MOJOK.CO – Pak Anies agak lain memang ketika menyindir Ganjar Pranowo perihal jogging. Padahal, olahraga ini memberi banyak manfaat bagi politikus.
“Saya datang ke banyak tempat tanpa kamera, tanpa media, tanpa ditemani siapa-siapa. Sering kali saya hanya datang sendirian, lalu masuk ke suatu tempat, masuk ke sebuah warung tahu-tahu yang punya warung ngelihatin aja. Ini seperti kenal tapi siapa gitu. Karena kan di pelosok, jadi nyapa juga belum tentu berani. Saya ngobrol dengan masyarakat saya mendengar cerita mereka,” kata Anies Baswedan pada tanggal 21 Mei 2023 yang lalu.
Pak Anies mengungkapkan bahwa dirinya nggak suka bawa kamera dan media ketika “blusukan”. Ah, itu sih pernyataan yang biasa saja dari seorang politikus. Nah, yang menarik adalah kalimat selanjutnya.
“Dan saya temui mereka bukan untuk selfie dan diposting di pagi hari. Bukan, saya bukan lari-lari untuk posting foto,” tambah Anies, seperti saya kutip secara utuh tanpa edit dari Detik.
Betul, kita sama-sama paham bahwa Pak Anies sedang menyindir kesukaan jogging Pak Ganjar Prabowo, eh maaf, Ganjar Pranowo. Maaf, salah ketik. Maklum, nama mereka cuma beda satu huruf. Jadi sering kepleset kalau menulis nama lengkap Pak Ganjar. Ini redaktur Esai di Mojok kok membiarkan salah tulis nama, lho.
(Nggak papa, biar agak lucu. Sekarang Mojok kurang lucu, sih. Ttd, redaktur Esai di Mojok).
Jogging bersama Pak Ganjar Pranowo
Saya kurang tahu sejak kapan Pak Ganjar Pranowo suka sekali jogging. Konon, beliau juga suka olahraga naik sepeda. Artinya, sebagai bapak berusia 54 tahun, politisi dari PDIP ini sehat sekali. Selain itu, beliau juga mampu memaksimalkan hobinya sebagai media bertemu dengan warga. Apalagi sekarang beliau capres.
Kalau mau melihatnya dari sisi terang, kebiasaan Pak Ganjar Pranowo ketemu relawan dan warga sambil olahraga perlu mendapat pujian. Pertama, bapak kelahiran Karanganyar ini menyiratkan bahwa beliau sangat mudah untuk didekati. Dia tidak berdiri di mimbar yang berada di ujung ruangan. Pak Ganjar Pranowo berada di tengah rakyat, menempelkan telinganya di tempat paling dekat untuk mendengar.
Kedua, Pak Ganjar menemui rakyat di ruang yang luas. Rakyat yang hadir di arena olahraga tentu beragam. Jadi, beliau bisa mendapatkan input yang lebih bervariasi. Ketimbang berkunjung ke sebuah warung saja seperti Pak Anies.
Iya, Pak Anies ingin mengesankan bahwa dirinya itu dekat dengan “orang kecil”. Ini justru blunder karena beliau mengasosiasikan warung = pelosok = orang kecil. Padahal, masalah negara nggak sebatas ada di “pelosok Indonesia” saja. Ada kalanya kudu mendengar suara orang urban juga.
Jadi, spektrum sindiran Pak Anies ke Pak Ganjar Pranowo perihal hobi jogging sampai mengunggah ke media sosial, menurut saya, bukan sindiran yang bijak. Media sosial juga alat yang paling memungkinkan seorang capres bertemu calon pemilihnya secara instan. Ah, siapa, sih politikus yang memoles diri di depan kaca media sosial, Pak Anies?
Oleh sebab itu, cara Pak Ganjar Pranowo memaksimalkan jogging sebagai media tatap muka dengan warga itu patut diapresiasi. Bahkan menurut saya, lebih enak ketemu ketika olahraga di akhir pekan. Sudah badan sehat, uneg-uneg bisa disampaikan secara bebas. Pak Ganjar juga akan mendengar masukan yang lebih bervariasi.
Baca halaman selanjutnya….