Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Dari Freddie Mercury sampai Nike Ardila, Fenomena Ganti Nama bagi Para Pesohor

Haryo Setyo Wibowo oleh Haryo Setyo Wibowo
22 November 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Farrokh Bulsara ganti nama jadi Freddie Mercury, Raden Rara Nike Ratnadilla jadi Nike Ardilla, sampai Riyanto jadi Puthut EA, eh, Tukul Arwana ding.

Banyak orang menganggap nama anak bukanlah sekedar penanda. Lebih dari itu nama merupakan pengingat dan harapan. Hanya karena beberapa tahun silam menggemari Arsenal dan memfavoritkan salah satu pemainnya, Arshavin. Seorang lelaki pecinta sepakbola merasa perlu mengabadikan nama tersebut di akte kelahiran anaknya kelak.

Seiring dengan berjalannya waktu cita-cita tersebut tetap terpelihara. Dia tetap mengagungkan Arsenal, tetapi di sudut hatinya yang lain juga mengagumi Mohamed Salah, winger trengginas yang bertransformasi menjadi attacker untuk Liverpool. Begitu anaknya lahir, lelaki yang sudah berstatus sebagai bapak tersebut tanpa pikir panjang langsung menggabungkan nama-nama tersebut, Mohamed Salah Arshavin.

Orang yang tidak melihat sejarah penamaan tersebut mengartikan, “Oh, apakah itu artinya Arsenal tidak mampu juara karena salahnya Arshavin?”

Ada satu waktu, di satu ruang antrean dokter anak bisa berdiri empat ibu saat dipanggil nama Zidan. Nama yang tersinspirasi dari pemain bola. Maka orang kemudian berlomba memberikan nama yang jauh dari akar budayanya.

Terlepas di negeri ini orang mudah menamai anaknya sesuai tren. Hal semacam itu jadi salah satu bukti bahwa nama merupakan hak prerogatif orang tua, atau bahkan bisa disebut sebagai hak keegoisan seorang bapak. Iya kalau anaknya suka, kalau anaknya memberontak? Tidak jarang, karena namanya multitafsir, seorang anak sering menggunakan jalur hukum untuk membatalkan nama pemberian orang tua.

Dalam khasanah industri pertunjukan hingga kesusastraan, nama menjadi hal yang sangat penting karena dianggap dapat mendatangkan hoki. Setelah top, kalau perlu disahkan secara hukum agar dapat untuk nyaleg. Seperti yang dilakukan Ahmad Dhani dan Mulan Jameela

Farrokh Bulsara, kurang bagus apa nama yang konon artinya terberkati itu? Dengan bakat menyanyi luar biasa dan kemampuan musikalitas di atas kebanyakan musisi, toh dia merasa perlu ganti nama jadi nama panggung yang di kemudian hari berkibar abadi. Nama Freddie Mercury yang dipilih kemudian: mudah diingat publik, mudah diucapkan dan mempunyai nilai jual.

Era 80 dan 90-an, masa yang selalu dibanggakan generasi X sebagai puncak keemasan industri musik baik dunia maupun Indonesia. Era di mana musik masih mengandalkan penjualan lagu berbasis pita kaset. Banyak muncul penyanyi dengan nama populer yang terhitung ajaib. Jauh dari nama aslinya, tidak nyambung, dan terkadang menggelikan.

Sebut saja Poppy Mercury. Penyanyi dari generasi X yang menjulang dengan lagu berjudul “Surat Undangan”. Dia sama sekali tidak ada hubungan kekerabatan dengan Freddie Mercury. Sama sekali juga tidak terkait dengan kebiasaan menggunakan bedak dengan bahan mengandung mercury. Dia pun berasal dari Bandung, bukan Planet Merkuri.

Generasi milenial jelas seiprit aja yang paham dengan nama besar Poppy Mercury. Di puncak kejayaannya, lengkingan suaranya yang mencapai 4 oktaf sangat menggetarkan. Apalagi saat menyanyikan “Surat Undangan”, satu bait sebelum reff.

Surat undanganmu

Pernikahan itu

Kugenggam erat di tanganku

Hanya doa restu yang kupersembahkan

Semoga engkau bahagiaaaa

Lirik dan pembawaan lagu tersebut, benar-benar merobek hati perempuan yang ditinggal menikah oleh mantannya. Waa… sedih banget lagu itu. Kalian pasti akan menangis. Perih teriris-iris.

Bayangkan perasaan kalian kalau harus mengalami sendiri. Kalau kesulitan, cukup bayangkan kepedihan Iqbal Aji Daryono, megaseleb facebook yang ditinggal menikah idolanya di masa remaja, Hanum Rais. Sekian tahun belum ilang perihnya, eh harus menyaksikan kisah cinta Hanum & Rangga difilmkan. Jelas remuk redam.

Seandainya lagu tersebut dinyanyikan Poppy Yusfidawaty. Bisa jadi lagu tersebut tidak akan pernah menasional. Walaupun si penyanyi mempunyai kualitas di atas rata-rata, suaranya bagus dan berkarakter. Orang pasti tidak akan pernah menganggapnya.

Iklan

“Eh, siapa nama penyanyinya? Yus siapa? Badudu? Hah, Yusdawiafi?”

Publik akhirnya lebih meributkan nama. Lupa bagaimana seharusnya mengapresisasi lagu tersebut.

Itu belum membicarakan Raden Rara Nike Ratnadilla. Remaja cantik fenomenal yang sudah mangkat beberapa tahun silam. Nama penyanyi yang sepertinya lebih cocok kalau jadi penari di istana, akhirnya dimodifikasi agar mudah populer.

Deddy Dores, orang yang mengorbitkan akhirnya memodifikasi nama tersebut menjadi Nike Ardilla. Mudah diingat, mudah diucapkan dan mengandung hoki. Apalagi nama tersebut sekilas ada kemiripan dengan penyanyi perempuan top saat itu, Nicky Astria. Lady rocker yang nama asli juga tidak banyak yang tahu.

Sebelum berganti nama, suara Nicky Astria tidak pernah dapat melengking hingga tepi neraka kalau menembangkan “Jarum Neraka”. Mungkin pernah, tapi nyaris tak ada orang yang tahu nama asli si penyanyi bersuara dahsyat itu. Nicky merupakan akronim dari nama asli; Nastitie Karya Dewi. Sedangkan Astria konon merupakan plesetan dari motor legendaris yang pernah diproduksi Honda, Astrea 800.

Di hari-hari ini perseteruan yang melibatkan dua nama besar di jagad hiburan tanah, tak urung membuat kita bingung. Soal property right atau bagaimana seharusnya seorang penyangi beda genre mengintepretasi sebuah lagu. Maulidia Oktavia versus I Gede Ari Astrina. Gede Ari tidak terima musiknya diacak-acak oleh Maulidia secara koplo sekoplo-koplonya.

Bingung kan, kalau disebut nama aslinya?

Teuku Adifitrian, sebagai penyanyi senior ikut berpendapat soal kemelut itu. Dia tidak sepenuhnya menyalahkan tindakan Maulidia yang tidak minta ijin, toh bukan untuk memperkaya diri. Kalaupun ada hal yang salah dalam duel penyanyi punk rock vs dangdut koplo tersebut lebih ke soal keengganan Maulidia untuk meminta izin Gede Ari.

Teuku menggunakan contoh dirinya yang pernah dihubungi seorang penyanyi untuk minta izin diperbolehkan membakan lagunya di satu pertunjukan.

Erdian Aji Prihartanto menanggapi perseteruan tersebut dengan perspektif lebih kompleks. Menurut Erdian Aji, izin ke penciptanya perlu kalau tujuannya komersil. Itu pun bukan dengan cara penyanyinya izin ke penciptanya.

Penyelenggara pertunjukan yang meminta ijin ke penciptanya untuk keperluan pembayaran royalti. Sedangkan untuk keperluan rekaman, pihak Maulidia harus minta ijin ke Sony. Label tempat musisi punk rock tersebut berlabuh.

“Loh, anak punk kok ikut label mayor? Udah jangan nyinyir kalau kalian belum sanggup bicara kritis seperti mereka.”

Berita tersebut tidak akan membingungkan publik seandainya ketiga orang tersebut di atas ditulis dengan nama panggungnya: Jerinx, Via Vallen, Tompi, dan Anji.

Di dunia kepenulisan ternyata tidak berbeda jauh. Nama pena menentukan kepopulerannya kelak. seperti Dee Lestari. Jika tetap menggunakan nama Dewi, belum tentu bukunya selaris saat ini. Juga Asmara Rosalba, yang beralih nama menjadi Asma Nadia.

Salah satu pengusaha terbesar perbukuan Asia Tenggara, Edi Mulyono. Saat menulis juga masih tetap menggunakan nama Edi AH Iyubenu sebagai nama pena yang sudah mengibarkan namanya sebagai sastrawan angkatan 2000. Kenapa tidak menggunakan Edi Mulyono saja? Apa karena kurang ngepop?

Beberapa nama memang dilahirkan dengan keberuntungan sebagai penulis tanpa harus menggunakan nama pena. GM dan SGA misalnya, orang langsung tau kalau yang dimaksud dalam singkatan itu merupakan Goenawan Mohamad dan Seno Gumira Aji. Dua dari sekian penulis top Indonesia, bukan yang lain.

Singkatan sebagian nama juga dapat menambah kemisteriusan seorang penulis. Kalau dulu ada Ramadhan KH dan Emha Ainun Najib. Generasi 2000-an mengenal Puthut EA. Sastrawan sekaligus orang yang mengawal Mojok sampai sebesar sekarang.

Dia semakin terkenal saat Tukul Arwana, pelawak yang bernama asli Riyanto turut mempopulerkan penulis tersebut. Seringkali Tukul secara demonstratif meneriak, “Ea.. Ea… Ea…”. Itu yang dimaksud ya, Puthut EA tersebut.

Bagaimana kalau tidak menggunakan nama panggung, nama pena atau singkatan untuk mendulang kepopuleran?

Tetap bisa sih. Tapi gunakanlah jurus pamungkas. Catutlah nama keluarga yang sudah ngehit. Seperti Agus Mulyadi mendompleng nama Mus Mulyadi, penyanyi langgam Jawa yang pernah sangat populer. Lihat juga Ahmad Khadafi, Redaktur Mojok yang menggunakan nama belakang mendiang Presiden Libya, Muammar Khadafi agar buku pertamanya, Dari Bilik Pesantren bisa kedompleng laris di pasaran.

Terakhir diperbarui pada 10 November 2020 oleh

Tags: anjideddy doresFreddie MercuryHanum RaisjerinxMojokNama panggungnama penaNicky AstriaPoppy MercuryPuthut EASeno GumiraTompivia vallen
Haryo Setyo Wibowo

Haryo Setyo Wibowo

Artikel Terkait

Menjadi penulis jika ingin sejahtera maka jangan hanya fokus menulis MOJOK.CO
Ragam

Panduan untuk Calon Penulis agar Hidup Sejahtera, Karena Tak Cukup kalau Andalkan Royalti Saja

19 Januari 2025
Ngobrol Santuy Bareng Puthut EA Selain Soal Kepenulisan
Video

Ngobrol Santuy Bareng Puthut EA Selain Soal Kepenulisan

24 November 2024
Puthut EA: 25 Tahun Berkarya Rilis Buku Waktu yang Pendek untuk Cinta yang Panjang
Video

Puthut EA: 25 Tahun Berkarya Rilis Buku Waktu yang Pendek untuk Cinta yang Panjang

24 Oktober 2024
Direktur Mojok Puthut EA menunjukkan salah satu bukunya di FESMO 2024. MOJOK.CO
Sosok

Yang Akan Dilakukan Puthut EA Setelah 25 Tahun Berkarya

23 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.