Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Gereja Itu Bau Pesing, Apakah Tuhan Hadir di Sana?

Nathanael Gratias oleh Nathanael Gratias
5 September 2017
A A
GEREJA BAU PESING

GEREJA BAU PESING

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Setiap ada acara di luar kota yang bertepatan dengan akhir pekan, saya selalu menyempatkan diri untuk ke gereja di tempat baru. Kebetulan di gereja Katolik tata ibadah dan segala macamnya sama di mana pun, jadi saya bisa bebas memilih gereja untuk ibadah. Minggu 3 September 2017 kemarin tidak beda. Karena ada conference di San Francisco (SF), California, saya pun mencari gereja Katolik di SF yang dekat dengan penginapan.

Dua tahun lalu, saat conference di kota ini juga, saya ke gereja Notre Dame Des Victoires. Kali ini saya putuskan untuk cari gereja lain. Setelah beberapa menit menelusuri Google Map, saya menemukan satu gereja yang hanya butuh 10 menit jalan kaki: Gereja St. Boniface. Saya putuskan untuk pergi ke ibadah pukul 7.30.

San Francisco kota yang relatif kotor untuk ukuran Amerika, dan mahal. Bau pesing yang menyengat bisa tercium di beberapa wilayah. Di trotoar-trotoar kota ini, cukup banyak homeless atau mereka yang tanpa tempat tinggal dan harus tidur di sleeping bag di pinggir jalan. Karena tanpa tempat tinggal, otomatis mereka juga tidak memiliki toilet. Biasanya untuk buang air kecil, mereka lakukan di botol yang kemudian dibuang di tempat sampah atau tempat lain. Untuk buang air besar? Terus terang saya tidak tahu, tapi rasanya lebih dari sekali saya melihat kotoran manusia di pinggir trotoar.

Tentu saja tidak tepat juga kalau menyebut SF kota tanpa keindahan. Ia punya Golden Gate dan pantai serta taman-taman yang cantik.

Minggu pagi itu, ketika berjalan ke gereja, saya pun menemukan beberapa homeless. Beberapa masih tidur dalam sleeping bag di emperan, beberapa sudah mengepak tasnya untuk pindah ke tempat lain, dan beberapa asyik bercengkerama dengan sesama homeless. Meskipun kadang terlihat menyeramkan, selama enam tahun di Amerika, saya tidak pernah punya pengalaman negatif atau menjadi korban perbuatan criminal oleh homeless. Anda bisa berjalan biasa melewati mereka tanpa diapa-apakan. Mereka pun umumnya sibuk dengan pekerjaan atau pikirannya sendiri dan akan mengabaikan Anda. Tentu saja, khas San Francisco, selama jalan kaki ke gereja itu pun saya senantiasa mencium bau pesing air kencing.

Sampai di gereja, saya masuk dan mencari tempat duduk. Sudah ada beberapa umat di sana. Saat itulah saya menyadari dua hal.

Pertama, cukup banyak homeless yang akan ikut ibadah. Anda bisa mengenali mereka dengan cukup mudah dari baju seadanya (baca: kumal dan tidak jarang robek) dan penampilan yang beda dari umat lain. Hal ini tentu saja beda dengan kondisi gereja (atau rumah ibadah) di Indonesia di mana umat selalu datang dengan rapi, wangi, dan perlente yang sekaligus menunjukan status sosial mereka.

Pada awalnya saya merasa sulit fokus karena kehadiran mereka, tapi lama-kelamaan jadi biasa juga. Siapa saya untuk menghakimi? Lagi pula, bisa jadi orang-orang ini datang ke rumah ibadah dengan motif yang lebih tulus untuk mencari Tuhan daripada kita kebanyakan yang barangkali pergi ke rumah ibadah karena tekanan sosial, cari pacar, atau berpidato politik.

Hal kedua yang saya sadari adalah gereja ini bau pesing! Sebenarnya tidak butuh lama untuk sadar. Begitu masuk juga sudah mulai tercium. Saya coba pikir. Jangan-jangan tadi waktu jalan menginjak air kencing, atau malah tembelek. Jangan-jangan orang depan saya yang menginjak air kencing. Atau jangan-jangan bau pesing karena para homeless yang ikut ibadah itu. Sulit untuk konsentrasi pada ibadah kalau otak Anda sibuk mikir kenapa tempat ibadahnya bau pesing.

Jawabannya akan diberikan oleh pastor (imam) kira-kira 20 menit setelah ibadah dimulai. Dalam khotbahnya, ia menjelaskan tentang sejarah gereja St. Boniface. Lebih penting lagi, ia juga bercerita bagaimana krisis homeless di SF berawal kira-kira 15 tahun lalu. Baginya, semua yang mengaku ber-Tuhan tidak bisa tinggal diam ketika melihat semakin banyak orang tinggal di jalan karena meroketnya biaya hidup. Karena itulah, ia bercerita, 15 tahun lalu Gereja St. Boniface memutuskan untuk mengijinkan para homeless tidur di bangku umat di dalam gereja mulai pukul 6 pagi sampai 3 sore, ketika mereka tidak bisa memakai trotoar untuk tidur. Saat ini, ada kira-kira 150 homeless yang rutin menggunakan gereja untuk tidur.

Si pastor memang tidak menyebut bau pesing, tapi saya jadi tahu alasannya gereja itu bau pesing. Ia bau pesing bukan karena pengurusnya malas membersihkan, bukan pula karena homeless yang tinggal di situ. Ia bau pesing karena imam dan jemaatnya percaya tidak mungkin mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan bila tidak mengasihi manusia yang kelihatan. Dan saat itulah saya merasa malu karena lebih tertarik mencari penyebab bau pesing daripada konsentrasi mengikuti ibadah.

Saya juga jadi sadar betapa nyamannya beribadah dan menjadi umat beragama di Indonesia. Entah karena kita percaya rumah ibadah adalah rumah Tuhan atau karena kita memerlukan monumen untuk ego kita, tempat ibadah kita cenderung besar-besar, bersih, dan wangi. Ada aturan tertulis maupun tidak tertulis tentang pakaian yang boleh kita pakai. Pakai baju tidak sesuai aturan? Kalau beruntung paling hanya dapat pandangan nyinyir, kalau sial bisa dilarang masuk.

Tidak hanya kekhusyukan beribadah, perasaan kita sebagai umat beragama pun dijaga. Tidak boleh ada yang menyakiti perasaan umat beragama (baca: kelompok yang mengatasnamakan agama). Kritik dilarang, pikiran kritis ditabukan. Resikonya berat, dari dikafirkan sampai masuk penjara.

Setelah ibadah, saya foto-foto dan keluar. Dari seberang jalan, dengan beberapa homeless di sekeliling saya, saya melihat gereja yang bau kencing itu lagi dan berpikir iseng.

Iklan

Kita berusaha mati-matian membangun rumah yang indah untuk Tuhan dan menjaga perasaan-Nya dengan hukum, aturan, dan segala macam. Tapi, seandainya suatu saat Tuhan berkelana di bumi ini dan membutuhkan tempat tinggal, antara rumah ibadah yang wangi parfum dan rumah ibadah yang bau pesing seperti St. Boniface, kira-kira yang manakah yang akan Ia singgahi?

Terakhir diperbarui pada 5 September 2017 oleh

Tags: gerejaGereja St. BonifaceNotre Dame Des Victoiressan franciscoTuhan
Nathanael Gratias

Nathanael Gratias

Artikel Terkait

Cerita Mereka yang Berhasil Stop Main Judi Online Setelah Kehilangan Segalanya: Kalah Puluhan Juta, Ingin Resign dari PNS, Tapi Bisa Taubat Gara-Gara Grup Facebook.MOJOK.CO
Esai

Tentang Sebuah Kampung yang Ketagihan Judi Togel

4 Januari 2024
Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini? MOJOK.CO
Kilas

Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini?

25 Desember 2023
Menengok Bunda Maria, Yesus, Kaligrafi Allah dan Muhammad di Masjid Hagia Sophia MOJOK.CO
Histori

Menengok Bunda Maria, Yesus, Kaligrafi Allah dan Muhammad di Masjid Hagia Sophia  

4 Juni 2023
Mungkin Tuhan Menamparku, Cinta Perempuan itu Bukan Untukku. MOJOK.CO
Kilas

Mungkin Tuhan Menamparku, Cinta Perempuan itu Bukan Untukku

4 Juni 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.