MOJOK.CO – Bagaimana cara melihat hukum menagih utang dari persepektif orang yang diutangi? Kewajiban bayar utang itu ada, tapi anjuran buat penagih utang juga ada.
Fanshuri masih tidak mengerti kenapa Mas Is belum juga membayar utang yang belum dibayar-bayar. Sudah berkali-kali menagih utang, Fanshuri tetap tidak mendapat kepastian kapan utangnya bisa dibayar.
Untuk itulah Fanshuri mendatangi Gus Mut. Berharap ada kejelasan soal utangnya. Tentu dengan wajah mbesengut Fanshuri datang ke kediaman Gus Mut.
“Kamu kenapa pasang wajah kayak celana belum distrika gitu, Fan?” tanya Gus Mut yang masih menyirami tanaman di halaman rumahnya.
“Aduh, Gus. Pusing saya,” kata Fanshuri.
“Pusing kenapa?” tanya Gus Mut.
“Pusing utang,” kata Fanshuri cepat.
Gus Mut terkekeh.
“Pusing bayar utang maksudmu?” tanya Gus Mut.
“Bukan, bukan pusing bayar utang, pusing nagih utang, Gus,” kata Fanshuri agak keras.
“Ya jangan ngegas gitu. Aku kan cuma tanya,” kata Gus Mut tersenyum.
“Hehe, bukan ngegas, Gus. Cuma memang pusing ini,” kata Fanshuri.
“Siapa sih yang utang memangnya?” tanya Gus Mut.
“Mas Is. Katanya mau segera dibayar, tapi udah dua bulan ini belum juga dibayar-bayar,” kata Fanshuri.
“Kamu memang segera butuh itu duitnya?”
“Iya ini, Gus. Buat tambah-tambah duit untuk renovasi rumah saya,” kata Fanshuri.
“Memang utang berapa Mas Is, Fan?”
Fanshuri agak malu-malu menyampaikannya.
“Nggak banyak sih, Gus. Cuma 500 ribu,” kata Fanshuri.
Mendengar itu, Gus Mut langsung menyelesaikan menyirami tanaman lalu masuk ke dalam rumah. Begitu keluar rumah, Gus Mut membawa duit, dan langsung memberikan ke Fanshuri. Pas 500 ribu.
“Lho, lho, apa ini, Gus?” tanya Fanshuri kaget.
“Ya ini buat tambah-tambah renovasi rumahmu itu,” kata Gus Mut.
“Lho, tapi kan aku ke sini bukan untuk minta duit sampeyan, Gus?” tanya Fanshuri.
“Siapa yang bilang aku mau kasih kamu duit, kamu pakai dulu aja duit ini. Kapan-kapan aja dibalikin,” kata Gus Mut.
Fanshuri masih bingung.
“Lho saya ini mau tanya soal hukum menagih utang kok ke sini itu, bukan mau minta diutangin,” kata Fansuri.
“Fan, hukum menagih utang itu boleh. Nabi saja pernah ditagih sama orang soal utangnya pakai kata-kata pedas, sampai sahabat lain merasa tersinggung, tapi oleh Nabi ya nggak apa-apa, itu hak penagih utang. Tapi di sisi lain, lebih baik kamu niatkan itu sebagai teguran saja. Kalau memang Mas Is belum ada duit, dan benar-benar lagi susah keadaannya, ada baiknya kamu menunggu dulu sampai Mas Is benar-benar siap mengembalikan duitmu,” kata Gus Mut.
Fanshuri berpikir sejenak.
“Sebentar, sebentar, itu kan jadi kewajiban Mas Is untuk bayar utang ke saya. Kenapa malah saya yang harus ngalah?” kata Fanshuri.
Gus Mut terkekeh.
“Fan, aku ini bukan bilang bahwa Mas Is boleh menunda bayar utang. Aku cuma bilang sebaiknya kamu juga lihat kondisi. Kemarin aku lihat anak Mas Is baru aja masuk rumah sakit, mungkin itu yang bikin dia jadi belum bisa bayar utang ke kamu,” kata Fanshuri.
“Ya, soal itu saya juga tahu, Gus. Ta, tapi kan saya sedang butuh duit itu,” kata Fanshuri.
“Kira-kira, dari skala prioritas aja. Lebih penting orang renovasi rumah atau orang berobat ke rumah sakit?” tanya Gus Mut.
“Ya lebih penting berobat ke rumah sakit sih, tapi kan Mas Is udah janji. Masak malah jadi saya yang harus direpotin gara-gara Mas Is nggak jadi bayar utang ke saya?” tanya Fanshuri lagi.
Gus Mut terkekeh.
“Fan, kita ini memang suka membebankan kewajiban pada orang lain, padahal sebenarnya kita bisa melepaskan beban kewajiban itu. Kadang-kadang bukan soal kita nggak mampu, ini perkara kita nggak mau aja,” kata Gus Mut.
“Lho, kok Gus Mut jadi belain Mas Is. Posisinya kan saya yang diutangin. Sedangkan kewajiban membayar utang itu kan harusnya dibebankan ke Mas Is, bukan malah saya dong,” kata Fanshuri.
“Begini lho, Fan. Kalau Mas Is yang datang kemari, barangkali aku akan bilang agar sebaiknya mendahulukan untuk membayar utang itu ke kamu. Hukum menagih utang dan hukum membayar utang bakalan aku sampaikan ke dia. Tapi karena kamu yang datang, ya aku bilang kalau sebaiknya kamu menagih dengan baik, dengan lembut. Lebih elok lagi kalau kamu mau mengikhlaskan piutang itu. Itu malah jauh lebih baik buatmu, Fan. Karena jadinya malah sedekah,” kata Gus Mut.
Fanshuri masih bingung.
“Intinya gini deh, Gus. Saya salah nggak kalau nagih?” tanya Fanshuri.
“Nggak,” jawab Gus Mut.
“Lalu kenapa saya harus ikhlas sama utang ini? Saya bukan menagih soal duit 500 ribunya, saya menagih janjinya, Gus,” kata Fanshuri.
“Ah, masa?” tanya Gus Mut.
“Iya, Gus,” kata Fanshuri.
“Kalau memang kamu bukan menagih duitnya tapi janjinya, ya sudah, berarti duit 500 ribu ini nggak jadi deh aku kasih ke kamu,” kata Gus Mut menagih kembali duitnya.
“Eh, eh, jangan, Gus. Iya, saya butuh duitnya, hehe,” kata Fanshuri cepat-cepat memasukkan duit dari Gus Mut.
BACA JUGA Utang Tak Dibayar Lebih Berbahaya Ketimbang Memilih Pemimpin Nonmuslim atau artikel Ahmad Khadafi lainnya.