MOJOK.CO – Lidah Surabaya teman saya tersengat oleh manisnya gudeg Jogja. Kejadian yang membuatnya hampir membenci kuliner pusaka satu ini.
Beberapa tahun yang lalu, teman saya datang ke Jogja dengan satu misi. Selama satu minggu penugasan kerja, dia ingin menuntaskan rasa penasaran akan sebuah kuliner. Satu kuliner yang bisa sangat mudah memancing banyak perdebatan. Yang dia inginkan adalah menikmati gudeg Jogja yang tersohor itu.
Namanya Andre (36), asli Surabaya, yang sudah menjadi teman saya sejak kami kuliah di Universitas Brawijaya Malang. Kami berbeda fakultas dan sebetulnya agak jarang ketemu. Nah, satu tema yang selalu berhasil mempertemukan kami adalah kuliner. Saya dan Andre sama-sama punya rasa penasaran yang tinggi, khususnya untuk kuliner yang belum pernah mampir ke lidah.
Soal kuliner, saya sendiri tidak punya masalah besar ketika kuliah di Malang. Saya memang asli Jogja, tetapi lidah saya malah “nggak Jogja banget”. Lidah saya lebih nyaman dengan rasa gurih dan asin. Dan kebetulan, 2 rasa itu mendominasi kuliner Malang (dan Surabaya).
Sementara itu, lidah Andre kurang bisa menerima makanan manis. Yah, sebetulnya, bisa saja. Namun, hanya dalam kadar yang minimal atau standar. Nah, kondisi inilah yang menjadi masalah tersendiri ketika dia bersikeras untuk mencoba gudeg Jogja. Saya sudah memberi peringatan, tapi ya namanya arek Jawa Timur, dia ada nekat.
Gudeg Jogja yang bikin penasaran
Sebetulnya, kamu bisa menemukan gudeg Jogja di Malang dan Surabaya. Iqbal AR, salah satu penulis Terminal Mojok mengungkapkan bahwa warga Malang itu bisa menerima gudeg.
“Saya kesulitan menemukan kuliner Jogja yang nggak laku di Malang karena harus diakui, makanan dari Kota Pelajar itu punya tempat tersendiri di hati orang Malang.” Tulis Iqbal.
Tuh, tapi ya namanya kehidupan, entah kenapa Andre nggak sempat mencicipi gudeg Jogja ketika masih kuliah di Malang. Bahkan di Surabaya, dia juga nggak sempat. Dan belakangan saya baru tahu kalau dia hanya mau mencoba gudeg di 2 tempat, yaitu Jogja dan Solo. Memang dia rada keras kepala.
Oleh sebab itu, dia harus menunggu agak lama untuk bisa menikmati gudeg Jogja. Dia harus menunggu kesempatan penugasan kerja selama 1 minggu. Selama 1 minggu ini juga, dia ingin memuaskan rasa penasaran dengan mencoba gudeg Jogja sebanyak dan sesering mungkin.
Yah, obsesi inilah yang jadi masalah kecil kemudian. Ingat, ya, saya sudah memberi peringatan.
Baca halaman selanjutnya: Manis yang menyengat, diselamatkan gudeg mercon.












