[MOJOK.CO] “Ormas bisa berperan mulai dari tanggap bencana sampai sweeping warung saat ramadhan.”
Sebuah pesan masuk ke ponsel saya. Dari ibu. Wah ada apa nih? Apakah dia merindukan anaknya yang tampan ini? Oh bukan. Ibu menyebarkan berita tentang Ustaz Abdul Somad yang diusir dari Bali. Ia geram. Kok bisa-bisanya? Kenapa orang Bali yang minoritas itu menolak Ustaz? Apa haknya? Saya dilema. Dijawab durhaka, nggak di jawab itu ibu saya. Di saat teknologi maju seperti ini, jihad terbesar anak adalah membenarkan berita hoax di grup watsapp tanpa menyakiti hati orang tuanya.
Cilaka betul.
Tapi apa boleh bikin. Ustaz Somad ini kan sering bikin pernyataan kontroversial. Gemar membuat orang menyadi gerah. Mungkin ini adalah teguran dari Allah. Bukan apa-apa, sombong terhadap orang sombong adalah sedekah. Siapa tahu, selama ini Ustaz Somad sering bersedekah, sekarang dia mendapatkan kesempatan disedekahi orang banyak. Oh iya, Ustaz Somad saat di Bali dan konon diusir itu ditemani siapa ya? Nahdlatul Ulama atau FPI?
Saya sendiri sebagai warga Indonesia merasakan sangat bangga dengan Indonesia. Negara ini punya segalanya. Tanah, laut, dan sungai yang berisi kekayaan. Keberagaman ini juga tergambar melalui berbagai ormas yang ada di dalamnya. Partisipasi publik dalam menjaga keamanan bangsa dilakukan dengan baik. Polisi bisa tenang tinggal di kantor saja. Kami sadar pak polisi pekerjaannya banyak, mulai dari tanding sepak bola sampai masuk TV di Net.
Kita punya ormas yang secara khusus gemar melakukan pembubaran pemutaran film dan pameran seni. Para cinema dan art enthusiast ini antara lain seperti Pemuda Pancasila. Salah satu bakti mereka terhadap bangsa yang paing kiwari adalah pembubaran pameran Wiji Thukul. Ketua Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila DIY, Faried Giant Soeparjan menyebutkan, bahwa acara itu terindikasi gerakan anak turun komunis. Sungguh sangat nasionalis. Kita perlu bangga Indonesia punya ormas yang bisa menafsirkan karya seni dengan kaca mata marxis.
Jangan lupakan juga bahwa Pemuda Pancasila merupakan sosok kritikus film yang punya rekam jejak panjang. Lupakan Cinema Poetica, Pemuda Pancasila mengamalkan kritik film hingga ranah praksis. Pemuda Pancasila pernah mengancam membubarkan pemutaran film dokumenter Pulau Buru: Tanah Air Beta, Istirahatlah Kata-kata, hingga Senyap. Saya yakin rekam jejak menonton kawan-kawan Pemuda Pancasila ini lebih banyak daripada snob film yang cuma bisa menonton film Cannes. Untuk ini kita perlu apresiasi betapa mengagumkan selera film mereka dalam menjaga NKRI.
Tentu jangan lupakan juga peran kawan-kawan Banser dalam menjaga keutuhan demokrasi di Indonesia. Kawan-kawan Banser tidak pernah, saya catat lagi, tidak pernah membubarkan pengajian Felix Siauw. Mereka hanya meminta Felix untuk berkomitmen kepad NKRI. Sebagaimana ormas di Bali meminta Ustaz Somad berkomitmen pada Indonesia. Gini kok dibilang membubarkan sih? Ini adalah bentuk ormas di Indonesia menjaga demokrasi, dengan meminta orang berkomitmen dengan Indonesia.
Sebagai salah satu ormas yang punya sejarah panjang menjaga persatuan, masa sih Banser egois? Gini deh. Banser itu organisasi yang santun. Saat kasus penghinaan terhadap sosok Gus Mus misalnya, pendekatan Banser itu selalu mengedepankan akal. Emang pernah Banser mukul orang saat Gus Dur dihina? Beda kalau ada orang yang menghina Imam Besar Rizieq Shihab. Banser mah silaturahmi, datang, diajak ngobrol, sampai si penghina minta maaf bahkan bersimpuh di kaki Gus Mus. Apa Banser mukul? Kan tidak. Tolong ya, meski sama-sama di datangi, tapi beda penanganan.
Nah, ada juga Ormas FPI yang sangat legendaris. Ormas dengan portofolio paling lengkap ini memiliki sejarah panjang dalam hal pengabdian masyarakat. Mulai dari sweeping warung saat bulan puasa, menutup pelacuran, diskotek, bantuan tanggap bencana, sampai pembubaran kontes Miss Waria. Jarang-jarang ada ormas yang bergerak di segala bidang. Kamu pikir kamu SJW karena ngomong semua hal di media sosial? Sorry-sorry aja nih ya. FPI ini punya rekam jejak yang lebih panjang dalam hal penegakan hukum sampai pembubaran Q Film Festival.
Indonesia ini merupakan surga ormas. Bahkan sampai dipelihara negara. Nggak percaya? Coba lihat anggaran pemerintah DKI Jakarta yang dikhususkan untuk merawat ormas-ormas ini. Komitmen pemerintah terhadap keberadaan dan kelangsungan ormas ini merupakan bukti bahwa pemerintah dan ormas merupakan lembaga yang saling mengisi satu sama lain. Kita mesti percaya bahwa mereka hadir untuk melayani dan mengayomi masyarakat.
Teladan ini juga dirawat oleh Presiden Joko Widodo. Baru-baru ini beliau memuji Pemuda Pancasila. “Pemuda Pancasila adalah ormas yang spesial karena di namanya ada kata Pancasila. Yaitu Ideologi bangsa kita, bangsa Indonesia, pemandu jalan kita selama 72 tahun, ideologi yang menyatukan bangsa kita yang beragam,” katanya.
Tidak hanya Pemuda Pancasila, pak Jokowi juga memuji Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri Polri (FKPPI). Ormas yang pernah meminta agar Komnas HAM dibubarkan ini diminta Pak Jokowi untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan dan kerakyatan Indonesia. FKPPI yang juga terlibat dalam pengepungan YLBHI dan pembubaran demonstrasi masyarakat di Batu ini, diminta pak Jokowi meminta dukungan FKPPI dalam memberantas kemiskinan dan mempersempit kesenjangan ekonomi.
“Saya meminta kepada FKPPI agar berada di garda terdepan memberantas berita-berita bohong yang menyesatkan rakyat. Memberantas ujaran kebencian yang merusak rakyat. Menghadang ajaran lain yang bertentangan dengan nilai Pancasila,” ujar Jokowi.
Sampai sini marilah kita panjatkan rasa syukur karena pemerintah kita bisa fokus bekerja berkat bantuan ormas. Karena menjaga hukum tetap berjalan dan tegaknya ketertiban sipil adalah tugas ormas, bukan polisi. Untuk itu mari kita wujudkan dukungan dengan kelompok ini dengan teriakan. Hidup Ormas!