Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Ditawarin Minum Bir sama Teman Dekat, Nggak Pengin tapi Sungkan buat Nolak

Audian Laili oleh Audian Laili
3 Juli 2019
A A
Ditawarin Minum Bir MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Seorang perempuan bercerita rasa tidak nyamannya saat ditawarin minum bir sama teman dekatnya sendiri.

TANYA

Assalamualaikum, Dek Au (maaf saya panggilnya “Dek” soalnya saya yakin saya lebih tua daripada Au. Hehe).

Jadi gini, langsung aja, ya. Saya adalah perempuan yang umurnya hampir masuk kepala 3. Saya punya beberapa teman dekat yang—sekarang ini—sedang menjadi sumber kegalauan saya. Ada seorang pria, sebut saja namanya Fauzan. Dia adalah sahabat saya sejak kuliah. Persahabatan kami sejauh ini baik-baik saja.

Kemarin, Fauzan mengajak saya berkenalan dengan teman-teman nongkrongnya. Saya setuju dan menyusul ke tempat yang dijanjikan. Hanya saja, saya sedikit kaget waktu dia bertanya, “Tapi tempatnya ada birnya, nggak apa-apa?”

Saya oke-oke aja karena saya juga punya sahabat dekat perempuan yang suka minum bir, meski saya nggak. Saya pikir, Fauzan nggak akan minum bir, dia cuma mengikuti pilihan tempat yang teman-temannya ajukan.

Begitu sampai di tempat nongkrong, Fauzan dan kawan-kawannya memesan bir. Saya, lagi-lagi, terkejut waktu melihat Fauzan mengambil sebotol dan meminumnya. Fauzan balik melihat saya, lalu bertanya, “Kamu minum nggak?”

“Nggak,” jawab saya.

“Dicoba aja dulu, nih.”

Kondisi ini lantas melempar saya ke sebuah momen beberapa hari yang lalu, saat bertemu dengan sahabat perempuan saya yang suka minum bir—yang saya sebut tadi. Namanya Kamboja, dan dia paham betul saya nggak minum bir. Namun kemarin, yang terjadi agak berbeda. Saat minum, Kamboja menyodorkan segelas kecil bir dari botolnya, sambil berkata, “Minumlah. Coba ini.”

Saya sayang sekali pada Fauzan dan Kamboja. Tapi, saya agak terkejut ketika mereka sampai mengajak saya mencoba bir, yang mereka tahu betul tidak pernah saya konsumsi dan tidak ingin saya konsumsi.

Mungkin ini sepele, ya, Dek Au? Toh, bisa saja saya bilang, “Nggak usah, nggak mau,” tapi kok saya merasa agak gimanaaa gitu jadinya.

Apakah di usia dewasa macam ini saya harusnya bisa lebih terbuka—dalam artian mencoba ikutan minum—demi tuntutan sosial? Atau, saya hanya perlu bersikap biasa saja sambil minum cappuccino yang dipesan waktu mereka lagi minum bir-bir itu?

Mohon tanggapannya, Dek Au. Makasih. Hehe.

Iklan

JAWAB

Hai Mbak, yang nggak menyebutkan namanya sama sekali—bahkan inisial atau nama samarannya sekalipun. Duh, saya jadi keder nih buat jawabnya. Soalnya, saya sendiri sama sekali belum pernah berada dalam posisi sampeyan, Mbak.

Kalau menurut saya sih, ini tergantung dengan prinsip yang sampeyan pegang, sih. Kalau memang pada dasarnya sampeyan berprinsip untuk nggak minum bir, yaudah nggak usah minum bir. Tapi, kalau nilai dalam hidup sampeyan membolehkan sampeyan untuk minum bir, yaudah ikutan aja. Iya, saya tahu, ini jawaban yang sungguh klise.

Akan tetapi, saya jadi ingat cerita soal teman saya di tempat KKN-nya dulu. Teman saya ini laki-laki dan dia berprinsip untuk tidak minum bir. Tapi, dia KKN di sebuah daerah yang menjadikan minum tuak sebagai sebuah tradisi untuk menjamu tamu maupun nongkrong gaul ala daerah setempat. Tentu saja, hal ini bikin teman saya cukup bingung caranya untuk menolak, lha wong minuman tuak tersebut dipersiapkan sebagai penyambutan. Kalau misalnya dia menolak minuman yang telah disediakan itu, dia khawatir akan menjadikan warga setempat tersinggung karena merasa penjamuannya tidak dihargai.

Dengan beberapa perhitungan, teman saya ini memutuskan memegang prinsipnya untuk tetap tidak minum bir. Meski teman-teman KKN-nya yang lain ada pula yang memutuskan bergabung untuk minum tuak yang disediakan. Beruntungnya, warga setempat memahami hal tersebut dan justru menghargai prinsip yang dipegang oleh teman saya ini.

Akhirnya, teman saya bisa nongkrong dengan santai hampir setiap malam dengan warga setempat, meskipun dia tidak ikut minum bir. Dan itu tidak menjadi masalah, karena kedua pihak sama-sama menghargai keputusan satu sama lain.

Nah, menurut saya, sih, kalau memang sampeyan betul-betul berprinsip untuk tidak mau minum bir, ya tidak ada salahnya untuk menolak tawaran dari teman sampeyan itu. Kalau memang teman sampeyan ini punya rasa menghargai yang mumpuni, mereka tidak bakal mempersalahkan keputusan sampeyan, untuk menikmati cappuccino, bukan?

Namun, kalau memang sampeyan ini ada keinginan tipis-tipis untuk nyobain, yaudah dicoba aja biar nggak diliputi rasa penasaran terlalu larut.

Soal menjadi terbuka, bukannya yang namanya sikap terbuka itu adalah cara kita menerima dan menghargai perbedaan, ya? Seperti yang pernah saya dengar dari seseorang, bersikap open minded bukan berarti harus menjadi western-minded. Seperti halnya menjadi islami, bukan berarti mengharuskan kita berpenampilan kearab-araban yang syor’a-syar’i dan mudah mengkafir-kafirkan.

Terakhir diperbarui pada 4 Juli 2019 oleh

Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan Mojok.co
Ragam

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO
Sosok

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO
Kilas

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.