Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tiga Golongan Utama yang Berhak Bermain Pokemon Go

Kurnia Gusti Sawiji oleh Kurnia Gusti Sawiji
14 Juli 2016
A A
Tiga Golongan Utama yang Berhak Bermain Pokemon Go

Tiga Golongan Utama yang Berhak Bermain Pokemon Go

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pokemon Go nampaknya bukan lagi sekadar permainan, ia sudah menjadi fenomena. Bagaimana tidak, selain Pokemon yang memang sudah cukup terkenal, Niantic Labs bersama Pokemon Company telah memberikan sebuah sentuhan baru pada permainan ini. Permainan yang bisa dinikmati oleh para pengguna iOS dan Android ini berbasis Augmented-Reality, dimana para pemain seakan-akan bisa menangkap Pokemon di lingkungan sekitarnya. Jadi, jangan kaget jika kamu tiba-tiba menemukan seekor Pikachu di halaman belakang rumah ketika sedang memainkan permainan ini. Tentu, semua itu hanya akan terlihat di layar ponsel pintarmu.

Secara resmi, permainan ini baru diluncurkan di sekitar Amerika Utara dan Australia, dengan perencanaan selanjutnya adalah di Kanada, Eropa, dan Amerika Selatan. Indonesia? Masih lama. Tetapi, bagi mereka yang memang sudah tidak tahan ingin memainkan game ini sudah tersedia versi APK dari permainan ini, yang mana beberapa fitur seperti Pokemon Trainer Club dan akses ke akun global tidak tersedia. Namun, menemukan Pikachu di halaman belakang tentu masih bisa dilakukan.

Diluncurkannya Pokemon Go juga menjadi sebuah pertanda betapa sebuah tren baru itu begitu mudahnya masuk ke dalam otak orang-orang Indonesia, bahkan saat tren tersebut pada awalnya tidak terlalu dipedulikan. Situs-situs berita mainstream seperti Kompas yang biasanya jarang meliput perihal gaming, kini cukup banyak meliput Pokemon Go. Laman Facebook dipenuhi dengan orang-orang yang membagikan pengalamannya bermain permainan itu. Lucunya, tidak sedikit dari mereka yang sebenarnya tidak paham-paham amat masalah Pokemon, paling banter hanya tahu sebatas Pikachu. Karena keramaian yang mengada-ada ini, para developer permainan mengaku kewalahan dan server permainan tidak jarang crash karena banyaknya jumlah pemain.

Tentu, di antara keramaian itu, setidaknya ada tiga kategori orang yang benar-benar berhak dan mungkin harus diutamakan untuk menikmati permainan fenomenal ini. Orang-orang ini, jika memiliki Pokemon Go, seakan seperti sebuah puzzle yang menemukan satu kepingannya yang hilang. Mereka adalah…

Para Penggemar Pokemon dari Kandungan Hingga Liang Lahat

Ini logis, dan sangat jelas alasannya. Mereka yang sedari awal tumbuh, berkembang, dan menjadi dewasa bersama Pokemon adalah yang paling berhak untuk mendapatkan Pokemon Go. Memainkan semua game Pokemon yang ada di Gameboy seperti Red, Blue, Green hingga yang ada di Nintendo seperti Omega Ruby dan Alpha Sapphire? Cek. Koleksi legendary Pokemon, mulai dari yang generasi awal seperti Suicune, Raikou, Entei hingga yang generasi lanjutan seperti Reshiram, Zekrom, dan Kyurem? Cek. Mendatangi event Pokemon dan mendapatkan rare item seperti Aurora Ticket? Cek. Nonton semua anime Pokemon dan berpakaian layaknya Ash Ketchum? Cek. Gotta catch ‘em all? Cek.

Pengorbanan dan kecintaan mereka yang bersusah-payah mengumpulkan berbagai macam hal yang berkaitan dengan Pokemon saya rasa patut diapresiasi secara benar. Pokemon seakan sudah menjadi nama tengah bagi mereka. Tidak adil rasanya jika mereka yang sejak kecil sudah memiliki ikatan batin dengan Ash, Misty, Brock, dan Team Rocket malah akhirnya kesusahan mengunduh atau memainkan Pokemon Go lantaran server yang sering crash karena sebagian orang-orang yang hanya bermain untuk ikut-ikutan trend hype.

Jomblo

Salah satu kategori pengikut tren Pokemon Go yang bisa “dimaafkan” adalah para Jomblo. Karena jujur, saya merasa basis dalam permainan ini bisa membantu mereka dalam aspek-aspek kehidupan terutamanya asmara.

Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang professor psikologi di University of Hertfordshire bernama Richard Wiseman tentang keberuntungan dan peluang seseorang. Dari penelitiannya, beliau menyimpulkan bahwa peluang seseorang untuk mendapatkan keberuntungan akan meningkat jika ia semakin terbuka dengan pengalaman-pengalaman baru. Secara matematis, hal ini logis; peluang akan meningkat seiring dengan banyaknya observasi yang dilakukan.

Pokemon Go, langsung atau tidak langsung, membuat kemungkinan seseorang untuk mengeksplorasi tempat-tempat baru sedikit banyaknya meningkat. Basis Augmented-Reality yang akan meletakkan Pokemon secara acak di sekitar lokasi pemain akan memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi tempat-tempat yang pada awalnya hanya dipandang sebelah mata atau malah tidak pernah didatangi sama sekali.

Nah, bukankah salah satu konsekuensi logis dari eksplorasi tempat-tempat baru adalah terbukanya kemungkinan untuk mengalami hal-hal baru? Lalu, bukankah memungkinkan jika salah satu dari hal-hal baru yang akan dialami seseorang adalah menemukan calon pasangannya? Atau malah, salah satu Pokemon legendaris rupanya ada di beranda rumah si dia yang sudah diincar sejak kelas 4 SD?

“Ayah, dulu ceritanya bagaimana Ayah bisa bertemu dengan Ibu?”

“Ayah masih muda saat itu. Ketika itu Ayah lagi main Pokemon Go dan mencari Jirachi, Pokemon legendaris yang bisa mengabulkan semua harapan. Dan petanya menunjukkan bahwa Pokemon itu ada di ruang tamu rumah seorang gadis. Nah, silahkan kamu simpulkan sendiri kelanjutan ceritanya ya, Nak.”

Iklan

Orang-Orang yang Memang Perlu Olahraga

Termasuk di dalamnya adalah mereka yang obesitas, mengidap diabetes, kolesterol tinggi, dan penyakit-penyakit lain yang mana salah satu terapi yang harus dilakukan oleh pengidapnya adalah berolahraga secara rutin. Dengan memperkenalkan Pokemon Go kepada mereka, diharapkan mereka menjadi lebih termotivasi untuk berolahraga, karena memang, berolahraga dengan Pokemon Go tidak akan terasa seperti olahraga.

Selain mereka, juga diutamakan orang-orang yang pekerjaannya minim gerakan seperti pekerja kantoran. Jika selama ini mereka berkilah bahwa olahraga itu “perlu waktu,” maka suruhlah mereka mengunduh Pokemon Go. Niscaya, kamu akan menemukan orang itu sudah berjalan sejauh lima hingga sepuluh kilometer untuk mencari seekor Mewtwo. Bukan apa, pamor Pokemon legendaris yang satu itu sudah meningkat pesat semenjak keluarnya Pokemon Go, dan mencari Mewtwo sudah menjadi salah satu incaran para pemain Pokemon Go baik yang sudah mengenal Pokemon sejak dalam kandungan atau yang baru kenal.

Honorable Mention: Jonru dan Para Pengikutnya

Tidak ada orang yang lebih berhak mengunduh dan memainkan sebuah permainan yang mengajak para pemainnya bermain sambil berpiknik, selain orang-orang yang memang kurang atau bahkan tidak pernah piknik.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: Jonrupiknikpokemon go apk
Kurnia Gusti Sawiji

Kurnia Gusti Sawiji

Artikel Terkait

Sosok

Gibran Rakabuming Bicara Soal Bisnis, Mata Najwa, Sampai Jonru

18 Oktober 2023
cara merencanakan liburan akhir tahun traveloka fitur traveloka yang bermanfaat tips liburan apa yang harus dipersiapkan saat liburan
Pojokan

Cara Merencanakan Liburan Akhir Tahun tanpa Buang Tenaga

14 November 2019
Esai

Debat Garing Tanpa Jonru Ginting

29 Juni 2019
Piknik Demi Bisa Berfoto di Tempat Terkenal? Kenapa Tidak?
Pojokan

Piknik Demi Bisa Berfoto di Tempat Terkenal? Kenapa Tidak?

24 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.