Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

412: Aksi Tandingan Tak Berkelas

Puthut EA oleh Puthut EA
4 Desember 2016
A A
412: Aksi Tandingan Tak Berkelas

412: Aksi Tandingan Tak Berkelas

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Jika politik adalah seni mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, maka di sisi yang lain, politik juga bisa muncul seperti ‘seolah-olah seni’. Pertunjukan tanpa greget. Membosankan. Masih mending kalau menggelikan (dalam makna negatif) pun lumayan. Setidaknya masih menimbulkan rasa geli.

Dari kacamata politik, terlepas Anda setuju atau tidak dengan isu yang diusung, tapi aksi massa 212 terlihat gemilang. Berbagai langkah pencegahan telah dilakukan oleh Pemerintah dan lembaga-lembaga keagamaan, tapi kenyataannya peserta tetap membeludak. Hampir semua media massa melaporkan dengan nada positif: massif, tertib, rapi, dan bersih.

Namun Pemerintah juga tak kalah lihai, setelah sebelumnya membuat manuver yang bikin geleng-geleng kepala: menangkap beberapa orang dengan tuduhan makar. Ini agak menggelikan. Masak orang seperti Ratna Sarumpaet, Sri Bintang Pamungkas, Ahmad Dhani dll dianggap membahayakan? Bahaya dari mana? Punya massa pun tidak, dan kapasitas politik mereka pun pas-pasan. Lagian, mana ada orang yang mau ikut makar jika yang memimpin macam mereka bertiga dan sejumlah orang lain yang kapasitas mereka juga tak lebih baik?

Okelah. Anggaplah memang ada upaya makar dari mereka, tapi mestinya kita ingat di era Presiden SBY berkuasa, Fadjroel Rachman juga pernah terang-terangan ingin menjatuhkan pemerintahan SBY. Apakah SBY menangkapnya? Tidak. Kenapa? Ya karena mungkin SBY tahu, keinginan Fadjroel untuk menjungkalkan SBY adalah dagelan politik. Ditambah SBY mungkin juga tahu, mana ada orang yang percaya Fadjroel bisa memimpin makar? Memimpin gerak jalan sih mungkin. Atau demo kecil-kecilan lah…

Mestinya hal itu pula yang sebaiknya dipakai oleh Pemerintah ketika Ratna, Sri Bintang, Dhani dkk ingin makar. Makar macam apa yang bisa dikreasikan oleh mereka? Makaroni? Kenapa tidak dianggap saja sebagai lelucon akhir tahun? Bukankah selera humor Jokowi lebih bagus dari SBY? Rileks sedikit, Pak Jok. Jalan politik Anda masih panjang. Asal jangan ingkar janji. Nikmatilaaah, kasihmu hari iniiiii… Eh maaf, malah kebablasan menyanyi lagu almarhum Andy Liany yang legendaris itu.

Beruntung Presiden Jokowi bisa menutup langkah berlebihan aparatnya dengan membuat keputusan politik yang ciamik. Dia dengan sedikit rombongan, mendatangi aksi massa 212. Jurus yang tak terduga. Musuh tak siap. Dengan segera, Jokowi mampu mengambil hati sebagian besar para peserta aksi massa 212. Inilah jurus politik berdasarkan falsafah Sosrokartono ‘Nglurug tanpa bala’ atau mendatangi musuh tanpa pasukan, yang berbuah ‘Menang tanpa ngasorake’ yakni menang tanpa membuat musuh merasa dikalahkan. Ini jurus politik yang mintilihir. Top. Berkelas. Semua merasa menang dan semua merasa bahagia.

Sayang sekali, ketika Presiden Jokowi sudah berhasil membuat gerakan yang licin dan cerdas, para pendukungnya malah membuat gerakan yang justru mengganggu kecerdasan langkah Jokowi, dan bisa membuat masalah baru lagi karena mereka malah membuat aksi 412. Diberi apapun judul aksinya, semua orang bakal berpikir mirip: ini adalah aksi massa tandingan. Dan tentu saja aksi massa ini punya risiko politik.

Risiko politik pertama sangat jelas: Menghapus jejak kelihaian politik Jokowi. Padahal dengan Jokowi datang ke aksi 212, lalu memberikan orasi dan menghimbau peserta untuk membubarkan diri dengan tertib, dan himbauan itu diikuti oleh peserta aksi massa, maka hal itu menunjukkan kekuatan Jokowi serta meninggalkan jejak politik yang dalam dan panjang. Namun jejak itu dihapus begitu saja oleh para pendukungnya tanpa pertimbangan yang matang. Ibarat guci indah yang dilabur dengan cat murah.

Risiko kedua, terlihat bahwa para pendukung Presiden Jokowi tak punya kapasitas melakukan manuver politik yang berkelas. Kalau aksi massa dibalas dengan aksi massa, mau apapun hasilnya, dalam citra publik aksi massa tandingan itu hanya upaya membebek dan membeo langkah lawan. Apalagi jika secara kuantitas dan kualitas, aksi massa 412 kalah dibanding 212. Kemiskinan kreativitas macam inilah yang sering membuat politik kita menjadi kering, jumud, dan membosankan. Bukan politik yang penuh greget dan gairah. Apalagi politik yang menggembirakan.

Risiko yang paling tidak keren adalah risiko ketiga: memperpanjang persoalan. Para pendukung Jokowi terlihat bukan malah membantu Jokowi menyelesaikan masalah, atau setidaknya memperingan beban politik Jokowi, tapi justru memberatkan. Sebab dengan langkah penutup sekaligus ‘kuncian’ yang dilakukan oleh Jokowi, situasi sudah mulai adem. Eh, malah ada ‘langkah kipas’ yang membuat bara kembali menyala.

Makin terasa hambar ketika aksi massa tandingan itu dibarengkan dengan kegiatan reguler masyarakat Jakarta ‘Car Free Day’. Mungkin ini upaya taktis agar seakan peserta aksi massa terlihat banyak. Kalau hanya itu tujuannya, apa gak sekalian saja aksi massa menyelam bersama di laut? Setidaknya bisa mengklaim didukung ratusan juta ikan, cumi, udang, dan ubur-ubur. Kalau perlu kerang dan kepiting pun bisa diklaim.

Bukan begitu, Cumi?

Terakhir diperbarui pada 17 Oktober 2018 oleh

Tags: 212aksi damaifeaturedjokowi
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Aliansi Jogja Memanggil menggelar aksi damai di bundaran UGM. MOJOK.CO
Aktual

Alasan Aliansi Jogja Memanggil Pilih Bundaran UGM Jadi Tempat Aksi, Bukan Malioboro

1 September 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.