Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Cinta Orangtua Milenial Sementara, Dosa Mereka Abadi

Alexander Arie oleh Alexander Arie
1 Mei 2018
A A
Cinta-Orangtua-MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Betapa gagahnya orangtua milenial yang tak ragu berkelahi atau memukul orang lain ketika anak mereka tersakiti. Di sisi lain, cara mereka menyelesaikan masalah menjadi dosa abadi.

Suatu hari saya diajak berantem di jalanan Jakarta. Seorang bapak yang naik sepeda motor melawan arus nggak terima saya teriaki. Dia menyusul saya dan dengan tidak kalah galak, siap-siap memukul saya. Sebelum mengayunkan tangannya, bapak itu berpesan pada istrinya, “Rekam, Ma, biar viral.”

Dia yang salah, dia yang mau berbuat kekerasan, dia yang ingin diviralkan. Luar biasa.

Kampret itu nggak paham kalau yang mau dipukulnya adalah kontributor situs web liberal-cum-kafir paling happening dan jago bikin viral bernama Mojok.co. Kampret itu juga nggak tahu kalau bikin viral itu bukanlah persoalan sederhana. Apalagi dia bukanlah Agus Mulyadi, yang ngetik sambil kayang saja tulisannya akan viral dalam satu embusan napas. Huh!

Begitulah fenomena masa kini, sedikit-sedikit diviralkan. Nggak peduli benar apa salah, pokoknya viralkan saja dulu. Seolah-olah viral itu jadi solusi bangsa.

Nggak heran ketika di media sosial kemudian muncul video viral tentang bapak-bapak yang katanya menendang anak orang karena anaknya si bapak ketabrak ayunan yang dinaiki anak orang tadi. Ya karena itu tadi, ini adalah era sedikit-sedikit direkam dan dibagikan biar viral.

Video rekaman yang viral itu salah satunya diambil dari ponsel ibu si anak yang katanya kena tendang. Isinya, ekspresi marah si bapak, tangisan si anak yang kena tabrak ayunan, dan suara marah-marah sambil nangis-nangis. Hari-hari ini, orang memang asyik marah-marah sambil pegang gawai. Terpujilah Bu Dendy yang bahkan bisa melempar duit yang banyak sembari pegang gawai. Kini semua orang menirunya.

Lantas, apakah ada solusi pada masalah dua orangtua dan dua anak itu? Sampai tulisan ini dibuat, belum ada. Yang ada malah kehebohan massal para warganet nan mahabenar. Untunglah, kehebohan mereka segera ditutup dengan ciamik dua hari kemudian oleh pisang dan kibasan duit dari beberapa primata yang mengenakan baju #2019GantiPresiden kepada seorang ibu dan anaknya pada hari bebas kendaraan bermotor. Daaan, kehebohan massal yang ini juga dimulai dari video nan viral.

Si bapak yang didakwa netizen menendang anak orang kemudian muncul ke media dengan pembelaan diri. Dia bilang bukan menendang, tapi menahan ayunan pakai kaki. Dan memang adegan kakinya menyentuh anak orang itu terpotong. Jadi, argumennya bisa jadi benar. Yang jelas, kini di media sosial telah beredar foto KTP si bapak, lengkap dengan alamat, tanggal lahir, dan tentu saja: agamanya.

Melihat usia dari anak-anak yang menjadi awal perseteruan, sudah jelas bahwa para orangtua yang berantem ini masuk kategori orangtua milenial alias millennial parents, yang oleh beberapa kalangan mulai jamak disebut sebagai parennial. Sama seperti saya.

Urban Dictionary menyebut parennial sebagai kaum milenial yang kini telah menjadi orangtua. Golongan parennial ini adalah orangtua yang rasa bersalahnya kepada anak begitu tinggi hingga jika anak diusik orang lain, tensi langsung melonjak.

Parennial adalah orang-orang yang tidak punya banyak waktu untuk anak karena terlalu sibuk bekerja. Katanya sih bekerja untuk mencari uang yang nantinya untuk si anak juga. Sudahlah sibuk, sampai rumah sudah lelah. Maka ketika anak rewel sedikit, yang muncul justru adalah amarah. Akan tetapi, setiap progres kecil kehidupan sang buah hati justru selalu di-update ke media sosial, supaya warganet paham. Sebagai parennial, saya nggak sedang nyinyir, wong anak saya ngemut kaki saja ada fotonya di Instagram.

Giliran sang anak butuh diajak ngobrol dan jadi sedikit manja, parennial akan dengan sigap memberikan ponsel ber-YouTube yang sudah dilengkapi unduhan lagu Baby Shark versi 29 menit. Aman dan damai. Anak tenang di bawah asuhan bayi hiu, parennial ikutan tenang juga mengunggah foto anak di linimasa untuk meyakinkan warganet bahwa dia sayang anak.

Sedikitnya waktu untuk anak menimbulkan rasa bersalah yang besar sehingga naluri melindungi muncul begitu mendadak. Naluri itulah yang muncul dalam tendangan si bapak dan rekaman video si Ibu. Semua atas nama pembelaan untuk sang anak.

Iklan

Kini, video 2 anak yang menangis itu akan abadi di internet karena nyatanya sudah diunggah oleh banyak akun. Sungguh disayangkan, keduanya akan tumbuh besar dengan jejak itu. Jejak buruk yang diciptakan oleh perilaku orangtuanya masing-masing. Kalau suatu waktu keduanya bertemu lagi tanpa sengaja di Tinder versi tahun 2035, video inilah yang akan selalu membayangi kebersamaan mereka. Soalnya nggak ada sensor sama sekali ketika Ibu anak yang main ayunan merekam gambar dengan penuh tangis dan amarah.

Ya, Ibu dan Bapak, video anak kalian yang sedang menangis itu abadi di internet. Sekali lagi: abadi. Lantas, apakah motivasi memviralkan telah mempertimbangkan aspek ini dan masa depan si anak di kemudian hari? Saya rasa tidak dan kalaupun baru terpikir, ya sudah telat, Bos.

Paling mentok yang tertinggal hanya penyesalan karena menyesal memang selalu datang belakangan. Kalau datang duluan, namanya kepagian.

Terakhir diperbarui pada 1 Mei 2018 oleh

Tags: ayunanInternetKekerasanorangtua memukul. memukul anakorangtua milenialparennialvideo viral
Alexander Arie

Alexander Arie

Universitas Indonesia. Tinggal di Jakarta. Asli Bukittinggi.

Artikel Terkait

Alasan Soeharto tak layak dapat gelar pahlawan, referensi dari buku Mereka Hilang Tak Kembali. MOJOK.CO
Aktual

Buku “Mereka Hilang Tak Kembali”, Menyegarkan Ingatan bahwa Soeharto Tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan, tapi Harus Diadili Mantan Menantunya

1 November 2025
KDRT di aceh.MOJOK.CO
Ragam

Beratnya Perempuan Muda Aceh Jadi Saksi KDRT di Rumahnya Sendiri

20 Agustus 2024
cek kuota telkomsel.MOJOK.CO
Tekno

5 Cara Cek Kuota Telkomsel Paling Cepat dan Praktis

18 September 2023
sinyal internet mojok.co
Tekno

Waduh! Ada Puluhan Wilayah di DIY yang Belum Dijangkau Sinyal Internet

3 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.