Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

7 Pertanyaan Remeh untuk Pembaca Bumi Manusia

Puthut EA oleh Puthut EA
27 Mei 2018
A A
KEPALA SUKU-MOJOK

KEPALA SUKU-MOJOK

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK – Sampai detik ini, pembuatan film adaptasi dari novel Bumi Manusia tetap ramai diperbincangkan. Mulai dari mendukung, hingga mencerca. Film adaptasi ini dianggap akan mengecewakan. Begitukah nalar yang benar?

Setidaknya ketika Orba hadir lewat instrumen politik dengan lahirnya partai baru trah Cendana, para pembaca Pramoedya Ananta Toer, juga terus lahir dan berlipatganda.

Kita tahu, Pram memosisikan diri berhadapan dengan Soeharto. Dia salah satu simbol perlawanan melawan penguasa Orba itu.

Orang seperti saya setidaknya nyicil ayem sebab masih ada tempat yang murwat di Republik ini untuk pribadi yang kokoh, perjuangan kemanusiaan, dan penghormatan atas karya sastra. Alhamdulillah…

Saya tidak akan menggunakan hal yang berat dan rumit, apalagi lewat kutipan-kutipan novel itu, untuk membantu memeriksa argumen para pihak yang keberatan. Tidak perlu seberat itu. Karena toh keberatan mereka merupakan ekspresi cinta dan hasrat yang baik atas karya sastrawan besar Indonesia.

Saya hanya akan memakai pertanyaan remeh dan receh saja. Hal yang mudah saja. Dan ini bukan untuk membantah bahwa keberatan itu tak masuk akal. Bukan. Pram tak perlu dibela. Dia telah membuktikan sebagai pemenang zaman. Film adaptasi ini juga tak perlu dibela. Lha wong gegeran ini juga akan menguntungkan mereka kok. Tapi bakulurus nalar adalah tugas kita bersama. Tanpa harus bersitegang.

1. Ini sungguh pertanyaan remeh sekali: Kalau filmnya jelek, terus apa novel ini jadi ikut-ikutan jelek gitu? Misalkan, film bikinan Hanung ini jelek banget, apakah kemudian memberi pengaruh sehingga novel itu jadi jelek?

2. Setahu saya, film ini baru akan diproduksi. Terus kenapa bisa dibilang filmnya jelek? Bukankah filmnya belum jadi? Memang film bagus atau tidak bisa ketahuan sebelum jadi ya? O, bisa? Oke. Sip.

3. Banyak yang bilang, Hanung Bramantyo menyepelekan Bumi Manusia karena Iqbal Ramadhan si pemeran Minke, tidak perlu diberi buku tebal-tebal. Ya Iqbal memang mau memerankan tokoh Minke. Dia bukan Minke. Dia pemeran Minke. Iqbal kan mau main film. Mungkin maksudnya itu…

Kamu juga bilang kalau Hanung gak paham Bumi Manusia karena menurutnya, buku ini berisi soal pemberontakan Minke atas dunia Barat. Itu pandangan yang keliru karena justru Minke terpesona pada modernitas Barat. Kalau begitu, kan, yang gak paham Hanung, kenapa yang dipersoalkan adalah Iqbal? Jadi Hanung atau Iqbal? Atau keduanya? Atau semua alasan atas pembuatan film itu?

4. Film atau produk budaya lain, dia tidak lepas dari sekian variabel yang mengelilinginya. Dia punya tanah sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Nah, tiba-tiba banyak orang ingin film Indonesia mendadak harus bermutu luar biasa bagus hanya karena sedang akan memproduksi film ini? Ibarat sebuah lahan yang selama ini menghasilkan kualitas tanaman semenjana tiba-tiba diminta menghasilkan mutu panen yang bagus hanya semata karena bibitnya bagus. Apakah ini masuk akal?

5. Terus banyak yang bilang kalau pemeran Minke harus ini dan harus itu. Iqbal tidak cocok memerankan Minke. Terus yang cocok siapa? Reza Rahadian? Atau Nicholas Saputra? Kamu mau Dian Sastro jadi Annelies-nya? Jadi siapa yang cocok? Pasti ada polemik. Tapi ngomong-ngomong, asal ada Dian Sastro, saya setuju sih…

6. Ada banyak hal yang dibahas Bumi Manusia. Novel itu berisi sekian lapis konten yang terpaut satu sama lain. Novel memang medium yang paling pas untuk mengekspresikan hal seperti ini. Kalau diadaptasi di dalam film, tentu saja tidak mungkin semua hal terakomodasi. Fokus tema mana yang cocok untuk menjadi film adaptasi ini? Tuh kan malah berdebat sendiri. Ya memang begitu, pasti ada perdebatan dan ketidaksetujuan. Jadi rileks saja…

7. Kalau Pram mau, Bumi Manusia pernah mau dibeli haknya dan dibikin oleh Oliver Stone. Tapi saat itu Pram gamang. Dia berpikir: Masak gak ada sih, orang Indonesia yang bisa bikin film ini? Oke. Sekarang Hanung yang terpilih untuk bikin. Kalau dia dirasa tidak tepat, terus menurutmu yang tepat siapa? Riri Riza? Garin Nugroho? Ifa Isfansyah? Yosep Anggi Noen? Atau Ali Mojok?

Iklan

Silakan dijawab di kolom komentar…

 

Terakhir diperbarui pada 27 Mei 2018 oleh

Tags: Bumi Manusiacendanafilm adaptasiHanung BramantyoiqbaalorbaPramoedya Ananta Toer
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Republik dan Bayang Penjajahan yang Tak Usai
Video

Republik dan Bayang Penjajahan yang Tak Usai

25 Oktober 2025
Sejarah Indonesia Berisi Kekerasan dan Negara Paksa Kita Lupa MOJOK.CO
Esai

Sejarah Indonesia Berisi Luka yang Diwariskan dan Negara Memaksa Kita untuk Melupakan Jejak kekerasan itu

30 September 2025
Hanung Bramantyo sebut Semarang punya beragam aset untuk menjadi Kota Film MOJOK.CO
Kilas

10 Tahun setelah Ayat-Ayat Cinta, Semarang Punya Beragam Aset untuk Jadi “Kota Sinema”

16 September 2025
Demo Dilindas Pemerintah yang Lebih Busuk dibanding Orde Baru MOJOK.CO
Esai

Negara Melindas dengan Beringas: Ketika Menghadapi Demo dan Rakyat, Nyatanya Pemerintah Sekarang Lebih Kejam dari Orde Baru dan Zionis!

2 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.