Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Ulama yang Membela Orang Biasa

Puthut EA oleh Puthut EA
13 Desember 2018
A A
kepala suku
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Suatu saat, di sebuah pengajian bersama Cak Nun dan grup musik Kiai Kanjeng, Gus Mus ditanya oleh peserta: Bolehkah kita meminta rezeki kepada Allah?

Kiai dengan wajah yang senantiasa cerah dan teduh itu mengatakan boleh saja. Hanya, bagi orang sepertinya atau kiai lain, tidak pantas meminta seperti itu. Sebab itu pertanda bahwa mereka kurang percaya kalau Allah bakal menjamin dan senantiasa memberi rezeki terbaik bagi mereka.

Dialog sederhana seperti itu menunjukkan bahwa ada dua level pengertian yang hendak disasar. Pertama, level orang biasa atau awam. Dan kedua, memberi pengertian ada level yang lebih tinggi lagi, yang lebih ideal, tapi tidak dipaksakan.

Cara berkomunikasi seperti itu tentu berbeda dengan misalnya jika dijawab: “Tidak boleh, itu artinya kamu tidak percaya rezeki dari Allah!”

Kita kaum muslim di Indonesia, kebanyakan adalah orang awam. Tentu termasuk saya. Dari sekira 207 juta umat Islam di Indonesia, mungkin yang benar-benar belajar soal Islam tak sampai 10 persen. Dan dari angka tersebut, mungkin juga hanya sekian persen saja yang benar-benar alim. Dari sedikit yang alim itu, tidak semua tentu berpikiran seperti Gus Mus.

Orang seperti saya, selalu punya kecenderungan suka kepada ulama yang ‘membela’ orang awam. Sebab saya merasa bagian dari kaum ini. Sederet ulama bukan hanya membela tapi juga menggunakan bahasa dan cara berkomunikasi yang mudah dipahami awam. Selain Gus Mus tentu saja ada Cak Nun, almarhum Gus Dur, Buya Syafi’i Maarif, Bapak Quraish Shihab, Gus Baha’, Gus Muwafiq, dll.

Cak Nun punya pengertian yang mudah dipahami dalam proses seperti itu yakni dalam sebuah pengajian, hendaklah orang bisa pulang dalam keadaan pikiran yang lebih jernih dan hati yang lebih lapang. Jika ada pengajian yang ketika orang pulang justru menjadi pemarah dan sempit hatinya, berarti pengajiannya merupakan bagian dari persoalan itu sendiri.

Bahkan sosok seperti Gus Baha’, kegiatan harian yang sepintas terasa sepele seperti ngopi dan tidur, jika diniati sebagai usaha untuk tidak melakukan kegiatan negatif, itu juga baik. Sebab ibadah bukan hanya persoalan melakukan ritual belaka, melainkan juga mencegah diri dari hal yang tidak baik. Ngopi lebih baik daripada pergi ke tempat maksiat. Tidur lebih baik daripada melakukan kegiatan negatif.

Gus Baha’ pula yang memberi landasan pemikiran menarik soal orang awam. Beliau sadar di Indonesia ini mayoritas muslim adalah awam. Tapi mayoritas itu pula yang ikut menjamin kegiatan ibadah berlangsung dengan aman dan nyaman. Bayangkan jika orang awam itu antipati terhadap Islam. Maka berbagai kegiatan ibadah tidak bisa dijamin berlangsung dengan aman. Sebab seawam apa pun orang muslim, mereka tetap menghormati ulama dan tidak bakal mengganggu kegiatan ibadah.

Kita semua bisa membayangkan kalau seandainya Indonesia tidak ada sederet ulama yang membela orang awam dengan gaya masing-masing seperti di atas. Maka bisa dipastikan agama menjadi sesuatu yang serba saklek dan kaku. Keras dan panas. Padahal di dalam agama ada seperangkat nilai yang diusung. Ada misi kebaikan dan kedamaian. Ada kelenturan untuk mengerti dan memahami. Dan ada nalar yang bekerja.

Pada akhirnya, kita orang awam juga bisa memasuki pintu agama dari segala penjuru, dari level mana pun. Tanpa merasa risih dan malu-malu.

Sebab Tuhan kita adalah Tuhan maha segalanya. Tuhan segala hal. Termasuk Tuhan bagi orang awam. Tuhan bagi orang biasa yang secara kuantitatif adalah mayoritas penghuni negeri ini.

Terakhir diperbarui pada 13 Desember 2018 oleh

Tags: awamkepala suku
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Ngobrol Santuy Bareng Puthut EA Selain Soal Kepenulisan
Video

Ngobrol Santuy Bareng Puthut EA Selain Soal Kepenulisan

24 November 2024
Seperempat Abad Puthut EA Berkarya, Percaya Jadi Penulis Hidupnya Bisa Sejahtera
Video

Seperempat Abad Puthut EA Berkarya, Percaya Jadi Penulis Hidupnya Bisa Sejahtera

4 Oktober 2024
ilustrasi Kita Boleh Menyerah Kalah uthut EA mojok motivasi kesuksesan kegagalan keberhasilan kita boleh menyerah
Kepala Suku

Mari Berbisnis Buku Bajakan: Cara Cepat Jadi Kaya, Tanpa Risiko, dan Dipuja Banyak Orang

27 Mei 2021
Kepala Suku Mojok divaksin
Liputan

Ketika Saya Divaksin

11 Maret 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Hari ibu adalah perayaan untuk seluruh perempuan. MOJOK.CO

Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya

24 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.