MOJOK.CO – Lima bulan lalu saya berani merekomendasikan Poco F2 Pro yang lebih mahal, kali ini tentu saya akan lebih merekomendasikan Xiaomi Mi 10T dan Mi 10T Pro.
Ketika Snapdragon 888 belum lama diluncurkan oleh Qualcomm, Xiaomi kembali meluncurkan produk berbasis Snapdragon 865 di Indonesia yaitu Xiaomi Mi 10T (8GB/128GB, Rp6 juta) dan Xiaomi Mi 10T Pro (8GB/256GB, Rp7 juta). Keduanya merebut posisi ponsel termurah dari saudaranya, Poco F2 Pro, yang saat peluncuran dihargai Rp1 juta lebih mahal dan harga resminya baru turun sekitar Rp300 ribu.
Selain harga yang lebih murah, keluarga Mi 10T juga mengusung layar dengan refresh rate 144Hz. Asik banget buat gaming.
Melawan pesaing dengan harga sama, yaitu Samsung Galaxy Note 10 Lite, Oppo Reno 4 Pro, Realme X3 SuperZoom, dan Samsung Galaxy A71, apa keunggulan yang ditawarkan Mi 10T sehingga membuat pasar meliriknya?
Prosesor gahar dan terbaik saat ini
Di kelas harganya, kamu hanya akan mendapatkan prosesor sekelas Snapdragon 730G jika melirik brand kelas atas. Paling bagus di Snapdragon 855 atau setara dengan Mi 10TÂ jika melirik brand kelas menengah. Semuanya tidak jelek dan sudah cukup kencang jika digunakan hanya untuk daily usage.
Ada yang lebih murah dengan prosesor setara? Tidak! Poco F2 Pro dijual dengan selisih harga sekitar Rp700 ribu dan Mi 10 (tanpa T) dijual dengan selisih harga sekitar Rp2,2 juta, keduanya lebih mahal dan yang hape lain tentu lebih mahal lagi.
Untuk urusan gaming, kamu bakal dapat frame rate yang lebih tinggi dan stabil, pemrosesan bidikan kamera juga lebih baik dengan ISP yang lebih canggih, serta mumpuni juga jika diajak melakukan video editing. Soal futureproof, tentu ponsel ini diharapkan memiliki durasi yang lebih lama sebelum akhirnya melambat, mungkin sistem operasi resminya dulu yang berhenti diperbarui.
RAM dan ROM yang lega dan kencang
Ketika Poco F2 Pro masih memberikan RAM berbasis LPDDR4X dengan kapasitas 6GB untuk varian terendahnya, Xiaomi Mi 10T dan Xiaomi Mi 10T Pro hadir dengan RAM 8GB berbasis LPDDR5 untuk multitasking yang lancar. ROM-nya juga besar, yaitu 128GB untuk Mi 10T dan Mi 10T Pro dengan kecepatan memuaskan berkat memori berbasis UFS 3.1, lebih kencang dari Mi 10 yang masih berbasis UFS 3.0.
Tidak ada slot MicroSD, baik sebagai dedicated slot maupun hybrid dengan kartu SIM kedua (ya, ponsel ini mendukung mekanisme dual-SIM) dan tidak apa-apa juga mengingat penggunaan kartu yang tidak optimal justru berpotensi memperlambat performa ponsel.
Layar dengan refresh rate tinggi, tetapi masih menggunakan IPS LCD
Meskipun tidak dilabeli sebagai hape gaming, layar Xiaomi Mi 10T dan Mi 10T Pro sudah dibekali refresh rate 144Hz alias lebih tinggi dari Poco F2 Pro dan Mi 10 yang mentok di 60Hz.
Fitur AdaptiveSync tersedia untuk menyesuaikan refresh rate ketika konsumsi daya dan/atau suhu ponsel perlu disesuaikan. Akurasi warna tentunya cukup memuaskan dengan dukungan HDR10 dan color gamut DCI-P3.
Sayangnya, ada harga tentu ada rupa. Alih-alih menggunakan AMOLED, layar keluarga Mi 10T masih menggunakan teknologi IPS LCD. Selain tidak mendukung fitur always-on display dan under-display fingerprint, kecerahan maksimal juga turun dari 800 nits Pro di Poco F2 Pro menjadi 650 nits di Mi 10T Pro berdasarkan catatan phonearena.com.
Buat kamu yang tidak banyak beraktivitas di luar ruangan, seharusnya tingkat kecerahan tersebut sudah lebih dari cukup. Layarnya juga tidak penuh karena adanya punch hole di pojok kiri atas, tetapi tidak terlalu mengganggu dan juga tidak ketinggalan zaman (setidaknya bukan waterdrop notch).
Menurut pengujian Jagat Review, refresh rate yang tinggi ini juga belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Misalnya kamu bakal susah main game Real Racing. Frame rate drop kerap kali terjadi untuk mempertahankan suhu ponsel tetap adem dan hasilnya maksimal 90Hz untuk sebagian besar game.
Hal lain yang mungkin lebih penting adalah meningkatkan touch sampling rate dari 180Hz menjadi seperti pada Poco X3 NFC (240Hz), meskipun responsivitas layar sentuh di sini sudah sangat baik dan tidak terjadi touch delay yang amat mengganggu.
Desain tidak futuristik, tetapi tetap enak dipandang
Poco F2 Pro hadir dengan layar penuh tanpa gangguan. Namun, kamera depan dengan mekanisme pop-up bisa jadi menimbulkan rasa malu bagi penggunanya karena ketahuan kalau lagi selfie .
Masalah ini tidak lagi perlu dipikirkan karena keluarga Mi 10T menggunakan solusi yang sama seperti Mi 10 yaitu punch hole. Layarnya flat, alih-alih memiliki sensasi seperti Samsung seri Edge dan Mi 10 dengan curved display. Akan tetapi, hal ini juga tidak masalah mengingat curved display pun tidak memiliki fungsionalitas yang berarti, misalkan seperti di Samsung Galaxy Note Edge.
Sidik jari juga tidak lagi di dalam layar, tetapi pindah ke sisi samping kanan ponsel bersamaan dengan tombol power seperti Samsung Galaxy S10e. Ini tidak buruk meskipun saya pribadi lebih mengharapkan keberadaannya di bodi belakang ponsel.
Penempatan kamera juga tergolong lebih modern meskipun harus menimbulkan camera bump dan sesungguhnya juga tidak memberikan nilai tambah karena hasil akhirnya mirip Vivo X50 Pro yang juga bukan merupakan ponsel kelas atas (harganya memang mahal, tetapi spesifikasinya lebih ke arah midranger).
Bodi depan dan belakang dilindungi Gorilla Glass 5 dari risiko baret dan jatuh. Bobotnya yang tidak ringan dan tidak tipis membuat genggaman lebih kokoh dan tidak mudah lepas. Namun, tidak adanya pelindung body sedikit menyebalkan karena body belakang meninggalkan jejak sentuhan jari. Untungnya, clear case gratis dalam paket penjualan sudah tersedia.
Konektivitas hampir sempurna, tetapi ada suatu hal yang kurang
WiFi 6 dan Bluetooth 5.1 sudah pasti banyak dibutuhkan dan sudah tersedia di Mi 10T. Jika fiturnya sama seperti di negara lain, NFC multifungsi juga sudah ada. USB Type-C tidak ketinggalan dan ciri khas produk Xiaomi berupa dukungan IR blaster masih bertahan.
Berbicara futureproof, ponsel ini sudah siap untuk menggunakan jaringan 5G ketika kelak tersedia di Indonesia dan sistem operasi sudah diperbarui oleh Xiaomi. Meskipun kesempurnaan tersebut hampir tercapai, ada sesuatu yang kurang tanpa jack 3.5 mm.
Pengguna yang masih setia dengan earphone jadul memang disediakan adaptor USB-3.5mm. namun, jika pengin pakai speaker sambil ngecas tentu membutuhkan perangkat splitter tambahan.
Mi 10T bukan camera phone, tetapi bukan berarti mengecewakan
Xiaomi Mi 10T Pro memiliki harga peluncuran yang sama dengan Mi Note 10 Pro tahun lalu, tetapi dengan kelas prosesor yang sangat berbeda. Jadi, kameranya pun juga berbeda.
Sensor kamera utama boleh sama-sama beresolusi 108MP (di Mi 10T Pro, hasil akhir menjadi 25MP karena pixel binning) dengan bukaan f/1.7 dan mendukung OIS, tetapi sisanya lain. Mi 10T Pro hadir dengan lensa ultra-wide beresolusi 13MP dan lensa macro beresolusi 5MP.
Ketika Mi Note 10 Pro memiliki lensa ultra-wide 20MP, dua lensa telephoto (satu buah beresolusi 12MP dengan 2 kali optical zoom dan satu buah beresolusi 8MP dengan 3.7 kali optical zoom), serta satu lensa macro 2MP. Saya sering menyesalkan absennya lensa telephoto, tetapi kondisi pandemi hingga saat ini banyak membatasi ruang gerak kita dan kehilangannya masih tergolong biasa saja.
Mi 10T sedikit downgrade dengan resolusi sensor utama 64MP. Konfigurasinya sama dengan Poco F2 Pro tanpa depth sensor beresolusi 2MP dan lensa 5MP-nya kehilangan fungsi telephoto.
Hasil fotonya masih tergolong memuaskan dan kemampuan merekam video mencapai resolusi 8K. Ini luar biasa. Resolusi kamera selfie sebesar 20MP dan itu juga sudah jauh lebih dari cukup.
Posisi speaker dan SIM tray unik sekali
Suara stereo tentu lebih enak didengar dibandingkan suara mono dan keluarga Mi 10T mendukung yang pertama. Satu speaker ditaruh di atas dan satunya lagi di bawah, tetapi ukurannya berbeda. SIM tray pun diletakkan di bagian bawah ponsel, tepatnya di sebelah kanan port USB dan ini tergolong unik.
Kehilangan kemampuan wireless charging dan reverse wireless charging
Dibandingkan kapasitas baterai di Mi 10 (4780 mAh) dan Poco F2 Pro (4700 mAh) dengan daya pengisian 30W, keluarga Mi 10T sedikit naik kelas dengan kapasitas 5000 mAh dan daya pengisian 33W. Namun, penambahan huruf T di belakang Mi 10 justru menghilangkan kemampuan wireless charging dan reverse wireless charging. Saya tidak memedulikan keduanya karena selama ini masih sangat jarang digunakan di Tanah Air.
Ketika lima bulan lalu saya berani merekomendasikan Poco F2 Pro yang lebih mahal, kali ini tentu saya akan lebih merekomendasikan Xiaomi Mi 10T dan Mi 10T Pro. Kehilangan 3.5mm jack adalah adalah salah satu kesedihan saya yang cukup mendalam, tetapi selisih harga tetap menjadi faktor pertimbangan yang lebih signifikan. Penjualan perdana akan dimulai pekan depan, tepatnya hari Selasa, 15 Desember 2020 pukul 12.00 WIB di JD.id, mi.com, dan Mi Store resmi.
Bakal jadi hape gaib? Rasanya sangat mungkin. Ponsel berspesifikasi flagship dengan harga midranger? Kapan lagi!
Dikutip dari materi presentasi saat peluncurannya, kedua ponsel ini engineered for entertainment dan memang benar-benar menghibur bagi banyak pendamba flagship baru dengan budget lebih rendah. Masih ada pembanding yang bisa dipilih untuk kepentingan mendang-mending?
BACA JUGA Vivo X50 vs Huawei Nova 7 vs Poco F2 Pro: Flagship Killer Pertengahan 2020 dan ulasan hape lainnya di rubrik KONTER.