Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kenapa Anggota DPRD DKI Minta Naik Gaji di Masa Pandemi Itu Masuk Akal?

Muhammad Nanda Fauzan oleh Muhammad Nanda Fauzan
4 Desember 2020
A A
Kenapa Anggota DPRD DKI Minta Naik Gaji di Masa Pandemi Itu Masuk Akal?

Kenapa Anggota DPRD DKI Minta Naik Gaji di Masa Pandemi Itu Masuk Akal?

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pada saat kemiskinan meningkat karena pandemi corona, DPRD DKI Jakarta malah minta naik gaji sampai 4 kali lipat. Waw, mantap.

Langit Ibukota sedang cerah beberapa hari belakangan, orang-orang membagikan hasil potret terbaiknya di internet; mereka tampak bahagia dan bersuka cita.

Kualitas udara Jakarta agaknya menjadi perhatian penting sebab kemiskinan dan kelaparan, kesengsaraan, dan kemelaratan, sudah menjadi rahasia umum yang tak lagi seksi untuk diekspose—kecuali untuk sinetron.

Sedikit orang yang mau ambil peduli pada urusan kemiskinan, atau cita-cita hidup layak bagi warga Jakarta. Dan di antara yang sedikit itu, para legislator adalah orang paling gigih memperjuangkannya.

Para anggota DPRD DKI Jakarta tampaknya terus berupaya menjauhkan hampir sebelas juta kepala manusia dari garis edar kemiskinan, dan saya bangga menemukan fakta bahwa masih ada orang-orang mulia semacam itu.

Masalahnya, masih saja ada orang dengki yang malu-malu kucing mengakui kemuliaan para legislator. Baru-baru ini misalnya, DPRD DKI Jakarta memberi pelajaran kepada kita tentang pentingnya memperjuangkan hak hidup paling minimal.

Ilmu berharga itu terangkum dalam rancangan anggaran Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2021, di mana nominal yang mereka ajukan sebesar 8 miliar per anggota per tahun.

Dengan kata lain, paling tidak Negara Kesatuan Republik Investasi Indonesia perlu menyiapkan uang receh sejumlah Rp888.861.846.000 untuk 106 orang anggota DPRD DKI Jakarta.

Itu jumlah yang tak sedikit, bahkan kuat dugaan saya bisa buat mentraktir keranjang Shopee ribuan orang—tentu masih ada kembalian yang bisa ditawari buat sekalian donasi.

Orang-orang menganggap permintaan itu sebagai perilaku yang nirempati dari anggota DPRD DKI Jakarta.

“Di tengah wabah harusnya paham kondisi, apalagi angka kemiskinan di Jakarta bertambah,” kata sebagian dari mereka yang sinis.

“Justru karena wabah, tunjangan untuk transportasi dan kunjungan ke daerah harusnya ditekan, sebab bisa melalui daring,” kata sebagian yang ingin terlihat solutif.

Mereka lupa, justru karena wabah inilah kebutuhan untuk menghamburkan uang kian bertambah berkali lipat. Para anggota DPRD DKI Jakarta yang terhormat—beserta sanak dan famili—jelas lebih konsumtif belanja daring.

Dan, ingat, ini penting untuk memutar roda ekonomi negara.

Iklan

Memang rumah orang miskin model kita doang yang layak digedor kurir pos saban sehari sekali? Horang-horang kaya di gedung DPRD DKI Jakarta juga boleh dong menggelindingkan roda ekonomi kaum bawah ke Palung Mariana.

Anehnya, sosok seperti Lucius Karus, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), justru mengasosiasikan kenaikan gaji—yang menyentuh 400%—ini dengan perilaku korupsi legal.

Hadeh. Itu ucapan yang sangat tidak bertanggung jawab dan melukai jiwa kepahlawanan anggota DPRD DKI Jakarta. Gini lho, Rus, Karius. Harusnya sebagai masyarakat, kita bisa menilai bahwa itulah harga yang setimpal buat kerja DPRD DKI Jakarta yang maha-berat.

Mewakili masyarakat Jakarta yang cenderung heterogen dan berjiwa metropolitan itu berat lho. Belum dengan angka kemiskinan yang terus naik sepanjang pandemi. Untuk itu, demi bisa mewakili daya beli masyarakat yang menurun, kemampuan itu sudah selayaknya diwakili mereka-mereka ini.

Mau makan enak, sudah diwakili. Mau belanja jam Rolex atau tas Herpes Hermes sudah diwakili. Bahkan sekadar bisa kerja di ruang ber-AC aja lho, sudah diwakili.

Orang-orang di luar gedung DPRD DKI Jakarta memang banyak yang tak paham urusan menghargai hasil kerja seperti ini. Berat lho kerja begini. Dan banyak orang masih meremehkannya.

Apalagi, menurut Ketua Komisi A DPRD Jakarta, Mujiyono, permintaan kenaikan gaji semacam ini wajar belaka. Katanya, hal ini normal karena DPRD DKI belum pernah mengalami penyesuaian gaji sejak tiga tahun terakhir.

Tiga tahun bukan waktu yang singkat lho, Man, Sulaiman.

UMP Jakarta saja naik secara berkala. Tahun lalu lonjakannya menyentuh 3,27%, masa iya DPRD DKI Jakarta minta naik gaji 400% aja perhitungan banget begitu sih.

Lagian sekarang semuanya sudah berubah. Janda bolong saja harganya sudah naik sekian persen, sepeda bagus juga harganya minimal ratusan juta ke atas, mana mampu terborong dengan upah bersih anggota dewan yang cuma 111 juta per bulan seperti sekarang?

Buat beli mobil terbaru pakai duit apa dong? Jalan-jalan ke luar negeri mau pakai uangnya siapa? Uangnya mbahmu? Uang ekspor benur? Kan nggak bakal cukup kalau nggak dinaikin gajinya.

Nanti begitu gaji dan tunjangan nggak cukup, terus terpaksa sampai ada yang korupsi gimana? Ngana mau tanggung jawab? Hah?

Makanya, jadi orang nggak usah iri dan dengki gitu dong. Ingat, kebutuhan hidup anggota dewan terhormat yang emang butuh banyak biaya.

Jadi, gini lho.

Mbok ya kalian itu mikir dikit. Kaya dan miskin itu murni urusan mental, orang-orang yang sering menyandarkan problem itu pada perkara struktural jelas kurang bergaul dan akan tetap berkubang di lumpur yang sama.

Beruntung anggota dewan ini pada mau peduli dan mengajarkan pada kita bagaimana tata cara memaksimalkan kemampuan lobi di masa-masa pandemi.

Kerja delapan jam sehari sampai tulang rontok para pekerja Jakarta, tapi hati terus iri dan dengki kepada anggota DPRD DKI adalah mental orang miskin. Mental orang sukses dan kaya itu ya modelan kayak jajaran DPRD DKI eneee. Kerja minimal, bayaran maksimal.

Lalu minta naik gaji untuk kinerja yang tidak diketahui hasilnya di mana, dengan siapa, dan dihabisin buat apa.

Benar-benar sesuai dengan slogan Pak Anies kemarin waktu kampanye; “Maju kotanya, bahagia anggota legislatifnya warganya!”

BACA JUGA Merindukan Ahok dan “Pemahaman Nenek Lo” tentang APBD Jakarta dan tulisan Muhammad Nanda Fauzan lainnya.

Terakhir diperbarui pada 21 Desember 2020 oleh

Tags: dki jakartajakartaNaik Gajipandemi
Muhammad Nanda Fauzan

Muhammad Nanda Fauzan

Mahasiswa Filsafat UIN BANTEN.

Artikel Terkait

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO
Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.