MOJOK.CO – Jogja dan Bogor punya caranya masing-masing untuk membuat warganya cemas dan stres. Udah, mending jangan tinggal di sana, sih. Bikin stres!
Hampir setengah tahun saya tidak menginjakkan kaki ke tanah kelahiran tercinta, Kulon Progo. Saat turun dari tangga bus, saya langsung menghirup dalam-dalam udara yang nggak segar-segar amat ini. Namun, masih mendingan, sih, ketimbang Bogor, kota tempat saya merantau saat ini.
Ada beberapa perbedaan antara tinggal di Bogor dengan di Kulon Progo atau Jogja secara umum. Namun, meski berbeda, kedua kota ini merupakan sebuah daerah yang paling bisa membuat warganya cemas dan stres. Izinkan saya menjelaskannya secara singkat.
Lalu lintas di Bogor adalah sumber stres terbesar bagi warganya
Salah satu hal yang langsung menyapa mata saya adalah perihal lalu lintas. Bogor jauh lebih parah ketimbang Kulon Progo dan Jogja pada umumnya. Misalnya, di Bogor, silakan kamu mengunjungi yang namanya Jalan Raya Dramaga.
Angkot di sana melimpah dengan klakson yang selalu menyala setiap menit. Seketika ingatan saya malah melayang ke beberapa hari sebelum kepulangan ke Jogja.
“Biiip… biiip… biiip!”
Begitulah suara klakson angkot ketika kendaraan itu mendekati saya yang hendak menyeberangi di Jalan Raya Dramaga. Begitu sampai di dekat saya, sopir angkot itu kembali memencet klaksonnya berkali-kali. Kayaknya si sopir mikir saya hendak naik angkot, padahal tidak.
Saya merespons dengan mengibaskan tangan. Sebuah isyarat tidak mau naik. Begitu melihat saya enggan naik, si sopir langsung melajukan angkotnya dan tidak lupa sambil membunyikan kembali klaksonnya, menarik perhatian calon penumpang lainnya. Begitulah Bogor yang semrawut bikin stres. Untuk soal ini, Jogja masih mending.
Baca halaman selanjutnya: 2 kota yang menjadi sumber stres para warganya.