MOJOK.CO – Saya pikir pacaran sama sahabat sendiri bakal enak karena sudah kenal sejak lama. Ternyata, banyak hal yang bikin bingung, bahkan insecure.
Karena minim pengalaman, saya baru tahu kalau menjalin hubungan ternyata bukan pekerjaan mudah. Mengamati kehidupan percintaan kawan-kawan sampai menikmati orang sharing di media sosial, saya menjadi tahu kalau pacaran itu memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
Tanpa bermaksud menggeneralisasi, dua orang baru yang baru bertemu harus saling mengenal pribadi dan diri masing-masing agar bisa berjalan beriringan. Kadang, dalam prosesnya, ada keributan kecil maupun besar yang datang menghampiri. Tapi, apakah kalau dua orang ini sudah saling kenal, lantas semuanya terasa mudah?
Ternyata tidak, saudara-saudaraku sekalian.
Setelah bertahun-tahun, saya akhirnya melepas status jomblo. Sudah, sudah tidak perlu diucapi selamat. Juga jangan iri kalian para fakir cinta. Selalu ada hujan setelah pelangi. Eh kebolak!
Tidak tanggung-tanggung, yang berhasil menggaet hati saya ternyata adalah sahabat sendiri. Kami sudah mengenal selama kurang lebih enam tahun. Bukan waktu yang singkat, ya? Pacaran sama sahabat sendiri ternyata sama sulitnya seperti pacaran dengan orang asing. Sini, sini, duduk manis semua. Aku mau ceritakkk.
#1 Ternyata saya tidak cukup mengenal dia.
Saya pikir, waktu enam tahun adalah waktu yang cukup untuk mengenal seluk beluk sahabat sekaligus pacar saya. Masih banyak hal tentang satu sama lain yang belum kami kenal. Misalnya, kebiasaan, perspektif, dan lain sebagainya.
Bahkan di awal-awal, saya sangat kesulitan membaca isi pikirannya, apa yang dia maksud dan apa yang dia mau. Ya tapi memang saya bukan Romy Rafael juga sih. Alhasil, kami jadi perlu mengobrol banyak tentang banyak hal dan mencoba memahami satu sama lain.
#2 Masih sulit bertemu dengan keluarga.
Hal ini yang mengejutkan saya. Walau sudah beberapa kali main ke rumah saya bersama sahabat saya yang lain, lucunya, pacar masih tidak berani main ke rumah sendirian. Padahal, yang bersangkutan sebelumnya sudah pernah bertemu ibu saya.
Mungkin rasanya berbeda ketika harus berhadapan dengan ibu dari perempuan yang kini sudah menjadi pacarnya. Pacaran sama sahabat bisa bikin rumit hal-hal yang sebetulnya simpel saja.
#3 Saya tetap cemburu dengan mantannya.
Bisa dibilang, selama enam tahun berteman, saya sudah mengenal kisah cinta pacar dengan perempuan lain. Saya pikir, saya menjadi lebih bisa berdamai dengan hal tersebut, tapi yang ada saya justru lebih was-was dan membandingkan diri saya dengan para mantannya.
Bukan hal yang sehat. Saya tahu. Namun, insecurity saya sulit untuk dibendung. Saya jadi sering berusaha keras mengingat kembali hal-hal yang dulu sering mereka ributkan, jadi saya tidak akan mengulang kesalahan yang sama antara dia dan mantannya demi pacaran sama sahabat ini tetap langgeng.
#4 Saya masih sulit menerima kebiasannya.
Masalah ini memang terlihat sederhana, tapi sangat penting untuk keberlangsungan hubungan kami. Rupanya, mengenal dia selama bertahun-tahun tidak membuat saya bisa menerima dia sepenuhnya tanpa mengeluh sedikit pun.
Saya tetap memiliki ekspektasi yang berkali-kali harus saya tahan agar tidak membuat masalah kecil menjadi besar. Pada akhirnya, saya juga harus belajar untuk menerima segala kekurangannya. Kayaknya hal ini yang bikin pacaran sama sahabat jadi nggak enak.
#5 Tetap kehabisan bahan obrolan.
Pacaran sama sahabat ternyata tidak selalu menjamin obrolan tetap mengalir dengan mulus. Kami tidak sebegitu bebasnya membangun obrolan dengan ngomongin orang dan gosip-gosip terkini atau sekadar flashback ke masa-masa saat kami bermain sebagai sahabat betulan.
Akhirnya, ada kalanya saya bingung harus membicarakan apa lagi, sehingga pertanyaan klasik seperti “Sudah makan belum?”, “Sudah mandi belum?”, “Sudah kasih makan kucing belum?” tetap ada dalam rutinitas kami. Memang tidak ada salahnya dengan pertanyaan “Sudah makan belum?” sih, tapi bagaimana ya….
#6 Tidak seterbuka bayangan saya.
Tak jarang kami masih canggung ketika ngobrol hal yang sifatnya personal. Saya pun berkali-kali mencoba mengerem diri untuk tidak membicarakan hal yang terlalu personal dan lebih memilih membiarkan mas pacar bercerita seiring berjalannya waktu. Menurut saya, meski sudah menjadi sahabat, dia berhak menyimpan rahasia dan masalah pribadinya sendiri. Seharusnya begitu, kan?
Pacaran sama sahabat sendiri maupun orang lain tentu ada kesulitannya masing-masing. Tapi hanya karena sudah mengenal lama, menjalin pacaran sama sahabat tidak menjadi lebih mudah juga, loh.
Kesulitan-kesulitan yang ditemui pasangan lain ternyata saya dan pacar temukan juga. Kami pun harus banyak belajar untuk bisa menjalani hubungan dengan baik.
BACA JUGA Perempuan Punya Teman Lelaki Wajar, tapi Tidak Sebaliknya dan tulisan lainnya di rubrik ESAI.