Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

DWP Atau Djakarta Walimatul Project Menuju Pesta Musik Malam Bersyariah

Muhammad Fauzan Aziz oleh Muhammad Fauzan Aziz
15 Desember 2017
A A
DWP

DWP

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “DWP tampil bersyariah dengan konsep joget sambil ibadah.”

Masyarakat Jakarta ini bagaimana, sudah tahu kota tercinta mereka sedang dilanda bencana banjir kiriman Allah SWT, kok masih berani-beraninya ingin mengadakan acara penuh dosa bernama Djakarta Warehouse Project, apa mereka nggak takut laknat Allah?

Acara yang awalnya diadakan kecil-kecilan di diskotek sampai kini jadi destinasi musik populer di Asia Tenggara memang bermasalah. Sejak awal saya sudah ngga setuju, konser yang sering ngundang DJ sama penari seksi ini pasti nggak jauh-jauh dari kata maksiat.

Saat banyak ormas menolak diselenggarakannya DWP, saya langsung berada di garda paling depan untuk ikut mendukungnya. Saya malah kaget saat melihat masyarakat Jakarta malah nyinyir ke Bang Sandi. Sudah benar itu Bang Sandi bilang lebih baik maulidan dari pada umroh nggak pulang-pulang, maulidan ada manfaat dan faedahnya.

Namun sayang, karena ini acara tahunan, penyelenggaraan Djakarta Warehouse Project ngga bisa begitu saja dihentikan.  Daripada dihentikan, mengapa tidak mengikuti arahan Bang Sandi dan para ormas islam ini dengan membuat Djakarta Warehouse Project yang lebih santun, bersyariah, dan yang paling penting mengandung kearifan lokal.

Karena kebetulan saya pernah datang dan meliput kegiatan ajep-ajep tersebut pada 2015 silam, saya bisa menawarkan konsep baru DWP. Ini merupakan hasil akulturasi budaya antara pesta dan ibadah. Djakarta Walimatul Project – walimatul yang berarti resepsi dalam bahasa Arab – diharapkan mampu membawa DWP ke arah yang lebih elegan tapi nggak berlebihan, modern tapi ada tradisionalnya, dan tentu saja klean bisa tetap tampil maksimal, seperti nikahan-nikahan pada umumnya.

Ada dua permasalahan utama yang menyelimuti DWP, yakni aurat dan alkohol. Keduanya tentu dilarang oleh agama Islam. Perihal aurat, Bang Sandi memberikan saran untuk memakaikan para penampil dengan busana yang menjunjung adat ketimuran. Jika saya tangkap, maksud Nang Sandi soal busana ketimuran ialah busana seperti orang timur, misalnya orang India yang kelihatan pusarnya, orang Thailand yang kelihatan pundak dan pahanya, bukan sesuatu yang tertutup.

Tapi instruksi Bang Sandi ini masih ambigu, mau timur yang mana? Wajar karena Bang Sandi tidak pernah datang ke acara rave party, blio tidak tahu keadaan sebenarnya dari festival DWP. Melalui pandangan saya 2015 silam tentang DWP, saya bisa katakan DWP adalah festival paling sumuk, berantakan, ramai, bahkan dibandingkan festival paling metal sekalipun.

Semua orang berjoget sambil asik dengan dunianya sendiri, tidak ada satupun yang berdiam diri, asik Yoga apalagi bermain catur, sama sekali tidak ada. Setelah lelah berjoget, mereka biasanya lanjut duduk-duduk membentuk lingkaran. Akibat hal tersebut, berjalan pun saya harus berhati-hati untuk tidak menginjak tangan atau kaki seseorang. Lebih anehnya lagi, saya tidak jarang menemukan orang-orang yang tidur sembarangan di lokasi, apa mungkin dia terlalu lelah berjoget hingga ketiduran? Wallahualam bi’shawab.

Lewat pantauan sederhana, saya simpulkan jika pemakaian celana gemes dan pakaian you can see tentu menjadi pilihan taktis guna menyiasati lokasi festival yang memang panas. Apalagi untuk para turis mancanegara, cuaca malam Kemayoran sudah panas, ditambah suasananya pun sumpek, bugil pun pasti mereka jabani.

Untuk itu, saya menyarankan Bang Sandi memindahkan DWP ke tempat yang lebih dingin, misal di Bromo atau di Dago, etapi kalau pindah lokasi, namanya juga ikut berubah dong. Lalu saran kedua saya adalah membuat festival DWP on ice, acara dengan tema seperti itu kan sedang jamak ada di Jakarta, kenapa DWP tidak mengikutinya, saya yakin semua pengunjung DWP nantinya tidak ada yang memakai pakaian terbuka. Semuanya menutup diri dengan mantel dan berusaha saling menghangatkan, festival tentu jadi lebih guyub dan romantis.

Permasalahan kedua adalah alkohol. Semua pengunjung DWP tentu tahu jika sebagai besar sponsor DWP adalah perusahaan liquor (baca: miras). Di lokasi pun tersebar bar-bar semi permanen – tentu dengan kualitas lebih baik dari rumah semi permanen di bantaran kali Cisadane. Segala jenis miras mulai dari bir, jamu, sampai aspal ada. 

Di bar-bar semi permanen yang memutari venue tersebut, para pengunjung bisa melakukan open table (membuka meja) dan mimik-mimik lucuk bersama teman-teman. Para VIP Access pun lebih asyik, mereka disediakan bar semi permanen khusus yang memiliki akses langsung ke panggung utama, tentu saja dengan dibatasi barikade untuk memisahkan VIP dan orang biasa. Hih, segregasi kelas terjadi, bahkan Marx pun akan merasa jijik ketika mendengar kata DWP.

Ikatan antara perusahaan mirasantika dan musik rave memang erat. Maka untuk benar-benar membebaskan DWP dari minuman-minuman haram, genre musik DWP harus diganti.

Saya menawarkan musik-musik yang lebih santun tentu juga mengandung kearifan lokal, misal seperti musik nasyid, qasidah, atau seni-seni rakyat seperti keroncong campursari. Sebagai pemandu, saya usul kita menghadirkan Hansip Sukra, ya, dengan keberadaannya ya, DWP pasti Gemah Ripah Repeh Rapih Ya, sampai suntuk malam ya. Wah Bang Sandi pasti suka.

Iklan

Acara sebaiknya dimulai ba’da Maghrib, para alumni 212 DWP bisa menggelar shalat berjamaah terlebih dahulu. Setelah itu malam dibuka dengan musik yang sedikit menghentak seperti keroncong, ingat, sedikit saja. Allah SWT sejatinya tidak suka segala hal yang berlebih-lebihan. Setelah keroncong, grup-grup nasyid lokal seperti Nasida Ria bisa naik panggung bersama Raihan, grup nasyid asal Malaysia untuk memberi siraman rohani menggunakan media suara. Sekali dayung dua pulau terlampaui, selain mendapatkan pencerahan, tentu para pengunjung juga pasti akan terhibur.

Kita bisa ngundang DJ Khaleed, Zayn Malik, dan Hadad Alwi. Nama-namanya udah arab semua, insya Allah barokah. Bayangkan, saat Hadad Alwi masuk, musik menggema pelan, lampu meredup, lampu menyorotnya kemudian sembari mengepalkan tangan ia mengajak pengunjung ikutan. “Take your hands up in the air and salawatan,” katanya yang disambut aksi tangis haru peserta DWP.

Lewat  kehadiran musik-musik tersebut, saya haqul yaqin bar-bar semi permanen yang dahulu menjual minuman haram akan disulap menjadi resto-resto semi permanen yang menjual nasi kebuli, kebab, roti canai, nasi briyani, dan kafe shisha untuk para pengunjung. Jangan takut, pengunjung yang ingin berkuda, memanah, dan berenang juga tempatnya akan disediakan oleh panitia.

Tempat favorit bang Sandi tentu saya tidak lupa; sport club semi permanen berisi alat-alat treadmill agar bang Sandi bisa tetap bugar, berlari sambil mendengarkan langsung alunan lagu Insha Allah yang indah dari Maher Zain, penampil utama dalam gelaran Djakarta Walimatul Project malam itu.

 

Terakhir diperbarui pada 15 Desember 2017 oleh

Tags: AlkoholDjakarta Warehouse ProjectdwpKonser MusikmirasMusikSandiaga Uno
Muhammad Fauzan Aziz

Muhammad Fauzan Aziz

Penulis lepas. Pemerhati media baru, budaya pop, jejepangan, dan hati kamu.

Artikel Terkait

jogjarockarta.MOJOK.CO
Hiburan

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
down for life.MOJOK.CO
Panggung

“Wall of Love”, Merayakan Lebaran Metal dengan Berpelukan di Tengah Moshpit Down For Life

25 November 2025
pabrik semen, pracimantoro, wonogiri.MOJOK.CO
Aktual

Dari Panggung Rock in Solo untuk Pegunungan Sewu: Suara Musik Keras Menolak Pabrik Semen Pracimantoro

4 November 2025
captain jack.MOJOK.CO
Panggung

Captain Jack: Antara Debu, Air Mata, dan Anthem Masa Muda

19 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.