MOJOK.CO – Ketika politisi lain ngomongin politik, Amien Rais malah menemukan spesies baru. Cebong bersayap atau dalam bahasa latin “tadpole alata devastanteque”.
Benar-benar tak ada yang menyangka kalau Pilpres 2019 tidak hanya berakhir dengan terpilihnya Jokowi menjadi Presiden Indonesia, melainkan juga muncul spesies fauna endemik terbaru yang bakal jadi kekayaan alam mutakhir bagi negeri ini untuk masa-masa mendatang.
Spesies unik hasil mutasi genetis ini pertama kali muncul dari pernyataan Amien Rais ketika menanggapi pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo. Sebelumnya Amien Rais merasa pertemuan tersebut bak lonceng kematian demokrasi, tapi tak disangka beberapa hari kemudian blio berubah pikiran.
“Itu murni pertemuan dua tokoh saja,” kata Amien Rais bijak—seolah meralat pernyataan sebelumnya. “Intinya tidak ada lagi cebong kampret, tinggal cebong yang bersayap.”
Benar-benar mengejutkan. Ketika semua jurnalis menduga pernyataan Amien Rais nggak bakal jauh-jauh dari dunia politik, ternyata Amien Rais bikin pernyataan yang merembet ke perkara pengetahuan flora dan fauna. Jurnalis-jurnalis dari National Geographic Wild dan Discovery Channel kayaknya bakal nyesel nggak ikutan jumpa fans pers kali ini.
Lha gimana? Tak ada yang menyangka, dalam iklim panas politik kali ini, ternyata spesies baru unik justru lahir ke muka bumi. Dan lebih tidak disangka lagi, spesies ini ditemukan oleh Amien Rais. Doktor dan mantan Profesor di bidang ilmu politik, bukan doktor di bidang biologi.
Bahkan Amien Rais sudah dengan sukarela memberi nama: cebong bersayap, atau dalam bahasa latin: tadpole alata devastanteque (kalau nggak percaya ini nama latinnya, boleh deh di-google-translate).
Spesies ini memang masih langka di Indonesia. Apalagi ketika spesies cebong dan kampret mengalami overpopulasi sepanjang lima tahun ke belakang, kemunculan cebong bersayap bisa saja dianggap mengancam eksistensi dua spesies senior tersebut.
Apalagi dibandingkan dengan cebong alami yang habitatnya terbiasa di kolam, varian cebong bersayap—bisa dibilang—merupakan makhluk amfibi dengan pengembangan mutasi genetis lebih sempurna. Sudah begitu, kemampuan adaptasi cebong bersayap juga lebih unggul ketimbang cebong biasa.
Maklum, cebong kan terbiasa hidup dalam kemenangan demi kemenangan. Mereka sama sekali tidak pernah merasakan pengalaman kalah. Sekalinya kalah pun (di 2017), mereka nggak mengaku sebagai cebong, tapi spesies yang lain. Ini tentu agak berbahaya. Soalnya makhluk yang terbiasa menang itu biasanya jiwa survivenya jadi lemah.
Ini sangat berbeda dengan kampret yang terbiasa hidup dalam keadaan yang lebih sulit. Hal yang bikin kampret punya jiwa survival dan militansi lebih tinggi. Maklum, dibandingkan cebong, habitat kampret itu berat.
Mereka mengemban begitu banyak kesulitan dari tahun ke tahun. Apalagi ketika di beberapa kontestasi jagoannya sering kalah dan sering kena tipu oleh teman sendiri. Hal ini membuat kampret jadi salah satu spesies yang disinyalir sulit untuk punah—bahkan disinyalir untuk 5 sampai 10 tahun ke depan populasi kampret akan tetap selalu ada. Mungkin cuma kecoa saja yang bisa menandingi kemampuan tahan banting spesies ini.
Masalahnya, spesies baru yang ditemukan Amien Rais alias cebong bersayap ini, bisa bermanuver di segala macam kondisi dan cuaca politik. Jauh lebih fleksibel seperti kampret yang prinsipil, tapi juga lebih militan ketimbang cebong yang suka santai.
Artinya cebong bersayap ala Amien Rais ini memiliki kemampuan terbaik yang bisa didapatkan dari dua spesies politik sebelumnya. Cebong bersayap mewarisi kemampuan survival dari kampret yang tahan banting dan kemampuan hoki dari cebong yang tiada banding.
Lagian, cebong bersayap juga tak perlu pasangan untuk berkembang biak. Tak perlu ada panggilan-panggilan untuk mengundang pasangan saat musim kawin, atau melakukan pertarungan sesama jantan untuk memperebutkan betina. Cebong bersayap cukup membelah diri pakai pamphlet-pamflet atau kampanye-kampanye gratis di media sosial. Tinggal share atau rituit. Jadi. Mirip kayak amoeba. Hm, spesies gokil.
Tak perlu ragu dan terkejut dengan kemampuan cebong bersayap yang unggul ini. Spesies ini memang ditakdirkan seperti itu, sejak dilahirkan sampai kemudian ditemukan oleh Amien Rais. Jika cebong hanya bisa hidup di air sedangkan kampret hanya bisa di udara, cebong bersayap bisa hidup di darat, lincah di air, bahkan pandai bermanuver di udara.
Kartika Eka Paksi, Jalesveva Jayamahe, Swa Buwana Paksa. Jaya di darat, laut, dan udara.