MOJOK.CO – Usaha translate Inggris ke Indonesia untuk berbagai istilah asing di kancah football writing memang sulit dilakukan. Saya pun mengakuinya.
Tahun lalu, saya diminta Puthut EA, Kepala Suku Mojok, untuk bergabung ke tim Terminal Mojok. Laman UGC Mojok dengan keragaman tema yang terkadang lebih liar ketimbang Mojok itu sendiri. Silakan kunjungi Terminal Mojok dan rasakan sensasinya.
Perpindahan divisi ini dimaksudkan untuk memberi redaktur pengalaman baru. Tentu saja saya senang diberi mandat seperti ini. Tidak ada yang salah dengan belajar hal-hal baru. Salah satunya adalah pendekatan divisi Terminal Mojok terhadap kata-kata atau istilah asing.
Terminal Mojok mengusung pendekatan sendiri perihal kata-kata asing. Jika biasanya kata asing dimiringkan atau italic, Terminal Mojok tidak melakukannya. Semuanya ditulis apa adanya. Tegak lurus. Dan saya suka. Saya suka karena ini sesuai dengan pitutur dosen ketika saya masih kuliah.
Kata salah satu dosen saya: “Kalau sebuah tulisan jadi terlihat ‘kotor’ karena terlalu banyak italic, ya mending tidak usah pakai italic semua. Yang penting konsisten.” Pada titik tertentu, translate Inggris ke Indonesia itu susah dilakukan dan malah mengotori sebuah tulisan. Lebih nyaman di mata kalau sebuah tulisan nggak banyak disesaki italic, bold, dan underline. Itu kalau saya.
Translate Inggris ke Indonesia ini sendiri sudah jadi satu permasalahan di hidup saya sejak lama. Terutama ketika masih bekerja untuk Fandom dan Football Tribe. Dua situsweb sepak bola tempat saya bekerja sebelum bergabung ke Mojok.
Kalau saya menulis menggunakan istilah asing, Isidorus Rio, mantan Redpel Football Tribe selalu memiringkan istilah tersebut. Tidak jauh berbeda dengan Fandom dan Mojok sendiri. Yah, kalau soal penggunaan italic, tentu saya cuma bisa menurut.
Nah, masalah terjadi ketika saya diminta translate Inggris ke Indonesia untuk istilah-istilah sepak bola. Tentu saja ini bukan paksaan. Semua juga tahu kalau beberapa istilah asing di sepak bola itu sangat susah diterjemahkan ke bahasa nasional kita.
Satu istilah yang sampai sekarang tengah diburu terjemahannya adalah offside. Gimana caranya bikin translate Inggris ke Indonesia untuk sebuah istilah yang menggambarkan sebuah peristiwa? Bikin terjemahan itu tidak boleh asal, lho. Konsep dan konteksnya harus sama-sama masuk.
Lantas, gimana dengan offside di atas? Apakah mau diterjemahkan menjadi: “Keadaan di mana seorang pemain berposisi terlalu depan” atau “Ketika seorang pemain berdiri di belakang bek lawan” atau “Pemain yang terlalu depan sehingga melewati batas bek lawan”. Nggak ada yang asik. Apalagi kita tahu, istilah itu harus bisa dipakai secara taktis di dalam tulisan.
Nggak mungkin juga kita pakai hasil translate Inggris ke Indonesia kata offside yang terlalu panjang itu. Sebuah kalimat menjadi tidak efekif karena terlalu panjang. Bagi saya pribadi, kalimat terbaik itu kalimat pendek. Terdiri dari 4 kata saja, sehingga maksud sebuah kalimat mudah dipahami. Lupakan dulu soal kalimat majemuk bertingkat.
Pastinya lebih enak untuk bikin kalimat seperti ini:
“Gol Pippo Inzaghi dianulir karena tejebak offside. Striker AC Milan itu memang terlahir di antara batas offside.”
Ketimbang:
“Gol Pippo Inzaghi dianulir karena berposisi terlalu depan dan berdiri di belakang bek terakhir lawan. Striker AC Milan itu memang terlahir di antara batas garis paling dengan di belakang bek terakhir lawan.”
Selain nggak efektif, bikin kalimat kayak gitu juga bikin capek. Ya capek menulisnya, capek juga bagi pembaca.
Hingga kini, kita menggunakan banyak asing karena lebih terasa lebih asik dan sangat mengena. Misalnya untuk kalimat:
“Giginya memang udah offside sejak lahir.”
“Perilakunya di depan orang yang lebih tua memang udah offside. Pantas kalau dihajar.”
“Korupsi bansos pantas dihukum mati. Tapi penjahatnya cuma kena 11 tahun. Wah, hukum di Indonesia memang udah offside.”
Kata asing di atas sangat sukses untuk menggambarkan sebuah keadaan dan kita langsung relate dengan maksud yang dikejar. Antara gigi merongos, sifat kurang ajar, dan hukum di Indonesia yang kayak tahi itu. Karena asik betul dipakai, translate Inggris ke Indonesia jadi tidak terlalu dipikirkan.
Untuk dunia football writing, masih banyak istilah asing yang perlu diterjemahkan. Ahh, maafkan saya, kata “perlu” di atas sebetulnya nggak pas juga. Lagipula, pembaca zaman sekarang adalah generasi yang terpapar oleh berbagai kemudahan mendapatkan informasi. Penggunaan istilah asing malah bikin sebuah tulisan jadi enak dibaca, bahkan artistik.
Bagaimana kita bikin translate Inggris ke Indonesia untuk istilah pressing resistance, positional play, inverted winger, stopper, dan lain sebagainya. ketimbang susah bikin terjemahan, banyak media yang memilih tetap memakai istilah asing lalu menerapkan italic. Beres.
Namun, saya cuma ingin mengingatkan bahwa ke depan, hasil translate Inggris ke Indonesia untuk istilah asing akan sangat berguna. Untuk siapa? Tentu saja untuk khazanah bahasa nasional kita sendiri. Yah, meski sulit, ada saatnya harus dilakukan.
BACA JUGA Belajar Bahasa Inggris Logat Australia Terasa Membagongkan buat Mahasiswa Indonesia kayak Saya dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.