Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Arsip

Alasan Nggak Ada Pelajaran Bahasa Belanda di Indonesia

Redaksi oleh Redaksi
5 April 2022
A A
tulisan ki hadjar dewantara tentang bahasa belanda

Ki Hadjar Dewantara

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Artikel Ki Hadjar Dewantara yang terbit di Mingguan Nasional, 12 Januari 1952 berjudul “Bahasa Belanda” menjawab mengapa nggak ada pelajaran Bahasa Belanda atau Sastra Belanda dalam mimbar pengajaran di Indonesia, mulai dari SMP hingga universitas. Saat ini, di Indonesia hanya ada satu perguruan tinggi yang memiliki Program Studi Sastra Belanda yaitu Universitas Indonesia. Selamat membaca.

Bahasa Belanda

Oleh: Ki Hadjar Dewantara

Mojok.co – Soalnya adalah sebagai berikut. Seperti sudah kami kemukakan dalam “Konggres Pendidikan” yang ke-1 pada tahun 1947 di Solo, juga dalam “Rapat Besar Taman Siswa” tahun 1948 di Jogja, maka sebenarnya segala bahasa-bahasa asing yang bernilai dan dapat memajukan perkembangan kebudayaan kita, harus mendapat perhatian yang cukup dari Kementerian P.P. & K. Yaitu harus diberi tempat dalam daftar pelajaran secara sistematis.

Dalam hal ini janganlah dibolehkan anak-anak dapat pelajaran bahasa-bahasa asing sebelum pada tingkatan SMA dan jangan lebih dari dua bahasa, agar tidak memberatkan padanya. Anak-anak harus memilih dua bahasa itu. Ini berhubung dengan niatnya kelak: anak menuntut ilmu apa. Untuk Ketabiban misalnya, cukup bahasa Jerman dan Inggris, untuk Perdagangan cukup bahasa Inggris dan Tionghoa, untuk Kesusasteraan cukup Bahasa Inggris dan Arab atau Urdu atau bahasa Barat lainnya. Jadi bahasa asing disini berarti bahasa-bahasa Barat dan Timur.

Untuk keperluan-keperluan lain, teristimewa bagi mereka yang ingin memperdalam pengetahuan atau menambah kecakapan dalam bahasa-bahasa asing, perlu diadakan “Sekolah Bahasa-bahasa Asing”.

Apabila bahasa Inggris kita kecualikan dan sudah boleh diberikan pada tingkatan SMP, itu karena Bahasa Inggris kini berkedudukan di seluruh dunia sebagai “bahasa internasional”. Juga terpakai di daerah-daerah tetangga kita di Asia. Lain dari pada itu bahasa Inggris kini juga sudah menjadi bahasa ilmu-pengetahuan yang tidak saja dipakai di negeri Inggris, namun pula di Amerika, Australia dan negeri-negeri lain yang berbahasa Inggris.

Kalau kami menganjurkan bahasa Inggris untuk dipentingkan, tidaklah ini berarti bahasa-bahasa itu kita jadikan “tweede moedertaal” atau bahasa nasional yang ke-2 bagi rakyat kita. Sekali-kali tidak. Bahasa Nasional kita tetap bahasa Indonesia, bukan bahasa lain. Janganlah misalnya bahasa Inggris dipakai sebagai bahasa pengantar di perguruan-perguruan tinggi kita, kecuali kalau ada kepentingan yang istimewa, yaitu misalnya untuk menjadi bahasa pengantar seorang mahaguru bangsa asing yang belum dapat berbahasa Indonesia. 

Sekianlah tentang bahasa-bahasa asing pada umumnya. Dalam pada itu janganlah dilupakan bahwa tentang bahasa Belanda kini kita ada dalam keadaan yang luar biasa istimewa. Terhadap bahasa Belanda kita terpaksa menetapkan adanya waktu peralihan yang mengharuskan bahasa itu kita keluarkan dari daftar bahasa-bahasa asing, yang boleh dimasukkan dalam perguruan kita.

Ingatlah masih tetap adanya rasa pertentangan yang kadang-kadang meluap menjadi rasa benci antara bahasa Belanda dan bangsa Indonesia, hal mana sangat kita sesalkan. Dalam pada itu kita mengerti adanya faktor psikologis tadi, yaitu karena kita berpisahan dengan bangsa penjajah kita itu dengan jalan revolusi yang dahsyat serta melalui agresi Belanda (clash I dan II) yang dahsyat pula. Selain itu masih tetap ada suasana serta keadaan-keadaan dalam hubungan Indonesia dan Belanda, yang mengandung faktor-faktor politis. Sekalipun segala Ikatan KMB dapat dihapus, tidaklah itu berarti akan segera lenyapnya  faktor-faktor psikologis dan politis tadi. 

Baca Juga: Bagaimana Kita Diperdaya dengan Hoaks Dijajah Belanda selama 350 Tahun

Itulah kami tetap menganjurkan: janganlah bahasa Belanda dimasukan dalam perguruan-perguruan kita. Jangan pula diperkenankan guru-guru besar di perguruan-perguruan tinggi kita memberi kuliah-kuliahnya dalam bahasa Belanda dan/atau menganjurkan buku-buku yang tertulis dalam bahasa Belanda. Apabila masih perlu kita mendatangkan orang-orang sarjana bangsa Belanda (dan bangsa asing umumnya) hendaknyalah mereka itu dianggap sebagai “sumber ilmu pengetahuan” bagi para asisten kita. Mereka inilah yang harus meneruskan bahan-bahan pelajarannya dalam bahasa Indonesia kepada para mahasiswa. 

Disamping itu hendaknya pemerintah memulai penerjemahan secara besar-besaran segala buku-buku ilmu pengetahuan yang perlu dari bahasa-bahasa Belanda dan bahasa-bahasa asing lainnya ke dalam bahasa Indonesia.

Agar tidak menimbulkan stagnasi (keberhentian sekonyong-konyong) maka tiada keberatannya, apabila mereka yang sudah terlanjur  memakai bahasa Belanda, jika perlu diperbolehkan menggunakan bahasa tersebut, akan tetapi semua mahasiswa baru dan guru-guru besar baru mulai tahun pengajaran yang akan datang ini dengan tegas dan keras diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.

Sebagai penutup hendaknya diketahui, bahwa Badan Pertimbangan Kebudayaan dalam sidangnya pada tanggal 4 dan 5 Januari yang lalu di Yogyakarta telah menetapkan akan memajukan usul-usul yang tegas dan konkrit tentang soal bahasa Belanda tadi kepada Menteri P.P. & K agar dalam waktu yang sependek-pendeknya bahasa Belanda tidak diperlukan lagi bagi perguruan-perguruan kita, baik sebagia mata pelajaran di SMA maupun sebagai bahasa pengantar di perguruan-perguruan tinggi kita.

Iklan

*)Esai Ki Hadjar Dewantara ini terbit di Mingguan Nasional pada Rubrik Kebudayaan Nasional. Sumber Warung Arsip.

Penulis: Ki Hadjar Dewantara

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA  Tumbang Timbulnya Negara  dan Arsip lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 5 April 2022 oleh

Tags: arsipbahasa Belandasastra belanda
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

H.B. Jassin: Maestro Dalam Kerja Dokumentasi Sastra Indonesia.
Video

H.B. Jassin: Maestro Dalam Kerja Dokumentasi Sastra Indonesia

15 Januari 2023
Mr Assaat puasa
Arsip

Hikmah Puasa yang Sebesar-besarnya 

1 Mei 2022
Islam Sebagai Dasar Negara
Arsip

Islam Sebagai Dasar Negara

30 April 2022
Ki Ageng Suryomentaram Seni Suara
Arsip

Seni Suara Sebagai Makanan Jiwa

29 April 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.