MOJOK.CO – Menjaga pertemanan itu sungguh susah. Apalagi kalau teman dekat yang kita percaya, diam-diam ternyata bermuka dua. Hadeeeh~
TANYA
Dear, Mojok. Curhat dong…
Ehem, sebelumnya perkenalkan nama saya Melati, sebut saja begitu. Usia saya 22 tahun dan sedang menghadapi quarter life crisis. Nah, karena baru lulus kuliah, tentunya saya mulai menata hidup, kembali ke rumah setelah sekian lama hidup di perantauan. Jadi selama kuliah dan hidup di perantauan, banyak pelajaran kehidupan yang bisa saya ambil hikmahnya. Salah satunya tentang pertemanan nih, Jok.
Jadi gini, saya punya temen deket yang sudah saya anggap dia sebagai sahabat. Dia sangat open minded dan terbuka semua sama saya sampai urusan keluarganya, percintaan. Dia sangat detail menceritakan apa pun yang dia lakukan dan sering minta advice ke saya. Tapi, temen saya ini moody-an parah, Jok. Apa pun yang menurut dia nggak suka dan nggak sejalan sama yang dia mau, dia bakalan bete. Jadi, saya di posisi yang lebih sering ngalah dan nurutin mood-nya.
Lambat laun, saya punya pacar hasil percomblangan dia. Karena pacar saya ini sejurusan juga, jadilah di inner circle kampus jadi lebih rentan kena gosip. Sampai suatu hari, temen cewek sekelas pacar saya ini (sebut saja Mawar) terlalu agresif ke pacar saya. Saya tipikal cuek nganggepnya, jadi, yaudahlah ya. Toh, cuma temen dan saya pun temenan sama si Mawar.
Eh, tapi, sahabat saya ini nggak suka sama Mawar dan suka komporin saya. Kalau si Mawar ini blablabla. Hingga suatu kesalahpahaman, akhirnya saya bersitegang dengan si Mawar. Ending-nya? Yaudah saya sama Mawar baikan dan biasa aja lagi, karena saya rasa udah clear.
Mawar ini, suka jadi bahan gosip di kampus. Sahabat saya ini sering julid-in dia juga. Intinya suka kepo nanya-nanya. tentang gimana sikap Mawar ke pacar saya. Kepo yang kebangetan soal kehidupan Mawar. Lama-lama, saya risih karena dipancing terus. Padahal saya juga nggak tahu perkembangan kehidupan si Mawar.
Sampai suatu hari, Mawar sama sahabat saya ini, kerja di kota yang sama tapi beda kerjaan. You know what, sahabat saya ini karena merasa asing dan nggak punya teman di kota itu, dia carilah si Mawar buat dijadiin temen. Sampai hangout bareng, nginep dikosannya Mawar, dan pokoknya intens.
Upload postingan di medsos seakan menjadi akrab dan bikin caption muji-muji Mawar. Dia juga mulai cerita hal baik-baik soal Mawar ke saya. Kalau Mawar tuh, nggak kayak yang selama ini kita kenal. Nggak kayak prasangka saya dulu dan kita anggap sebelah mata, gitu katanya.
Pokoknya jadi baik-baikin Mawar, deh. Lah saya jadi bingung, wong dulu saya biasa aja nanggepinnya, malah dia yang doktrin saya tentang Mawar. Sekarang kok malah kebalik 180 derajat. Hadehhh~
Yaudahlah, maklum. Tapi, kelamaan, si Mawar suka nyeritain aib temennya ke sahabat saya. Entah apa motifnya dan sahabat saya cerita sama saya. Semakin ke sini saya jadi krisis kepercayaan juga sama sahabat saya ini. Takut akan hal-hal orang bermuka dua. Gimana ya, Jok? Mohon pencerahannya. Matursuwun….
JAWAB
Hai Melati, yang sedang ragu-ragu dan mempertanyakan tentang kesetiaan sahabatnya. Dengan drama-drama yang kamu ceritakan, saran dari kami sih, jauhi dia pelan-pelan. Pasalnya, ketika dia dengan mudahnya bisa menceritakan soal aib orang lain ke kamu. Maka, akan besar kemungkinan, dia juga bisa menceritakan aibmu ke orang lain. Apalagi, kalau selama ini kalian sudah sanagt dekat dan banyak kebiasaan maupun cerita-cerita yang sudah tidak lagi ditutup-tutupi.
Melati, kita memang diminta untuk baik pada banyak orang. Merawat banyak pertemanan, karena kita tidak tahu, rezeki kita akan datang dari pertemanan yang mana. Tetapi, kita juga diberi kesempatan untuk memilih dan memilah. Manakah pertemanan yang akan betul-betul kita butuhkan. Serta mana yang justru akan menjadi toxic atau penyakit bagi hidup kita. Apalagi kalau ternyata, dia bermuka dua.
Yang perlu kita ingat baik-baik, tidak semua perhatian yang diberikan oleh orang lain adalah betul-betul sebagai bentuk perhatian. Ada pula yang punya agenda khusus, sekadar untuk kepo, mungkin? Masih mending kalau hasil kepo itu hanya untuk dirinya sendiri. Hanya untuk memuaskan kebutuhan rasa ingin tahunya semata. Tetapi, coba kamu bayangkan kalau hasil kepo tersebut malah dijadikan bahan julid dengan di-share ke teman-teman lainnya. Bukankah itu sangat menyebalkan dan menyakitkan, ya?
Jadi, soal firasat perasaanmu yang menjadi ragu-ragu dengan kepercayaanmu ke dia, itu bukanlah sesuatu yang aneh dan tidak beralasan. Ya, itu sangat mungkin terjadi. Setelah proses panjang yang telah kalian lewati bersama. Kok ya, apa yang sejatinya terjadi, malah diungkapkan dengan bumbu-bumbu yang tidak semestinya?
Namun, dengan perjalanan persahabatan kalian, sesebal apa pun yang kamu rasakan, mungkin kamu tidak dapat betul-betul meninggalkan dia begitu saja. Akan lebih baik, jika kamu bisa mengungkapkan kegelisahanmu ke dia. Menceritakan hal-hal yang tidak kamu senangi dalam hubungan itu. Serta soal sikap dia yang bermuka dua dan cukup bikin kamu nggak nyaman.
Tetapi, kalau hal itu memang tidak memungkinkan, lebih baik batasi pelan-pelan interaksi kalian. Apalagi jika itu menyangkut cerita soal kisah-kisah pribadi. Cukupkan diri menjadi pendengar yang baik dan berhati-hati supaya tidak mudah terpancing mengeluarkan kegelisahanmu padanya.
Dengan melihat tabiatnya yang sering menceritakan soal aib orang lain. Tidak ada jaminan kan, yang betul-betul menjaga kalau tidak ada ceritamu—yang tanpa kamu tahu, ternyata diceritakan ke orang lain. Misalnya, sebagai modal dan konten untuk mencari perhatian orang dekatnya yang baru. Jadi, lebih baik waspada dan membatasi, supaya nggak terjadi konflik berlebih.
Saya yakin, sebetulnya kamu sudah punya pikiran soal ini. Dan saya yakin, kamu pun pasti sudah tahu dengan apa yang seharusnya kamu lakukan, yang terbaik untuk hidupmu. Semangat ya, Melati. Tidak perlu takut kehilangan seseorang. Tidak perlu juga mengeluarkan terlalu banyak energi dan perhatian untuk dia yang ternyata diam-diam menjadi benalu dan malah menyedot banyak energimu.