Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Jika Bude Warteg Jadi Peserta Master Chef dan Dikomentari Para Pesohor Negeri

Haris Firmansyah oleh Haris Firmansyah
11 Maret 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Beginilah jadinya kalau bude warteg jadi peserta Master Chef. Terus masakannya nggak cuma dikomentari sama Chef Juna tapi juga para pesohor negeri.

Sewaktu makan siang di warteg, saya buka fitur explore Instagram. Ada foto Reza ‘Arap’ Oktovian gamer ganteng idaman bersama pacarnya yang berpose di depan warteg kayak model kalender warteg. Pasangan ini memamerkan gaya pacaran mereka yang sederhana: merayakan ulang tahun hari jadi hubungan dengan makan romantis di warteg. Salah satu alasannya, biar nggak kena pajak restoran.

“We’re getting richer than before,” tulis Reza Arap di caption akun IG @rapyourbae.

Enak sekali jadi Reza Arap: makan di warteg dan bangga. Hanya karena dia sudah kaya dan semua orang tahu dia begitu. Dia bisa tampil bersahaja lalu dibilang keren, humble dan down to earth. Coba kalau orang biasa yang unggah foto sedang mamam murmer di warteg, teman-temannya mungkin bakalan komentar, “Norak! Makan di warteg aja dipamerin.”

Itu baru perkara pangan. Ada contoh lain di perkara sandang, yaitu privilege yang dimiliki Mark Zuckerberg: setiap hari cuma pakai kaos polos. Ketika seorang hartawan seperti pendiri Facebook punya selera fashion yang simpel dan selow, jadi inspirasi banyak orang. Ketika orang biasa mau mengikuti gaya yang sama, malah diledek, “Kok bajunya itu-itu aja? Nggak punya baju lain ya?”

Yang tidak diketahui banyak orang, pria Yahudi yang bajunya nggak ganti-ganti itu adalah pribadi sama dengan yang membeli rumah-rumah tetangga kanan-kiri depan-belakang untuk menjaga privasi.

Seperti Arap dan sang kekasih, saya senang makan di warteg. Selain murah, harganya juga terjangkau. Masakannya pun sesuai lidah Nusantara. Salah satu menu kesukaan saya adalah ayam goreng yang dibalut telur kocok. Namun, yang jadi primadona di hati adalah Indomie telur buatan bude warteg. Cocok dimakan anget-anget selagi hujan. Ditemani tea jus gula batu. Dilanjutkan bahas isu politik zaman kiwari bersama kolega dan rekan kerja.

Bagi saya, mie instan buatan bude warteg adalah yang terenak. Mie instan yang dibuatkan oleh orang lain memang selalu lebih enak daripada buatan sendiri, tapi ini juaranya. Bahkan saya berani merekomendasikannya untuk ikut Master Chef. Saya yakin Chef Juna yang selama ini tampil jutek, begitu mencicipi mie buatan bude warteg, jadi ramah-tamah dan murah senyum.

Saya percaya, makanan atau minuman bisa mengubah hati seseorang. Apalagi setelah lihat iklan teh celup di televisi. Orang yang tadinya mau berubah jadi Hulk, begitu diajak ngeteh, mendadak sopan kayak orang nyaleg.

Master Chef Indonesia kembali mengudara di tahun 2019 ini. Di kursi juri, masih ada Chef Juna yang ikonik dengan gayanya yang cool. Di musim terbaru ini, Chef Juna masih sering sedekap. Sudah bertahun-tahun jadi juri, ternyata ia masih belum bisa beradaptasi dengan suasana dapur tempatnya menempa mental peserta. Seharusnya kru di studio Master Chef bisa mengerti dengan mengecilkan suhu AC. Itu Chef Juna kedinginan! Kasih sarung kemulan, kek!

Di Indonesia, memasak termasuk hobi yang bisa mengancam nyawa. Tretan Muslim dan Coki Pardede sudah membuktikan sewaktu masak daging babi pakai sari kurma. Mereka sampai diancam akan dipenggal oleh Shinobi Sunagakure. Begitu pula jadi juri di lomba masak tingkat nasional. Apalagi format lomba memasaknya dibikin seperti film thriller: tegang melulu. Ini orang masak apa operasi usus buntu?

Juri-juri dituntut menampilkan wajah yang galak, seakan bukan cuma mau makan masakannya, tapi juga orang yang masak. Sehingga para peserta pun jadi kompak pasang muka ketakutan. Padahal mereka cuma masak, bukan habis ngutil bahan masakan dari minimarket.

Belum lagi, backsound yang berlebihan ketika juri akan memberikan penilaian kepada peserta. Momen dramatis antara juri ambil nafas dan mengeluarkan suara itu jedanya lama banget. Sambil nunggu juri ngomong, bisa dipakai untuk main semua game di Hago, balas WhatsApp atasan, menidurkan bayi, umroh, daftar tes CPNS, dan perpanjang STNK mobilnya Mr. Bean.

Sebenarnya Chef Juna sedang menjalani profesi yang berbahaya. Dia tidak tahu saja dari sekian peserta adalah seorang ibu. Nah, ibu tersebut pasti punya anak yang menjadikan masakannya sebagai makanan terenak di seluruh dunia. Ketika masakan ibunya dikritisi, anak mana yang tidak terpelatuk?

Iklan

Bisa saja anak peserta yang tersinggung lalu jadi peserta di musim selanjutnya. Sebagai pembalasan karena pernah dibikin jengkel, ia memasukkan obat pencahar ke makanan yang akan dicicipi juri.

Biar nanti nggak diare sendirian, seharusnya Chef Juna juga mengajak para pesohor negeri untuk menjuri. Semakin banyak juri dari berbagai latar belakang, jadi semakin banyak perspektif.

Jika bude warteg ikut Master Chef dan dikomentari para pesohor negeri, mungkin bakalan begini jadinya:

Indro Warkop: “Kompor gas! Oven! Panci! Wajan penggorengan! Spatula! Itulah alat-alat masak.”

Atta Halilintar: “Ahseedaaaap…!”

Bude Sumiyati: “Masakanmu sederhana, lalu di mana kamu sembunyikan kobokannya?”

Nurhadi – Aldo: “Masakanmu tronjal-tronjol di mulut.”

Jokowi: “Masakannya itu hmmm diolah secara sederhana dengan apa, bumbu yang pas, ya, sehingga… orang penasaran mau memakannya.”

Ma’ruf Amin: “Saya setuju dengan apa yang disampaikan capres saya.”

Prabowo: *sehabis mencicipi makanan, langsung joget-joget*

Sandiaga Uno: *mijitin Prabowo yang baru selesai joget*

Rocky Gerung: “Disebut otak bila dipakai berpikir. Disebut otak-otak bila dipakaikan bungkus daun pisang, terbuat dari daging tenggiri cincang, dan dipanggang.”

Ira Koesno: “Apa yang akan kamu masak jika saya ingin makanan yang renyah dan gurih tapi sehat? Jawab dengan kroket.”

Susi Pudjiastuti: “Kalau ada pempek kapal selam, tenggelamkan ke kuah cuka!”

Via Vallen: “Sebelum manggung, saya biasa makan masakan begini. Saya sudah makan nasi bertahun-tahun loh.”

Mael Lee: “Ini olahan sarden terenak di Bumi. Bukan kaleng-kaleng.”

Mak Beti: “Enak kali masakan kau, Wak. Beti pun kalau Mamak kasih ini, dia pasti minta tambahnya dua piring.”

Ariel Noah: “Kamu luar biasa! Lanjut… makan sampai habis!”

Abdel Achrian: “Kamu luar bioskop!”

Nissa Sabyan: “Hmmmm hmmmm hmmmm.”

Hanin Dhiya: “Hmmmm hmmmm hmmmm.” *cover Nissa Sabyan*

Master Limbad: *piringnya yang dimakan*

Master Deddy Corbuzier: *mengambil foto makanan pakai hape Mito*

Grace Natalie: “Saking Indonesia-nya saya, saya mau makan ketoprak ini pakai nasi. Saya Grace Natalie Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia. Udah? Udah?”

Ivan Lanin: “Pancake = panekuk. Chef = kepala koki. Apron = celemek. Mari gunakan padanan untuk istilah asing.”

Kucing: “Kenapa aku disiram, dipukul, ditendang, dan disiksa? Padahal aku cuma minta sisa makanan kalian?”

Terakhir diperbarui pada 11 Maret 2019 oleh

Tags: Chef JunaIndomiemaster chefwarteg
Haris Firmansyah

Haris Firmansyah

Pegawai Bank Ibukota. Selain suka ngitung uang juga suka ngitung kata.

Artikel Terkait

Belajar Bahaya Inflasi Pakai Bahasa Warteg MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahaya Inflasi Pakai Bahasa Warteg Langganan yang Ketebalan Telur Dadarnya Semakin Berkurang dan Sayur Sop Terasa Hambar

17 September 2025
Bangku panjang warteg, tempat melamun nyaman yang jarang disadari MOJOK.CO
Kuliner

Bangku Panjang Warteg Tak Sekadar Tempat Duduk: Tempat Merenung Terbaik, Adu Nasib dan Saling Menguatkan

28 Agustus 2025
Ilustrasi Pertama Makan Warteg Jogja, Kalap dan Menyesal karena Miskin (Unsplash)
Pojokan

Pengalaman Pertama Kali Makan di Warteg Glagahsari Jogja: Jadi Kalap dan Menyesal karena Dompet Merana Miskinnya Terasa

5 Agustus 2025
Sulitnya Jadi Penjual Warteg: Sehari-hari Siapkan Makanan Enak dan Murah, tapi Kurang Dihargai Pembeli Mojok
Pojokan

Sulitnya Jadi Penjual Warteg: Sehari-hari Siapkan Menu Enak dan Murah, tapi Kerap Kurang Dihargai Pembeli

16 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.