Agustus adalah bulan yang paling ditunggu oleh penyandang nama Agus di seluruh dunia.
Sembari melingkari satu tanggal dan menyilang yang lain di almanak, masing-masing dari mereka menyiapkan pelbagai perayaan sesuai kadar rasa syukur dan statusnya; Agus yang telah berpasangan dan sentosa hidupnya akan mengunjungi segala yayasan untuk berderma sebelum dilanjutkan dengan candle light dinner di sudut temaram restoran. Sementara Agus yang menjomblo dan tertekan batinnya bakal meniup lilin bersama teman sependeritaan, lalu melewatkan sisa malam dengan berbagi kepedihan, terkadang sambil berpelukan.
Seperti Agus yang jomblo, bulan Agustus juga menjadi bulan yang berat untuk saya lalui meski saya lahir di bulan Juni dan tak menjomblo lagi. Penyebabnya adalah beberapa mantan lahir di bulan ini, dan mereka adalah mantan-mantan terbaik sebab menorehkan perih yang terlampau dalam. Dan seperti pahlawan, mantan semacam itu layak untuk dikenang.
Tahun lalu, dan tahun-tahun sebelumnya, saya mengenang mereka dengan upacara tabur bunga. Foto-foto manis mereka saya jajarkan di bawah kamboja sebelum saya tangisi dengan khidmat dan menaburinya dengan melati dan rajangan mawar. Namun, tahun ini saya bosan dengan ritual begitu. Lagi pula, tak baik menangisi mantan di depan istri sendiri—Anda boleh mencobanya bila tak percaya.
Beruntung sekali, seorang teman mengirimi video mengenai cara-cara romantis mengenang mantan. Beberapa cara agak janggal untuk saya lakukan, yang meliputi menggedor rumah mantan demi memberinya sebuket bunga, membuat puisi sekelas Kahlil Gibran untuk ditempelkan di jendela luar kamar tidurnya, hingga upaya nekat menculiknya lalu hidup bahagia sebagai pasangan kawin lari.
Namun, ada satu video yang membuat saya terinspirasi. Video itu ia dapat dari vidio.com, yang memuat enam lagu musisi dunia untuk mantannya. Malam itu juga, setelah yakin kalau istri sungguh-sungguh lelap, saya putar video itu ditemani deretan foto mantan.
Justin Bieber muncul kali pertama. Ia melantunkan Sorry dengan kepedihan yang tak dibuat-buat, seperti pesakitan yang merindu sekaligus merasa bersalah. Selena Gomez pastilah menangis geru-geru dibuatnya, meskipun waktu membuktikan bahwa mereka tak pernah bersatu kembali. Sayang sekali.
Lagu itu membuat saya menghabiskan tujuh belas helai tisu. Justin Bieber, sedikit banyak, mengingatkan saya pada diri saya di masa muda—tidak usah sirik begitu. Dan Selena Gomez benar-benar mengingatkan saya pada mantan pertama, terutama lingkar pinggangnya. Mantan pertama, Anda tentu sepakat, selalu pahit untuk dikenang.
Lagu kedua dan ketiga saya percepat pemutarannya. Saya tak begitu suka dengan One Direction dan boyband manapun, dan saya tak kenal Ed Sheeran. Lagu Perfect memang merdu dinyanyikan oleh Niall Horan dan para sekondannya itu, begitu pun dengan Don’t yang ditembangkan Ed Sheeran, tetapi selera menentukan segalanya, bukan?
Katy Perry hadir di urutan ketiga, melambungkan ingatan saya pada mantan semasa SMP yang amat mirip dirinya walau volume betis dan lengan dan perut menjadi pembeda. Mantan saya itu selalu manis dan baik, dan matanya bulat lentik mirip mata Katy Perry. Dan ia penolong yang baik saat masa-masa sulit ujian sekolah.
Lagu yang dibawakan Katy Perry itu berjudul Part of Me, yang ia dedikasikan untuk mantan suaminya, Russel Brand. Aransemen sempurna digabung dengan suara khas Katy Perry—adakah horor yang lebih buruk bagi Russel Brand ketimbang dikenang dengan cara tersebut?
Dear John didendangkan di urutan berikutnya oleh Taylor Swift. Sekadar informasi untuk Anda, penyanyi jelita ini selalu saya tunggu dengan dada berdebar di televisi, di iklan es krim yang dia bintangi. Gerak bibirnya saat bertutur, gestur tubuhnya kala berlenggok, dan suara merdunya yang mampu membius pria terwaras manapun, amat mirip dengan mantan saya yang fotonya raib ditelan banjir tahun lalu.
Mantan saya yang itu memang berambut pirang seperti Taylor Swift. Maklum saja, di tubuhnya mengalir separuh darah Sunda dan tiga per empat darah Belanda dan dua per tiga darah Norwegia—tak usah Anda pusingkan matematika tersebut.
Intinya, dia sungguh jelita, juga lembut hatinya. Dan kelembutan hatinya itu terbukti saat meminta putus dari saya dengan cara yang takzim dan sopan, mirip mempelai yang memohon restu orangtua saat prosesi sungkeman.
Sudahlah, mari kita mendengarkan Cry Me a River yang dibawakan oleh Justin Timberlake. Lagu ini ia persembahkan untuk Britney Spears, teman masa kecil yang kemudian ia pacari dan akhirnya bubar seperti yang sudah diharapkan pria-pria sirik di penjuru dunia.
Akibat terlalu menghayati kenangan di lagunya itu, yang memang bakal dilakukan oleh pria normal manapun bila kehilangan pasangan seperti Britney, ia memenangi nominasi lagu terbaik untuk vokalis pria di ajang Grammy Award pada tahun 2004.
Tidak, kali ini tidak ada mantan saya yang mirip dengan Britney Spears. Namun, bila dilihat dengan cara pandang tertentu dan dengan sudut kemiringan yang tepat, Britney amat mirip dengan istri saya. Dan citra itu tidak akan hilang meski bertahun-tahun kelak, asal saya mampu memintanya untuk tidak bernyanyi.
Sebenarnya, enam lagu itu tak cukup merepresentasikan kenangan saya akan deretan mantan berbulan lahir Agustus yang berjumlah selusin. Namun, tak masalah. Saya sudah mendapat inspirasi untuk mengenang sisanya dengan alunan lagu Gugur Bunga atau Hari Merdeka atau lagu perjuangan lainnya—toh, mereka lahir berbarengan dengan lahirnya Indonesia.
Begitulah, Kawan, cara yang saya lakukan di tahun ini untuk mengenang mantan di bulan Agustus, dan Anda bisa meneladani sikap saya tersebut dengan beberapa penyesuaian.
Anda yang tak piawai berbahasa asing, misalnya, bisa memutar lagu Rhoma Irama yang berjudul Ani sambil mendekap foto mantan dan mengabaikan namanya yang asli. Sementara Anda yang ingin mengenang mantan dengan cara-cara agamis, bisa melantunkan lagu Suasana di Kota Santri atau Malam Kudus. Lebih afdal bila Anda melakukannya di sepertiga malam terakhir di hari Minggu.
Dan Anda yang tak memiliki satupun mantan kekasih untuk dikenang, ya ampun, bisa memutar lagu-lagu ciptaan Pak SBY selama beliau menjabat. Presiden yang senang membuat lagu dan menyanyikannya kala upacara Agustusan di Istana itu langka, amat langka, sehingga cukup manusiawi untuk Anda rindukan dan kenang sepanjang hayat.
Btw, situ penasaran video yang saya lihat tadi seperti apa? Nyoooooohhhh…