#1 Lokasi UNNES itu masih di pedesaan
Saya perlu menjelaskan dulu kepada pembaca yang belum tahu soal UNNES. Jadi, Universitas Negeri Semarang itu terpisah di dua lokasi. Lokasi pertama ada di Kecamatan Gunungpati, biasa disebut Kampus Utama. Sementara itu, lokasi kedua ada di Kecamatan Ngaliyan, khusus untuk program studi PGSD. Nah, yang saya bahas di sini adalah Kampus Utama, karena jurusan saya ada di sana.
Secara administratif, Kampus Utama UNNES dan sekitarnya terletak di Kota Semarang, tepatnya di Kelurahan Banaran, Kelurahan Sekaran, dan Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunungpati. Namun, jika kita meninjaunya dari morfologi fisiknya, wilayah UNNES masih termasuk wilayah pedesaan karena masih banyak terdapat ruang terbuka hijau.
Suasana pedesaan ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap biaya hidup yang relatif tidak semahal di kota besar. Sebagai buktinya, di UNNES, masih banyak warteg yang menjual nasi, lengkap dengan 2 macam sayur hanya seharga Rp6.000. Untuk lauk saja seharga Rp2.000 per porsi. Jadi, bantuan hidup dari KIP Kuliah bisa dimaksimalkan.
Sementara itu, di wilayah ini juga tidak ada mall besar atau tempat wisata mahal yang berpotensi menggoda mahasiswa. Selain itu, objek wisata seperti Lawang Sewu, Kota Lama, dan Paragon terletak di pusat Kota Semarang. Jaraknya sekitar 15 kilometer dari Kampus Utama.
Untuk harga kos di UNNES, bervariasi mulai dari 4 hingga 9 juta rupiah per tahun. Jadi, biaya hidup di sini masih sangat terjangkau untuk mahasiswa.
Saya sendiri tidak memungkinkan jika harus mengeluarkan uang lagi selain dari KIP Kuliah. Makanya, saya kudu berhemat supaya bantuan hidup tersebut bisa cukup.
Misalnya, untuk makan, saya membawa beras dari rumah. Jadi saya tinggal beli lauk 2 porsi, untuk 2 kali makan. Saya sendiri lebih banyak menghabiskan waktu di kos, yang biaya sewanya 4,5 juta per tahun untuk 2 orang.
#2 Besaran nominal KIP Kuliah bisa terlihat besar atau kecil tergantung jurusan
Setiap jurusan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ada jurusan yang memiliki mata kuliah praktik, sehingga mengharuskan mahasiswa membeli alat dan bahan. Lalu ada jurusan yang mewajibkan mahasiswa membeli buku-buku perkuliahan. Terakhir, di UNNES, ada jurusan yang mengadakan kuliah lapangan, ada pula yang tidak.
Saya sendiri kuliah di Jurusan Geografi. Di sana, saya mempunyai tanggungan biaya kuliah selain UKT, yaitu praktikum dan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Untuk biaya praktikum ini relatif masih terjangkau karena hanya membutuhkan kertas folio, hvs, dan bolpoin warna untuk menyusun laporan.
Untuk KKL sendiri dilaksanakan di semester 2 dan 4, dengan tujuan umumnya ke luar Kota Semarang. KKL ini sebenarnya membutuhkan biaya yang cukup banyak, mulai dari Rp700 ribu sampai Rp1,3 juta. Syukur, saya bisa membayar 2 pengeluaran tersebut uang KIP Kuliah yang saya sisakan tiap bulannya. Jadi memang kudu berhemat banget.
Kudu berjuang untuk bisa hemat
Intinya memang begitu, kudu sangat hemat, supaya bisa bertahan hidup di UNNES hanya bermodalkan KIP Kuliah saja. Namun, saya perlu menegaskan bahwa bahwa belum tentu ini berlaku di semua mahasiswa KIP Kuliah. Pada akhirnya balik lagi ke perjuangan masing-masing untuk berhemat.
Tulisan ini juga saya buat ketika masih sampai semester 5. Sedangkan ketika sudah semester atas atau sudah berurusan dengan skripsi, kemungkinan kebutuhan akan bertambah banyak, misalnya untuk biaya penelitian. Belum lagi kemungkinan terjadinya keterlambatan pencairan biaya hidup. Oleh karena itu, harus pandai-pandai mengatur keuangan dan harus siap jika harus menggunakan uang pribadi dulu.
Penulis: Ummi Khabibah
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Realitasnya, Beasiswa KIP Bukan untuk Mahasiswa Kurang Mampu, tapi yang Pandai Memanipulasi Data dan kisah menarik lainnya di rubrik ESAI.