Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Kisah Nabi Isa dan Orang Bebal

Muhammad Zaid Sudi oleh Muhammad Zaid Sudi
8 Mei 2021
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Nabi Isa sering digambarkan sebagai sosok sufi ideal. Ia seorang pengelana yang tak bertempat tinggal, mengembara dari satu tempat ke tempat lain tanpa tahu di mana akan menyandarkan kepala.

Ia tidak punya harta benda. Kendaraannya adalah kakinya dan pembantunya adalah kedua tangannya.

“Bumi adalah tempat tidurku, batu adalah bantalku, matahari adalah selimutku, rembulan adalah pelitaku di malam hari. Makananku adalah lapar dan pakaianku adalah rasa takut kepada Allah,” katanya dalam sebuah riwayat.

Ke mana saja pergi, Nabi Isa memberi nasihat kepada orang-orang tentang pentingnya kedamaian, kedermawanan, dan kerendahatian. Salah satu kiat yang diajarkan olehnya adalah melihat sisi positif dari sesuatu, bahkan kepada binatang sekalipun.

Suatu hari, Nabi Isa dan rombongannya berjalan melewati bangkai seekor anjing. Para pengikutnya menutup hidup akibat bau busuk yang menguar. Komentar-komentar buruk keluar mengenai bangkai anjing tersebut. “Lihatlah betapa rapi, bersih, dan kokoh giginya,” kata Isa.

Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa Nabi Isa tidak pernah mencari-cari kesalahan orang lain. Ia tidak pernah berteriak atau tertawa keras, tidak pernah sengaja menjauh dari orang yang datang kepadanya, tidak pernah menutup hidung dari bau yang ditimbulkan orang yang ada di dekatnya. Dan Isa selalu berusaha melayani orang lain dengan baik.

Pelayanan yang diberikan oleh Nabi Isa kadang membuat rikuh mereka yang ia layani. Ia mengobati mereka yang sakit, menyuapi yang lapar, membasuh kaki orang-orang miskin, dan berbagai pelayanan lainnya.

“Akan lebih pantas bagi kami untuk melakukan ini kepadamu, ya Rasul,” kata mereka. Tapi Isa  membalas, “Sesungguhnya lebih cocok bagi orang yang berilmu untuk melayani umat.”

Namun sebagaimana kisah nabi-nabi, penolakan terhadap dakwah Nabi Isa juga terjadi. Mukjizat-mukjizat yang ia miliki tidak sekalipun menyadarkan mereka. Pernah ia menemui satu kaum yang menantang Isa untuk membuktikan bahwa dirinya adalah bukan nabi palsu.

Nabi Isa memenuhi tantangan, ia mengobati orang lepra, menyembuhkan orang buta, dan bahkan menghidupkan orang yang telah mati. Tapi sebagian besar mereka tetap menolak untuk percaya.

“Coba kau tunjukkan yang lain. Sihir-sihir itu sudah terlalu biasa,” ejek mereka.

“Kalau aku bisa menunjukkan apa saja yang baru saja kalian makan juga isi rumah kalian, apa kalian akan percaya kepadaku?” kata Isa.

Mereka setuju. Nabi Isa lalu menyebutkan satu persatu makanan terakhir yang dilahap orang-orang yang ada di depannya, berikut isi lemari dan rumahnya secara rinci. Sebagian orang lalu percaya dengan kenabian dan risalah Isa. Sebagian lainnya tetap saja mengingkarinya sambil menuduh Nabi Isa sebagai pembual.

Orang-orang bebal itu memang sering membuat Nabi Isa kehabisan akal dan kesabaran. Konon, Isa pernah terlihat melarikan diri dari seorang pria. Orang-orang terkejut melihatnya. Sebab tidak biasanya ia menghindar seperti itu, dari apa pun atau siapa pun.

Iklan

“Wahai ruh Allah, mengapa kamu lari dari orang itu?”

“Aku melarikan diri dari orang bebal,” jawab Isa.

“Tapi kau bahkan memiliki mukjizat untuk menghidupkan orang mati,” jawab orang-orang karena kaget dengan alasan Nabi Isa.

Isa tersenyum, “Benar, aku telah menghidupkan orang mati. Tapi aku merasa sulit untuk membuat orang bebal menjadi sadar.”

Dalam Matsnawi, Jalaluddin Rumi juga pernah menceritakan kerepotan Nabi Isa menanggapi orang bebal.

Saat itu, Nabi Isa baru saja meninggalkan sebuah desa kecil, ketika seorang pemuda mulai mengikutinya. Tidak lama setelah berjalan, pemuda itu melihat tulang yang teronggok. Keingintahuannya muncul. Ia merasa telah menemukan kerangka manusia yang diabaikan, ia lalu mengadukan hal itu kepada Isa.

“Nabi Isa, kamu pasti tahu rahasia mengembalikan orang mati. Tolong, ajari aku cara menghidupkan tulang-tulang yang tidak berguna ini, sehingga aku juga bisa mengatakan bahwa aku sudah mencapai perbuatan yang mulia,” kata si pemuda.

Nabi Isa berusaha mengabaikan permintaan itu, tetapi si pemuda itu tidak menyerah dan selalu mengulangi permintaannya lagi dan lagi. Isa mulai kehilangan kesabaran, dan dia akhirnya meminta pemuda itu untuk diam.

“Diamlah, ini bukan tugasmu! Pekerjaan ini membutuhkan jiwa yang lebih murni dari air hujan, batin yang lebih peka daripada malaikat. Kamu harus menjalani banyak kehidupan suci,” Isa mencoba membuat pemuda itu memahami masalah.

“Baiklah, kalau kau pikir aku tidak cukup baik untuk mengetahui rahasia itu, tolong kau lakukan sendiri. Hidupkan tulang-tulang ini!” si pemuda mengulang tanpa henti.

Nabi Isa benar-benar bingung. Ia akhirnya mengadu kepada Tuhan. Dan ia diminta menuruti keinginan si pemuda. Isa pun bersujud, melangitkan doa sambil berharap akan segera terbebas dari kecerewetan yang menjengkelkan tersebut.

Maka, segera setelah doa dipanjatkan, tulang-tulang tersebut bangkit dari kematian. Ternyata tulang itu bukanlah milik manusia seperti yang dikira si pemuda. Tulang-tulang itu adalah milik dari singa hitam yang ganas.

Singa itu lantas mengaum dan melompat ke arah si pemuda yang pucat pasi dan ketakutan, mencengkeram dan mematahkan kepalanya, lengan dan kakinya, lantas mencabik-cabik tubuhnya.

Nabi Isa menyaksikan adegan yang berlangsung begitu cepat itu dengan kaget. Ia lalu mendekati singa itu, “Mengapa kamu mencabik-cabik pemuda malang ini? Dia baru saja membuat aku mengembalikan hidupmu!”

“Dia telah membuatmu marah, wahai Nabi Allah!” jawab singa dengan takzim.

“Lalu kenapa kamu tidak memakan dagingnya?” tanya Isa.

“Bukan takdirku hari ini untuk mendapat rezeki dari tubuhnya!” jawabnya. Singa mengucap salam kepada Nabi Isa, kemudian berbalik dan berlalu.


Sepanjang Ramadan, MOJOK menerbitkan KOLOM RAMADAN yang diisi bergiliran oleh Fahruddin Faiz, Muh. Zaid Su’di, dan Husein Ja’far Al-Hadar. Tayang setiap hari.

Terakhir diperbarui pada 8 Mei 2021 oleh

Tags: Cerita Nabikisah nabiKolom RamadanNabi Isasufi
Muhammad Zaid Sudi

Muhammad Zaid Sudi

Kadang penulis, kadang penerjemah, kadang guru ngaji. Tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

Habib Luthfi yang Saya Kenal: Habib yang Menangis ketika Membicarakan Waliyullah dan Rasulullah MOJOK.CO
Esai

Habib Luthfi yang Saya Kenal: Habib yang Menangis ketika Membicarakan Waliyullah dan Rasulullah

4 Oktober 2022
Tuhan Itu Apa
Esai

Bapak, Tuhan Itu Apa?

14 Januari 2022
Kalau Mati Bisa Dihadapi oleh Sains, Agama Pasti Nggak Laku Lagi
Khotbah

Kalau Mati Bisa Dihadapi oleh Sains, Agama Pasti Nggak Laku Lagi

9 Juli 2021
Imam As'ad Lelah Miskin, Meniti Jalan Sufi dan Zikir, Malah Hidup Berkecukupan
Liputan

Lelah Miskin, Meniti Jalan Sufi, Malah Hidup Berkecukupan

4 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.