akan cenderung memiliki risiko yang mirip, sudah tergolong sulit karena ketidakpastian akan masa depan. Apalagi produk kreatif seperti konten YouTube yang menurut peraturan tersebut dapat dinilai dengan pendekatan biaya, harga pasar, atau pendapatan?

Di antara 17 subsektor ekonomi kreatif yang disebutkan oleh pemerintah, semuanya sulit untuk menentukan harga pasar. Sekalipun konsumen harus membeli aplikasi, games, foto, atau lagu, apa yang mereka beli sebatas hak untuk menggunakannya demi kepentingan sendiri alias bukan menjual kembali produk yang sudah dibeli. Apa yang dijaminkan dalam skema pinjaman ini lebih dari itu, meliputi mengembangkan sampai memasarkannya. 

Hak lebih luas seperti ini tentu jarang dijual, terlebih jika prospek pendapatan yang cerah sudah di depan mata. Yah, kecuali jika pemiliknya berada dalam kebutuhan dana yang mendesak. Dengan keadaan demikian, harga optimal tentulah sulit didapat dan inilah yang akan terefleksikan ketika penilai menggunakan pendekatan harga pasar.

Jika dinilai dari segi biaya, produk kreatif seperti konten YouTube sering membebankan biaya peluang lebih besar dari biaya yang terlihat dan tidak semua biaya yang terlihat bisa diukur dengan mudah. Misalnya kita berbicara mengenai produksi suatu film. Properti sekali pakai dan jasa pemeran tentu membutuhkan biaya, tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti berapa banyak properti yang dibutuhkan ketika proses perekaman itu gagal. Belum lagi jika sutradara dan penulis naskah adalah pemilik produk kreatif itu sendiri. 

Berapakah nilai yang pantas untuk menggantikan waktu, usaha, pemikiran, dan sekian gelas kopi teman begadang? Sedangkan, bekerja tentu memberikan penghasilan yang pasti.

Ketidakpastian nilai produk kreatif menurut prospek pendapatan

Pendekatan harga pasar tentu berkaitan erat dengan prospek pendapatan ke depan. Di sisi lain, pendekatan biaya tidaklah berguna pada produk berbiaya tinggi tetapi tidak menjanjikan di pasar. Sebaliknya, bukan berarti produk dengan biaya rendah tetapi berpendapatan tinggi, tetap memiliki nilai yang rendah karena nilainya terletak pada ide untuk menciptakan produk tersebut seperti konten YouTube. Jadi, produk kreatif yang bernilai tentu harus memiliki prospek pendapatan yang tinggi.

Kembali lagi soal konten YouTube. Prospek pendapatan jangka panjang dari suatu video terletak pada iklan AdSense dan tentunya dipengaruhi oleh banyaknya viewers. Banyaknya views dari konten yang bersangkutan dan konten lain oleh kreator yang sama menunjukkan bahwa baik konten maupun kreator disukai oleh pemirsa alias memiliki prospek pendapatan yang bernilai. Masalahnya, bagaimana menggunakan informasi masa lalu untuk memprediksi masa depan?

Tentunya dibutuhkan keahlian penilai yang bisa menganalisis data secara kompleks. Mendapatkan banyaknya views per hari, apakah views tersebut diperoleh secara wajar atau tidak, berapa lama pemirsa bertahan untuk menyaksikan suatu konten YouTube, sampai memperkirakan apakah masih ada pangsa pasar baru untuk menyaksikan video tersebut ke depannya. 

Itulah gambaran yang ada di benak saya untuk menentukan prospek pendapatan konten YouTube dan digunakan sebagai jaminan pinjaman bank. Kita tahu sendiri, banyak konten dibuat untuk memenuhi tren yang sedang berlangsung, trending dalam waktu singkat, dan redup dengan cepat.

Sekalipun konten YouTube tersebut boleh dibilang abadi, berapa banyak penonton yang akan kembali menyaksikannya lengkap tanpa melewatkan iklan? Kecuali memiliki isi yang bermanfaat, mungkin perlu menunggu tren serupa datang kembali dan mengajak warganet untuk bernostalgia seperti lagu-lagu lawas yang trending lagi saat ini. Itupun kreator harus menghadapi hal-hal “tak terduga” baik reuploader maupun penonton yang memilih untuk mengunduh video tersebut dan menyaksikannya lagi secara offline.

Masalah berikutnya adalah masalah yang disinggung oleh Pak Karim Taslim. Terkadang, penonton mau menyaksikan suatu konten sebagai bentuk dukungan terhadap kreator atau disarankan dari konten lain di kanal sang kreator. Apa yang terjadi ketika kreator gagal bayar dan konten tertentu disita?

Iklan

Membuat produk kreatif yang bernilai

Produk kreatif yang bernilai untuk dipakai sebagai jaminan pinjaman bank harus memiliki prospek pendapatan masa depan yang menjanjikan. Kreator juga perlu mendapatkan dana dengan cepat untuk menghargai idenya sekaligus menjadi bukti historis bahwa produk tersebut menjanjikan. Jadi, produk kreatif yang benar-benar bernilai harus memiliki manfaat yang terasa abadi dan menarik.

Hal ini menjadi tantangan bagi content creator untuk mencari materi yang unik, dalam artian sulit untuk ditiru dan dikembangkan oleh pihak lain. Konten YouTube dibuat dengan penuh kesungguhan, bisa menjangkau semua kalangan, dan memiliki potensi pasar setiap saat alias bukan tren sesaat. Misalnya, lagu yang menyentuh hati seperti karya Maudy Ayunda atau konsep keilmuan yang mendasar seperti karya Pak Indrawan Nugroho. Intinya, kualitas konten itu nomor satu!

Engagement dari content creator dengan pemirsa juga penting agar banyaknya subscribers dan views bisa terus bertumbuh. Promosi melalui media sosial penting dalam mewujudkan hal ini. Terakhir, target pasar juga perlu diperluas dari skala nasional ke skala global.

Ya, kita tentu sudah sering mendengar keluhan bahwa rate iklan di Tanah Air itu kecil jika dibandingkan luar negeri. Maklum, UMR kita juga lebih kecil sekalipun itu Jakarta dan Cikarang, apalagi Yogyakarta, kan? Sasarlah masyarakat dengan UMR lebih tinggi di luar negeri alias buatlah konten berbahasa Inggris. Silakan pilih, suara berbahasa Inggris dan subtitle berbahasa Indonesia, atau sebaliknya.

Diperbolehkannya konten YouTube menjadi jaminan utang bank memudahkan mereka yang meraup rupiah melalui profesi YouTuber. Hal ini sekaligus merupakan apresiasi atas kerja keras mencari ide, membuat dan menyunting video, serta mengumpulkan subscribers, views, dan jam tayang yang menunjang. Semoga motivasi YouTuber di Indonesia untuk menghasilkan konten berkualitas dengan skala internasional meningkat, tetapi tidak dengan keinginan menarik pinjaman.

Mengapa demikian? Profesi YouTuber memiliki ketidakpastian yang tinggi, apalagi nilai produk kreatif yang dijaminkan sehingga pokok kredit, jangka waktu kredit, dan bunga yang diberikan bisa jadi tidak kompetitif. Jika kamu membutuhkan utang, tetap andalkan utang berjaminan dengan status pekerja tetap!

BACA JUGA Cara Monetisasi YouTube dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Christian Evan Chandra

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 25 Juli 2022 oleh

Tags: agunanjaminan utang bankyasona laolyYoutube
Christian Evan Chandra

Christian Evan Chandra

Pecinta ilmu aktuaria dengan hobi seputar menulis, kuliner, dan gadget.

Artikel Terkait

Nopek Novian: Godfather Konten Kampung yang Panen Dolar
Video

Kisah Komika Nopek Novian Jadi Godfather Konten Kampung di Madiun

17 Juni 2025
Google dan YouTube Beri Dukungan untuk UKM dan kreator MOJOK.CO
Ekonomi

Dukungan Google dan YouTube untuk UKM dan Kerator Lokal, Lebih Berdaya dengan Peluang Kerja Baru

2 Oktober 2024
Konten YouTube Influencer Bukan Segalanya bagi Dunia Kuliner Indonesia MOJOK.CO
Esai

Konten YouTube Influencer Bukan Segalanya bagi Dunia Kuliner Indonesia

15 April 2023
UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023 MOJOK.CO
Konter

UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023

29 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.