Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Begitulah Dwitasari

Arman Dhani oleh Arman Dhani
23 Februari 2015
A A
Begitulah Dwitasari

Begitulah Dwitasari

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Minggu kemarin twitter ramai dengan sengketa antara Krishna Pabichara dan Dwitasari. Konon ini bermula dari puisi yang berjudul “Suatu Malam Ketika Aku Merindumu” milik Krishna dipakai tanpa ijin oleh Dwita. Puisi itu dipakai untuk musikalisasi puisi di Soundcloud, belakangan Dwita baru memberi penjelasan di laman soundcloud-nya perihal siapa penulis puisi tersebut.  Tentu saja bukan soal mencantumkan nama dan etika saya menulis ini, tapi ada yang lebih besar.

Saya jadi ingat seorang penulis yang konon terkenal, tapi gak terkenal-terkenal amat. Paling yang kenal cuma tetangga sama sodaranya. Namanya Puthut EA.

Mencari celah yang belum ditulis orang tentang Puthut EA, mungkin sama susahnya dengan mencari jawaban kenapa AS Roma masih di Serie A dan belum didegradasi. Banyak orang berusaha menulis tentang dirinya tapi gagal. Bahkan Puthut sendiri pun telah banyak menulis tentang dirinya sendiri. Tapi ya itu kadang tulisannya bual-bual belaka. Ngaku Rudi Garcia, tapi cara back up HP aja gak tahu. Di situ kadang saya merasa sedih.

Puthut adalah pertemuan segala hal yang ekstrem di dalam tubuh dan jiwanya. Di sana ada fanatisme berlebihan pada tempe, tapi secara sadar dan resmi mengakui tidak suka nasi goreng pake kecap. Ia juga masih suka mabuk kalau naik odong-odong. Tindakan-tindakannya masih penuh spontanitas yang sering di luar nalar manusia pada umumnya. Misalnya, mengaku bisa menurunkan kolesterol dengan minum UC 1000 setelah makan nasi padang gulai otak.

Saat kecil, Puthut termasuk anak rumahan, maksudnya suka main rumah-rumahan. Sampai ia besar sebetulnya ia juga orang yang gemar main rumah-rumahan. Di masa kecilnya, hampir semua jenis mainan anak seusianya tidak dimiliki Puthut. Mulai dari Boneka Susan sampai Barbie.  Namun di situlah semua kemudian berakhir. Pada usia yang termasuk matang, sebelum mimpi basah pertama, ia bercita-cita ingin jadi nabi. Tapi kalo mentok pengen jadi detektif partikelir, khusus urusan asmara penulis jomblo. Mengapa demikian? Saya juga gak tahu.

Nama lengkapnya: Puthut EA. EA singkatan dari Enak Anaknya. Kadang juga diplesetkan jadi Emang AS Roma. Soal nama ini juga kadang tidak jelas. Tapi lebih baik memang tidak usah dijelaskan, karena hanya akan membuat panjang.

Separuh tulisan ini menjiplak dari tulisan Puthut. Kenapa? Ya karena itu gampang. Menulis dengan cara menjiplak itu adalah cara tulis yang paling gampang. Tidak perlu ada kerja otak di situ, si penulis hanya perlu mengubah sedikit, menambah atau mengurangi sedikit, kasih bumbu, maka jadilah.

Untuk itu, Mbak Dwita, jangan malu untuk menjiplak.

Saya tidak tahu dan tidak punya bukti jika Anda menjiplak. Yang saya tahu, Anda ketahuan menggunakan puisi seseorang tanpa izin. Hanya Anda dan Tuhan yang tahu tulisan apa dan siapa lagi yang Anda pakai tanpa ijin.

Nek mung copy-paste, plagiat, nyontek, dan niru, saya ini jagonya. Mau gaya siapa? Goenawan Mohamad? Seno Gumira Ajidarma? Gampang, bisa diatur. Tapi, pertanyaannya, situ punya nyali untuk ngaku sebagai plagiator, ndak?

Lho, jangan salah, sebagai tukang jiplak, saya ini memiliki kebanggaan lebih. Berkali-kali niru, nyontoh dan plagiat gak ketahuan.  Kalo soal jiplak-menjiplak, ya harus niru dari ahlinya.

Pekerjaan menjiplak itu ada seninya lho, Mbak. Butuh nyali besar dan pemikiran kerdil bagi seseorang untuk melakukan plagiasi. Belum lagi kemampuan berkelit jika ketahuan. Misalnya Fareed Zakaria, jurnalis dan kolumnis di Amerika itu, dua kali ketahuan plagiat. Apakah dia kapok dan melakukan taubatan nasuha? Tidak, malah beberapa kali dia terus menulis dan tidak mau menanggapi tuduhan sebagai plagiator.

Slavoj Žižek, filsuf dan pengepul fillm, baru-baru ini juga ketahuan menjiplak. Apakah dia mengaku? Oh tidak, malah dia mengejek dan mengatakan bahwa dia kenal 2 -3 penulis lain yang melakukan plagiasi seperti dirinya. Mbak Dwita bisa menilai bukan? Untuk menjadi plagiator, selain butuh nyali, juga butuh muka setebal tembok untuk tidak mengakui plagiasi itu.

Kejauhan? Nah saya kasih contoh kasus di dalam negeri. Chairil Anwar misalnya, pernah dituduh telah menyadur puisi Archibald MacLeish, The Dead Young Soldiers, menjadi puisi Karawang-Bekasi. Tuduhan ini dilontarkan oleh HB Jassin, padahal kita semua tahu kalau Jassin adalah orang yang berjasa memperkenalkan sosok Chairil ke khalayak. Mbak Dwita pasti tahu, konon Anda kan anak sastra. Mosok gak tahu? Jadi gimana gitu, seorang yang pernah menempuh kuliah sastra, melakukan penyaduran, mengutip puisi tanpa izin. Di situ kadang saya merasa wedew.

Iklan

Maka banggalah karena menjiplak, Mbak Dwita. Tapi ya jangan merendahkan orang lain dengan ketahuan menjiplak. Plagiasi juga semestinya ndak bikin si pengarang asli jadi terhina. Misalnya, saya nyolong puisi orang buat dinyanyikan, lalu follower saya mikir itu karya saya, sementara pengarang aslinya dituduh plagiator—seperti yang terjadi pada Khrisna karena ulah Anda. Itu kan asu.

Mbak Dwita pasti tahu, tiap penulis tahu, betapa susahnya menciptakan karya. Kok ya tega kayak gitu?

Ada baiknya situ berguru pada Puthut EA. Dulu beliau yang mengajari saya teknik mendapatkan pacar  menulis yang baik dan benar. Siapa tahu Mbaknya bisa mendapatkan keilmuan yang baru. Lha daripada capek-capek harus plagiat sana-sini, kan mending nulis sendiri.

Lagipula itulah gunanya otak, untuk berpikir dan menciptakan karya dengan baik.

Terakhir diperbarui pada 11 Juli 2017 oleh

Tags: DwitasariKrishna PabicharaPlagiatPuthut EA
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Menjadi penulis jika ingin sejahtera maka jangan hanya fokus menulis MOJOK.CO
Ragam

Panduan untuk Calon Penulis agar Hidup Sejahtera, Karena Tak Cukup kalau Andalkan Royalti Saja

19 Januari 2025
Ngobrol Santuy Bareng Puthut EA Selain Soal Kepenulisan
Video

Ngobrol Santuy Bareng Puthut EA Selain Soal Kepenulisan

24 November 2024
Puthut EA: 25 Tahun Berkarya Rilis Buku Waktu yang Pendek untuk Cinta yang Panjang
Video

Puthut EA: 25 Tahun Berkarya Rilis Buku Waktu yang Pendek untuk Cinta yang Panjang

24 Oktober 2024
Direktur Mojok Puthut EA menunjukkan salah satu bukunya di FESMO 2024. MOJOK.CO
Sosok

Yang Akan Dilakukan Puthut EA Setelah 25 Tahun Berkarya

23 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.