MOJOK.CO – Kisah imam yang mengalami gojlokan dari orang-orang du sekitarnya. Baik dari anaknya sendiri, sahabatnya, orang asing, sampai “atasan”-nya.
Dalam rangka ultah Mojok yang ke-7 beberapa hari lagi (28 Agustus). Saya berusaha mencari 7 kisah tentang orang-orang hebat yang digojloki oleh orang-orang sekitarnya. Karena konsentrasi saya di bidang ilmu agama, maka kisah pergojlokan di kalangan alim cerdik cendikia mungkin bisa kita ambil hikmah dan hiburannya.
Berikut 7 kisah gojlokan yang diderita para imam terkenal, nomor 7 bikin pankreasmu menggelinjang.
Kisah pertama seorang ulama atau seorang imam yang digojloki anak perempuannya.
Tersebutlah seorang ulama besar yang bernama Sulaiman bin Mihron. Beliau mempunyai sebuah penyakit yang menyebabkan air matanya terus keluar dan berbekas seperti belek. Oleh sebab itu, beliau mendapat julukan “Al-A’masy” dan dengan julukan ini beliau lebih dikenal luas oleh orang-orang.
Beliau adalah seorang imam besar bukan kaleng-kaleng. Hampir seluruh periwayatan hadis penduduk Kufah, jalur sanadnya melalui beliau. Bahkan Yahya bin Ma’in yang juga seorang imam hadis mengatakan bahwa jalur sanad yang paling sahih adalah periwayatan Al-A’masy dari Ibrohim an Nakhoi’ dari Alqomah dari Ibnu Mas’ud.
Ibadahnya pun luar biasa. Di tengah kesibukan mengajar, dakwah, dan sebagainya, beliau tidak pernah tertinggal dalam salat berjamaah di masjid. Salah satu muridnya yang Bernama Waki’ al Jarroh pernah bersaksi bahwa selama 70 tahun beliau tidak pernah ketinggalan takbirotul ihrom imam di masjid.
Kisah ini dituliskan oleh salah seorang ulama bernama al Ubbiy dalam kitab Natsrud Duror.
Suatu ketika, Al-A’masy keluar menuju tempat pengajiannya sambil tertawa. Melihat itu para muridnya penasaran namun sungkan untuk bertanya. Merasakan rasa sungkan dari murid-muridnya, sang imam pun bertanya ke mereka.
“Antum tahu nggak, kenapa ane tertawa?” tanya sang guru.
Mereka pun menjawab kompak, “Tidak.”
Lalu beliau melanjutkan ceritanya.
“Jadi ceritanya, pas di rumah sebelum kemari. Ane sedang duduk-duduk santai di rumah. Terus entah kenapa putri ane memandangi wajah ane dengan penuh seksama. Lalu ane tanya tuh bocah, ‘Ada apa Neng, serius amat lihat muka Abi?’”
Terus anak Al-A’masy bilang, “Nggak ada apa-apa Abi, cuman Neng takjub aja sama Umi yang mau nikah sama Abi.”
Anak 1, Abi 0.
Kisah kedua, masih mengenai perkara digojloki oleh anak perempuannya.
Suatu ketika lagi-lagi Sang Imam tertawa ketika hendak menuju tempat pengajian yang diampunya. Para murid lagi-lagi hanya bisa terdiam sambil menunggu sang guru untuk bercerita.
Al-A’masy kemudian menceritakan sebab tertawanya, “Jadi ceritanya, anak perempuan ane tadi nangis minta uang buat jajan.”
“Ndilalahnya ane sendiri lagi nggak pegang uang,” lanjut sang guru.
“Lalu dia pun berlari menangis ke uminya, sambil bilang Umi, ‘Emang gak bisa ya nemu satu orang laki-laki pun untuk Umi nikahi selain Abi?’”
Anak 2, Abi 0.
Kisah ketiga, kali ini digojloki sahabatnya.
Kisah ini dituliskan oleh Ibnu Hamadun al Baghdadiy dalam kitabnya At-Tazkiroh Al-Hamaduniyah.
Suatu ketika Al-A’masy terlibat cekcok dengan sang istri. Beliau berinisiatif untuk memanggil juru damai untuk mengislahkan dirinya dan sang istri.
Dipilihlah salah satu sahabatnya dari kalangan ahli fikih. Tentu dengan harapan si ahli ini dapat mendamaikan mereka berdua dengan ilmu fikih yang dimilikinya
Kemudian sang sahabat masuk ke dalam rumahnya. Di dalam rumah itu sudah ada Al-A’masy dan istrinya.
Sang sahabat kemudian berkata, “Wahai, Puan, sesungguhnya suamimu adalah ulama kami, guru kami, janganlah kemudian karena mata beleknya, kecil betisnya, lemah pahanya, kasar kulit kakinya, serta jidat dan baunya membuat engkau menjauh dari dirinya.”
Mendengar kalam yang tak terduga tersebut, Al-A’masy mengusir sahabatnya itu dan berkata, “Pergi, pergi! Kenapa antum malah nyebut kekurangan ane yang bahkan dia nggak tahu sebelumnya?”
Al-A’masy 0, Ahli fikih 1.
Masih dari kitab yang sama, Ibnu Hamadun menuliskan tentang Abu Hanifah atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan Imam Hanafi dan Al A’masy.
Pada kisah keempat ini Al-A’masy tertimpa musibah berupa sakit. Abu Hanifah dan Al A’masy adalah dua orang ulama besar yang hidup pada masa yang sama. Keduanya sangat terkenal pada saat itu dengan kapasitasnya masing-masing. Abu Hanifah terkenal dengan fikihnya, sedangkan Al-A’masy masyhur dengan hadisnya.
Saat itu Al-A’masy tertimpa sebuah penyakit. Mendengar hal itu, Abu Hanifah hendak menjenguknya. Ketika sudah sampai di kediaman Al-A’masy, Abu Hanifah yang merasa prihatin mengeluarkan beberapa kata untuk menghibur sang Imam.
“Wahai Syekh, kalau tidak merepotkanmu, niscaya aku akan setiap hari datang menjengukmu.”
Mendengar ucapan sang tamu, Al-A’masy segera membalas, “Bukannya apa-apa nih. Antum di rumah antum sendiri aja udah ngerepotin ane, apalagi antum di rumah ane?”
Kali ini Imam Abu Hanifah yang kena gojlok oleh Imam Al-A’masy.
Imam Abu Hanifah 0, Imam Al-A’masy 1.
Kisah kelima mengenai Imam Abu Hanifah dengan kedua murid yang juga sahabatnya, Imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad bin Hasan.
Kedua murid sang imam ini mempunyai perawakan yang tinggi. Sedangkan Imam Abu Hanifah mempunyai badan yang pendek.
Salah satu dari keduanya mengatakan ke Imam Abu Hanifah, “Wahai Syekh, engkau bagai huruf nun ن dalam kata لنا (lana).”
Maksudnya adalah Abu Hanifah mempunyai badan yang pendek apabila dibandingkan dengan keduanya.
Lalu sang Imam menjawab, “Ya kalau tidak ada aku, niscaya kalian berdua itu لا (la).”
Imam Abu Hanifah seakan mengatakan kalau tidak ada dirinya maka kedua murid ini tidak ada apa-apanya, mereka bukan siapa-siapa. Karena La dalam bahasa Arab artinya “tidak”.
Imam Abu Hanifah 2, murid-muridnya 0.
Kisah keenam terjadi setelah masa Abu Hanifah dan Al-A’masy.
Kisah ini dituliskan oleh Ibnul Jauzi dalam kitab Al-Maudhuat.
Suatu ketika Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hanbal melaksanakan salat di sebuah masjid. Keduanya imam besar dalam ilmu hadis. Keduanya hafal ratusan ribu hadis di luar kepala. Keduanya juga jadi rujukan dalam ilmu hadis terlebih ilmu ilal hadis. Ilmu yang membahas ada atau tidaknya cacat dalam sebuah hadis.
Ternyata di dalam masjid tersebut ada seorang pendongeng. Sang pendongeng tersebut berkata di depan para manusia.
“Telah mengkabarkan kepadaku Yahya bin Main dan Ahmad bin Hanbal…” kemudian dia menyebut sanad hadisnya.
“Bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wasallam bersabda: Barang siapa yang mengucap La ilaha illallah maka Allah akan menciptakan untuk tiap kata-katanya seekor burung, paruhnya terbuat dari emas dan seterusnya.”
Mendengar namanya disebut-sebut dan dikutip, kedua imam tersebut saling menoleh satu sama lainnya. Imam Ahmad lantas bertanya ke Imam Yahya, apakah dia yang menceritakan hadis tersebut kepada orang asing itu?
“Demi Allah, ini hadis baru belum pernah ane denger,” jawab Yahya bin Ma’in.
Setelah selesai ceramah, Yahya bin Ma’in memanggil orang asing itu.
Kemudian Yahya bin Ma’in berkata, “Saya Yahya bin Ma’in, di samping saya ada Ahmad bin Hanbal, dan kami tidak pernah mengkabarkan hadis tersebut kepada Anda.”
Lalu si pendongeng menjawab, “Oh, jadi antum Yahya bin Ma’in, selama ini saya sering dengar bahwa Yahya bin Ma’in adalah orang yang bodoh, dan ternyata benarlah yang saya dengar itu.”
Yahya bin Ma’in kemudian berkata lagi, “Bagaimana Anda tahu kalau saya orang yang bodoh?”
“Emangnya yang namanya Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hanbal cuman antum berdua di dunia ini? Emang nggak ada orang lain selain kalian berdua? Sesungguhnya saya udah mendengar hadis dari 17 seseorang yang bernama Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hanbal.”
Mendengar jawaban yang tak terduga, Imam Ahmad hanya bisa menutup wajahnya dengan pakaiannya sambil tertawa kecil. Adapun Yahya bin Ma’in hanya diam sementara sang pendongeng pergi begitu saja, seolah mengejek mereka berdua.
Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Yahya bin Ma’in 0, orang asing 1.
Kisah imam ketujuh, digojloki atasan.
Dalam sebuah forum tersebutlah seorang putri dari mantan penguasa negeri yang menggojloki anak buahnya sendiri. Sang putri yang kini sudah lumayan sepuh itu berkata begini ke petugas organisasi yang ia ketuai, “Coba lihat Pak Jokowi. Saya suka nangis lho, beliau itu sangat kurus … 404 not found.”
Sang Putri 100, Jokowi 0, rakyat -1.
BACA JUGA Mural Jokowi 404: Not Found dan Penilaian Otoriter yang Kembali Menguar atau tulisan Dinar Zul Akbar lainnya.