Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Habib Kok Gitu? Udah Nggak Pakai Jubah, Malah Aktif YouTube-an Lagi

Husein Jafar Al Hadar oleh Husein Jafar Al Hadar
15 April 2021
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Setelah menikah dan terbebas dari jeratan pertanyaan “kok masih jomblo?” pertanyaan yang paling sering saya terima akhir-akhir ini adalah, “Habib kok gitu?”

Ingin rasanya saya balik tanya, “loh memangnya kenapa?”, tapi saya malah ingat firman Allah dan sabda Nabi Muhammad yang menekankan pentingnya menjaga lisan dengan tutur kata yang sebaik mungkin kepada orang se-ngeselin apapun, tanpa efek samping ketersinggungan.

Latar belakang pertanyaan itu tentu adalah gaya berpakaian saya yang pakai hoodie, celana, dan sepatu sneakers. Kenapa tak seperti umumnya Habib yang berjubah dan berserban? Dari sini, saya jadi belajar tentang beberapa hal.

Pertama, sebagian kita yang cenderung melihat seseorang, bahkan mengukur ilmu dan imannya dari tampak luar saja. Padahal kita diajari untuk tak menilai orang dari penampilannya, melainkan tutur kata, perilaku, dan hal-hal yang lebih substantif.

Kedua, menutup aurat dan sopan tampaknya tak cukup untuk disebut pakaian islami di mata sebagian orang. Terutama kalau orang itu disematkan gelar habib.

Ketiga, kecenderungan sebagian kita yang ingin melihat keseragaman ketimbang menerima keragaman.

Tapi oke, saya akan coba jawab melalui tulisan ini secara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Saya diajari Nabi Saw bahwa manusia itu harus baik, dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Bermanfaat itu tak bisa modal mau saja, tapi mampu juga.

Nah, saya ini punya kemampuan secuil tentang keislaman. Makanya, saya berupaya bermanfaat dengan membagikan ilmu keislaman yang saya punya sesedikit apapun itu kepada khalayak ramai. Itulah yang kemudian disebut dakwah.

Andai saya punya skill capoeira, saya pasti memilih jalan bermanfaat melalui “dakwah” pelatihan mahir capoeira. Lebih enjoy kayaknya.

Lalu saya memilih untuk membagikan ilmu keislaman itu ke segmen anak muda (gen-z dan milenial). Mengapa?

Pertama, saya juga generasi milenial sehingga lebih tepat kiranya berdakwah ke anak muda karena saya lumayan tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan anak-anak muda terkait ilmu keislaman.

Kedua, saya ini ingin mensyukuri nikmat (tahadduts bin-ni’mah) ke-lumayan-muda-an saya dengan berdakwah ke gen-z dan milenial juga.

Saya tak ingin sok tua, toh nanti juga insya Allah—kalau umur panjang—saya juga akan tua, jadi ngapain sok tua sedari dini? Yang sedari dini itu ya ngaji kek, sukses kek, atau apa kek.

Iklan

Ketiga, dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad sabdakan bahwa Allah kagum pada pemuda yang menapaki jalan ketaatan. Maka saya kepikiran, bagaimana enaknya hidup dan mati saya kalau saya sampai bisa menjadi sebab Allah terkagum-kagum dengan melihat banyak anak muda jadi taat.

Keempat, saya ingat betul di mana ayah saya dulu kalau sudah tak mampu nasehati saya, beliau akan minta sahabat saya menasehati saya karena kalau sahabatnya yang nasehati akan cenderung diterima, minimal didengar.

Karena itu saya mencoba berdakwah dengan gaya seolah ngobrol dengan mereka, para anak muda. Memastikan untuk jauh dari kesan menggurui. Nabi Saw pun menyebut para muridnya sebagai sahabat.

Nah, persis di alasan keempat itulah jawaban dari pertanyaan di judul tulisan ini. Karena saya ingin jadi sahabat mereka dalam belajar memahami dan menjalankan Islam, maka saya harus seperti mereka dalam segala hal, kecuali kemaksiatan.

Dalam hal berpakaian, bergaya bicara, medianya pun media yang digandrungi mereka yakni YouTube dan media sosial, dan tentunya temanya yang related dengan mereka seperti misalnya, apa hukumnya siang-siang bulan Ramadan nonton cewek seksi di TikTok lagi joget?

Akhirnya, saya mengerti sekali bahwa berserban dengan alasan mengikuti Nabi Saw itu sunnah. Tapi, mengajak orang pada kebaikan atau amar makruf itu wajib.

Kalau dengan serban saya jadi tak efektif untuk ber-amar makruf, kan ada baiknya saya tak pakai serban demi mendahulukan yang wajib ketimbang yang sunnah?!

Saya haqqul yaqin Kanjeng Nabi Saw memaklumi. Adapun kalau Anda tak memaklumi, saya mohon maaf.


Sepanjang Ramadan, MOJOK menerbitkan KOLOM RAMADAN yang diisi bergiliran oleh Fahruddin Faiz, Muh. Zaid Su’di, dan Husein Ja’far Al-Hadar. Tayang setiap hari.

Terakhir diperbarui pada 15 April 2021 oleh

Tags: fahruddin faizGen ZhabibJeda TersesatKapan NikahKolom Ramadanmilenialnabi muhammadtiktokYoutube
Husein Jafar Al Hadar

Husein Jafar Al Hadar

Magister Tafsir. Pengasuh Konten Dakwah YouTube “Kultum Pemuda Tersesat” dan Penulis Buku “Tuhan Ada di Hatimu”.

Artikel Terkait

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

11 Desember 2025
anak muda.MOJOK.CO
Mendalam

Anak Muda Tidak Lemah, Masa Depan yang Tak Terlalu Ramah

20 November 2025
Pameran buku anak termasuk komik. MOJOK.CO
Ragam

Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak

15 November 2025
Lulus SMA dirundung karena jualan toge di pasar tradisional Tuban. Dianggap kurang usaha padahal masih muda alias gen Z. MOJOK.CO
Ragam

Lulusan SMA Dihina: Masih Muda tapi Cuman Jadi Pedagang Pasar. Tak Peduli yang Penting Bukan Beban Keluarga

6 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Dalil Al-Qur'an dan Hadis agar manusia tak merusak alam, jawaban untuk tudingan wahabi lingkungan dari Gus Ulil ke orang-orang yang menjaga alam MOJOK.CO

Dalil Al-Qur’an-Hadis agar Tak Merusak Alam buat Gus Ulil, Menjaga Alam bukan Wahabi Lingkungan tapi Perintah Allah dan Rasulullah

12 Desember 2025
UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Innova Reborn Menolak Mati, Toyota Belum Percaya sama Zenix? MOJOK.CO

Innova Reborn Menolak Mati, Toyota Belum Siap Kehilangan Mobil Kesayangan yang Nggak Pernah Bikin Malu

12 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.