[MOJOK.CO] “Drama Korea dan saya melawan dunia.”
Menjadi penonton Drama Korea (Drakor) artinya harus siap dibikin ngilu ulu hati karena terlalu banyak tertawa, dibikin bengkak mata karena terlalu banyak menangis, dan dibikin menguap karena kurang tidur. Gejala-gejala ini saya kira sudah banyak ditemui oleh penggila drakor di manapun, di seluruh belahan dunia.
Saya dulu benci Drama Korea. Terlalu banyak hal tidak masuk akal yang terjadi. Kok bisa orang lahir bayinya ditukar dan baru sadar setelah sekian lama? Emang nggak pernah cek darah dan sakit begitu? Emang bisa orang menipu jual rumah temen sendiri terus masih berteman? Emang ada orang yang berkali-kali dijahatin, malah berakhir jadi ratu? Rentetan pertanyaan itu membuat saya tidak bisa menikmati elemen visual dari film korea.
Lantas saya bertemu dengan seorang teman. Sebut saja Sopyan, yang memperkenalkan keindahan lagu-lagu Korea. Benar, lagu Pop Korea. Ia menjelaskan bahwa wajah cantik itu bonus, kalau bisa bikin goyang itu lebih penting. Maka perjalanan saya jadi penggemar kebudayaan Korea medioker dimulai.
Saya jadi mulai melihat Korea Selatan dengan cara yang berbeda. Jika dulu Drama Korea terasa tidak masuk akal, kini malah dibuat suka karena tidak melulu mengandalkan cerita orang miskin ketemu orang kaya lalu jatuh cinta. Ada yang bercerita tentang jin yang hidup ratusan tahun, ada dokter yang mengabdi ke tempat jauh, sampai alien yang datang ke bumi.
Hal pertama yang perlu kamu lakukan sebagai seorang penggemar adalah mengakui bahwa kamu tidak tahu apa-apa. Ini penting, jadi alih-alih kemaki atau sok tahu, orang-orang akan dengan gumbira memberimu informasi tentang Drama Korea terbaru. Solidaritas dan jiwa korsa penggemar Drakor ini bikin terharu. Ini yang saya suka, bahwa sesama penggemar Drama Korea, kamu akan disuguhi banyak rekomendasi yang ciamik.
Nah setelah kamu jatuh cinta, kamu akan kasmaran. Jika dulu menganggap tayangan drama sekedar tontonan waktu luang. Maka kini kamu bisa semalaman begadang menonton maraton satu musim drama. Tidak hanya itu, jika merasa bahwa aktor yang kamu suka punya akting bagus, pelan-pelan kamu akan mencari film-film terdahulu. Produk Korea yang satu ini memang punya dampak serupa candu.
Harusnya ada lembaga bantuan bagi pecandu drama korea akut. Bagi mereka yang mengidap ketergantungan penyakit “satu episode lagi berhenti”
Tahap berikutnya adalah saya dibuat suka dengan produk lain Gelombang Kebudayaan Korea alias Hallyu. Misalnya, jika suka drama berseri, saya mencoba melihat film panjangnya. Seperti More Than Blue atau Miracle In Cell no 7. Hasilnya? Berhari-hari mata sembab karena dibikin nangis. Saya jatuh cinta! Gila, dari pembenci yang kerjaannya memaki bahwa oppa-oppa Korea itu banci, sampai jadi penggemar produk perawatan kecantikannya!
Mustahil menyukai Drama Korea tanpa mendengarkan original sound track yang diputar. Meski kadang tidak dinyanyikan oleh grup idol terkenal, tapi perlahan penggemarnya mencari tahu ragam musik Korea. Bahwa K-Pop tidak hanya berisi boy band dan girl band, tapi ada juga musisi seperti Oh Hyuk dan Hyukoh. Meski ya nggak apa-apa juga cowok suka BTS atau Exo.
Seiring berjalannya waktu, saya jadi penggemar. Tidak garis keras, tapi cukup membuat saya kesal jika ada orang yang bilang oppa Korea itu letoy, kurang manly, atau seperti banci. Oppa-oppa Korea kok lebih cantik daripada tokoh perempuannya, nggak cowok banget. Wah mereka ini suka cewek nggak ya? Wah mereka operasi plastik nggak ya? Kurang manly, jangan-jangan bisanya dandan aja.
Stereotip ini dulu sungguh saya yakini. Dasar homo, seolah menjadi gay itu rendah, atau laki-laki yang berdandan, merawat diri itu jelek. Sampai saya kemudian jatuh cinta pada Big Bang, yang lagi-lagi diperkenalkan oleh Sopyan. Saat mendengar Big Bang, saya terlambat, sebagian personil Big Bang tengah menjalani wajib militer.
Lho kok wajib militer?
Iya. Oppa-oppa korea yag kamu bilang kurang manly, suka dandan, kemayu, cantik, dan letoy itu diharuskan wajib militer dan ini tidak mudah. Wajib militer di Korea itu mengerikan. Latihan fisik dan pengabdian masyarakat dilakukan mulai dari jam enam pagi hingga 12 malam. Setiap hari selama lima bulan sebagai pengantar wamil mereka ditempa dengan rutinitas latihan fisik untuk membentuk stamina.
Mereka harus bangun pagi, lari, panjat tembok, bela diri, dan menembak. Sesudah itu mereka diminta melakukan pengabdian masyarakat yang bentuknya beragam. Seluruh proses wajib militer itu dilakukan dalam waktu dua tahun. Iya, dua tahun.
Ini jadi pengetahuan penting. Bagi saya yang dulu merendahkan Oppa-oppa Korea -hanya karena mereka tampil kenes dan cantik-pengetahuan bahwa mereka pernah mengikuti wajib militer itu bikin jiper. Bukan apa-apa, sebagai negara yang selalu dibayangi rasa takut perang dengan Korea Utara, wajib militer yang dilakukan Korsel itu berat. Kamu bisa menonton apa saja poin poin wajib militer yang dilatih.
Wajib militer itu bukan perkara mudah. Jika kamu menganggap cowok brewokan, berbadan kekar, macho, dan seram pasti bisa lolos wajib militer, anda kebanyakan nonton film. Wajib militer itu perkara siapa yang kuat menghadapi latihan fisik yang berat. Seseorang yang gemar nge-gym belum tentu bisa lolos latihan kemiliteran. Oppa-oppa ini wajib menjalani itu semua.
Ini mengapa saya suka geli dengan orang yang menyebut atau merendahkan oppa-oppa idol grup dengan sebutan letoy, kemayu, kurang cowok. Kalau ukuran “cowok” itu kuat, wah usai wajib militer bisalah itu diadu. Baik lari, nembak orang, atau berkelahi. Tapi ya bukan itu poin mengapa Oppa Korea-Korea jadi keren.
Untuk jadi anggota idol, seorang Oppa harus latihan keras. Seorang anggota idol bisa latihan delapan jam sehari, enam hari seminggu, nyanyi, menari, dan latihan fisik. Sesuatu yang belum tentu cowok “Macho, brewok, gagah” bisa lakukan. Latihan fisik ini membutuhkan stamina tinggi, konsentrasi, dan daya tubuh tinggi.
Berdasarkan pengetahuan saya yang terbatas tentang K-Pop, ada banyak boy band Korea yang keren. BTS, EXO, Big Bang dan yang lain itu bukan cuma sekedar ganteng. Ada banyak hal yang membuat mereka jadi idol. Koreografi BTS di AMA adalah satu bukti betapa keren Boy Band yang kamu anggap letoy ini. Kalo soal musik dan gaya keren Big Bang bisa jadi rujukan.
Ada kanal weekly Idol di YouTube yang bisa memuaskan hasrat fangirling/fanboying secara kaffah. Sebagai penggemar Rose blackpink, dan *uhuk* Jungkook. Kamu bisa nambah pengetahuan soal K-Pop via YouTube buat menghapus Stereotype di kepala kita. Saran saya, jangan buka Running Man, itu racun Bangsat.
Ini generasi baru K-Pop, saya kira generasi-generasi terdahulu juga punya kedigdayaannya masing-masing. Kamu tak bisa mengukur kekuatan seorang dari tampilan maskulin. Oppa-oppa ini mungkin lebih cantik dari perempuan dan itu nggak masalah. Ekspresi gender itu cair dan jangan mau dikibulin machoisme yang bilang, laki-laki dandan itu maho, gay, dan nggak keren.
Jadi sebelum kamu menganggap Boy Band itu letoy, coba latihan nari delapan jam sehari, enam hari seminggu, lalu kita coba ukur siapa yang lebih kuat.