Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Dua Jenis Tindakan Tuhan

Ulil Abshar Abdalla oleh Ulil Abshar Abdalla
10 Mei 2020
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ada dua jenis tindakan Tuhan dilihat dari sudut kebebasan makhluk untuk menaati atau membangkang.

Saya masih akan membahas mengenai af‘alu-l-Lah, tindakan-tindakan Tuhan. Tema ini tak akan ada habis-habisnya. Di antara seluruh sifat-sifat Tuhan, boleh jadi inilah sifat yang paling langsung bersentuhan dengan manusia.

Jika Tuhan kita sebut, sebagaimana pernah saya tulis sebelumnya, sebagai dzat yang “tan kinaya ngapa,” Tuhan yang penuh “misteri,” tetapi pada akhirnya Dia toh “memutuskan” untuk menampakkan diri kepada manusia. Penampakan Tuhan paling lahiriah dalam alam fisik tiada lain adalah tindakan-Nya.

Ada dua jenis tindakan Tuhan dilihat dari sudut kebebasan makhluk untuk menaati atau membangkang.

Pertama, tindakan-tindakan Tuhan yang berkaitan dengan benda-benda “mati” yang tidak memiliki kesadaran dan kehendak bebas (iradah). Inilah yang barangkali kita sebut sebagai “hukum alam”.

Tindakan jenis ini bersifat “deterministis,” dalam pengertian: ia mengikuti pola tertentu yang ajeg. Seluruh alam raya, baik manusia atau bukan, tak bisa lain kecuali taat, mengikuti tindakan Tuhan dari jenis yang pertama ini.

Dalam bahasa agama, tindakan ini disebut “sunnatu-l-Lah”, hukum Tuhan. Walau hukum alam ini bersifat “tetap,” dan ajeg, tetapi kebebasan Tuhan tidak dibatasi oleh-Nya. Tuhan men-tadbir atau menyelenggarakan alam raya dengan mengikuti hukum-hukum yang pasti, agar manusia mendapatkan “kepastian”, ketertiban (orderliness).

Kepastian semacam ini adalah bagian dari ”tafaddul” atau anugerah-Nya. Bayangkan jika matahari tidak mengikuti pola yang pasti: sekali waktu terbit di timur, sekali waktu di barat. Betapa repotnya kehidupan manusia dibuatnya.

Keajegan hukum alam bukan berarti bahwa alam bekerja “secara independen” tanpa membutuhkan “campur tangan” Tuhan sebagaimana dipahami oleh kaum deis (=mereka yang memandang Tuhan seperti tukang jam; istirahat total begitu selesai mencipta dunia, persis tukang jam yang tak lagi mencampuri jam yang dibuatnya begitu usai merangkai).

Keajegan hukum alam ini tak bisa menjadi dasar untuk beranggapan bahwa alam sudah cukup dengan hukum-hukumnya sendiri, tak memerlukan Tuhan, sebagaimana dipahami oleh kaum naturalis-materialis yang menyangkal keberadaan Tuhan.

Dalam pandangan seorang beriman, keajegan hukum alam adalah bagian dari anugerah Tuhan, agar manusia memiliki dasar-dasar kepastian dalam membangun kehidupan dan peradaban. Peradaban hanya bisa dibangun jika ada kepastian hukum-hukum yang mengatur alam fisik.

Jika Tuhan bertindak semaunya, Tuhan Yang Semua Gue, niscaya akan sulit membangun peradaban dan kebudayaan.

Mungkin akan timbul pertanyaan: Bagaimana memahami penegasan-penegasan dalam Qur’an yang menyarankan bahwa Tuhan bertindak sesuai dengan kemauan-Nya? Seperti ayat berikut:  (QS 14:27): Wa-yaf‘alu-l-Lahu ma yasya’—Tuhan bertindak sesuai dengan kemauan-Nya.

Apakah ini tidak berarti Tuhan bertindak semau gue, tanpa mengikuti pola tertentu?

Iklan

Ayat itu sama sekali tidak hendak menegaskan bahwa Tuhan bertindak asal-asalan, seperti raja lalim yang bekerja semau-maunya. Ayat itu harus dipahami dalam konteks kebebasan Tuhan: Tuhan bertindak tanpa paksaan apapun. Sebab, hanya tindakan yang keluar dari kehendak bebaslah yang memiliki nilai moral tinggi (a highest moral worth).

Oleh karena Tuhan adalah Maha Sempurna, dengan sendirinya tindakan-tindakan-Nya terjadi karena kehendak yang bebas, bukan karena paksaan.

Sekarang, mari kita menelaah jenis tindakan kedua; yaitu, tindakan-tindakan Tuhan yang berkait dengan manusia yang memiliki kehendak bebas. Contoh paling “sempurna” dari tindakan Tuhan jenis kedua adalah ajaran moral yang dalam fikih Islam disebut sebagai “awamir” (perintah) dan “nawahi” (larangan).

Hukum moral ini diketahui oleh manusia melalui dua jalur: wahyu (dan hanya wahyu saja, jika mengikuti pandangan kelompok Asy‘ariyyah) dan penalaran manusia atau akal. Berbeda dengan tindakan Tuhan yang pertama yang tidak bisa lain kecuali ditaati oleh semua makhluk-Nya, tindakan Tuhan yang kedua ini bisa dihadapi dengan dua opsi oleh manusia: ditaati atau dibantah.

Manusia memiliki kebebasan penuh, baik untuk menaati atau melawan ajaran-ajaran moral yang berasal dari Tuhan—meskipun masing-masing, tentu, memiliki konsekwensi moral sendiri-sendiri. Tak ada keharusan bagi manusia untuk menaati perintah Tuhan dalam tataran hukum moral.

Dia memiliki kebebasan penuh untuk membangkang, jika mau. Bandingkan ini dengan “tindakan” Tuhan yang mewujud dalam bentuk hukum alam seperti hukum gravitasi: semua benda (termasuk manusia diari sudut kefisikannya) tak bisa lain kecuali menaati “perintah” hukum ini—suka atau tidak suka (thaw‘an aw karhan).

Ini disebabkan oleh karena manusia memiliki derajat wujud yang tinggi yang ditandai oleh kemauan dan kehendak bebas. Hanya manusialah yang memiliki “onthological luxury,” kemewahan wujudiah semacam ini.

Benda-benda lain yang tak berkesadaran, seperti bebatuan, tak memiliki kemewahan tersebut. Benda-benda yang tak berkesadaran hanya punya satu opsi saja: menaati perintah Tuhan. Matahari tidak ada pilihan lain kecuali terbit dari timur!

Tetapi manusia memiliki kehendak bebas, dan Tuhan bertindak terhadap manusia sesuai dengan kebebasannya itu.


Sepanjang Ramadan, MOJOK.CO akan menampilkan kolom khusus “Wisata Akidah Bersama al-Ghazali” yang diampu oleh Ulil Abshar Abdalla. Tayang setiap pukul 16.00 WIB.

Terakhir diperbarui pada 10 Mei 2020 oleh

Tags: al-ghazaliTuhanWisata Akidah
Ulil Abshar Abdalla

Ulil Abshar Abdalla

Cendikiawan muslim.

Artikel Terkait

Cerita Mereka yang Berhasil Stop Main Judi Online Setelah Kehilangan Segalanya: Kalah Puluhan Juta, Ingin Resign dari PNS, Tapi Bisa Taubat Gara-Gara Grup Facebook.MOJOK.CO
Esai

Tentang Sebuah Kampung yang Ketagihan Judi Togel

4 Januari 2024
Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini? MOJOK.CO
Kilas

Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini?

25 Desember 2023
Mungkin Tuhan Menamparku, Cinta Perempuan itu Bukan Untukku. MOJOK.CO
Kilas

Mungkin Tuhan Menamparku, Cinta Perempuan itu Bukan Untukku

4 Juni 2023
Tuhan Itu Apa
Esai

Bapak, Tuhan Itu Apa?

14 Januari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.