MOJOK.CO – Katanya, Manchester United vs Liverpool itu sudah seperti el Clasico di Spanyol. Pertandingan yang diharapkan selalu panas dan penuh drama. Siapa yang bakal menang?
Di mata fans United, The Reds itu lebih bodoh ketimbang keledai. Mereka bisa-bisanya jatuh di kesalahan yang sama, sementara keledai bisa belajar. Ini gobloknya sudah keterlaluan. Sementara itu, di mata fans The Reds, Manchester United itu disesaki suporter kelas rendah, yang hanya muncul ketika timnya menang, tapi bisu ketika sedang kalahan.
Manchester United vs Liverpool, psywar yang panas dari masing-masing suporter!
Reza: Liverpool itu gobloknya sudah keterlaluan.
“Next year will be our year”. Capek saya setiap tahun mendengar kalimat itu kalau udah mulai ngomongin Liverpool. Terakhir Liverpool juara itu bahkan ari-ari saya belum berbentuk. Mungkin saat itu bapak dan ibu saya sedang berembug ena ena.
Dari belum tahu soal sepal bola, sampai sudah kenal dengan Liga Inggris, Liverpool masih tetap gitu-gitu aja. Bahkan ketika tim-tim papan atas yang lain sudah memberi “kesempatan” untuk merasakan yang namanya juara di tahun 2013, Liverpool MALAH NGELAWAK! Govlokgovlokgovlok…
Saya yakin itu Steven Gerrard sengaja terpeleset. Blio pingin lihat Demba Ba selebrasi sujud di lapangan. Subhanallah. Ayo saya pandu mengucap dua kalimat syahadat…
Untuk musim ini sih, Liverpool boleh sedikit bangga. Namun, sedikit saja, karena kalian itu tetap saja bikin malu. Curang, kalau orang-orang di Twitter lagi ngomongin Mohamed Salah. Senggol sedikit, Salah gampang sekali jatuh. Segitunya nyari penalti. Segitunya ingin juara. Sudah diving, drama Salah itu terasa kasar lagi. coba berguru dulu sama Ashley Young. Kalau mau cerdik itu sekalian, jangan tanggung. Klub sama pemain sama saja, serba tanggung.
Serba tanggung dan jatuhnya sungguh kasihan. Maka dari itu, banyak fans sepak bola di Twitter yang tidak mau melihat mereka juarai Liga Inggris. Bagaimana mau iklas melihat The Reds juara. Ketika liga belum selesai dan Manchester City masih agak jauh, mereka sudah sombong setengah mati. Orang kok nggak belajar dari pengalaman. Coba lihat sekarang, mereka sudah masuk dalam proses terpeleset ketika terjadi “tragedi satu senti” di kandang City.
Manchester United bakal bakal dendam atas kekalahan di pertemuan pertama, di Anfield silam. Apalagi melihat performa yang sedang bagus Mike bersama Phelan dan “The baby-faced assasin” Ole Gunnar Solskjaer.
Bersama Ole, United berubah wajah. Kami berlari dalam keheningan untuk kemudian tiba-tiba masuk empat besar lagi menggeser Chelsea dan Arsenal. Sebagai tim yang “berpengalaman juara” United menunjukkan kepada The Reds caranya sang juara bersikap. Makanya, belum-belum kok sudah sombong.
Keledai tidak jatuh di lubang yang sama, sementara The Reds mengulangi kesalahan yang sama. Kalau sudah seperti apa namanya? Silakan jamaah bersama-sama!11!!!! GOVLOK!
Aji Broto: Manchester United dipenuhi suporter rendahan, paling tidak setia di muka bumi.
Rivalitas Liverpool dan Manchester United itu mirip el Clasico di Spanyol. Selalu menarik disaksikan. Gengsi dua kota yang paling banyak meraih gelar juara Liga Inggris.
Sepeninggal pelatih lucu, Jose Mourinho, mungkin Manchester United sudah berbenah. Namun, seperti yang sudah-sudah, performa mereka itu tidak ada gunanya di depan kami. Melihat Manchester United dipecundangi PSG di Liga Champions, bisa dikatakan pemain terbaik mereka hanya David De Gea. Kalau dia kena encok, mungkin Manchester United sudah degradasi sejak musim lalu.
Ngomongin pemain Manchester United ini yang ada cuma bikin tertawa. Sudah pemain terbaik itu kiper mereka, eh barisan penyerang malah lebih ahli joget-joget di lapangan ketimbang bikin gol.
Ini saya curiga pemain-pemain seperti Paul Pogba dan Jesse Lingard itu tergabung dalam pasukan joget dangdut koplo, yang kalau joget pasti seragaman itu. Latihan mereka bukan menendang bola, tapi joget maumere dan poco-poco. Kalau ada senam sehat emak-emak PKK, mereka berdua yang memimpin.
Itu Pogba dan Lingard. Masih ada satu lagi, namanya Alexis Sanchez. Gaji paling tinggi, tapi kalau main gak pernah sampai berkeringat. Lha mana ada sih sebetulnya pemain yang iklas bermain untuk Pemuja Setan? Itu terpaksa aja Alexis mau pindah dari Arsenal ke Manchester United. Gajinya besar bos. Ini Alexis kalau main buat Liverpool pasti cepet pingsan. Nggak punya determinasi, macam klubnya itu.
Sudah cukup? Masih ada satu lagi, namanya Romelu Lukaku. Kamu sudah lihat video kompilasi first touch Lukaku? Atau video meme tendangan salto Lukaku di Twitter? Ya begitu itu tingkah pemain yang menunjukkan wajah klub. Komedi! Ini Lukaku mending pensiun dan jadi hansip jagain konser dangdut koplo. Di sana dia bisa joget seragaman bareng Pogba dan Lingard. Lebih berfaedah ketimbang main bola pakai seragam Manchester United.
Bagaimana dengan rivalitas suporter? Tidak diragukan lagi, The Kop merupakan suporter paling setia, paling bergemuruh, paling sabar, dan paling loyal.
Beberapa minggu yang lalu teman saya mengunjungi markas Chelsea dan ikut tur stadion. Ketika ditanya oleh tour guide, teman saya dengan bangga menjawab, “Saya dari Indonesia dan saya pendukung Liverpool.”
Kalimat tegas itu disambut tepuk tangan pengunjung stadion yang lain. Si tour guide berkata “Saya terkesan dengan suporter Liverpool, walau sudah lama tidak merebut juara, tetapi mereka ada di mana-mana.”
Berbeda dengan suporter Setan itu. Mereka terlalu labil, tidak setia, congkak, dan nggak tahu diri. Mereka keluar goa United menang. Bangga hanya ketika menang, mentalitas suporter rendahan ya begitu.
Tahun lalu, ketika datang Old Trafford, The Travelling Kop tiada henti-hentinya menyanyikan lagu penyemangat. Sampai akhir pertandingan, kalah atau menang, The kop selalu ada karena Liverpool never walks alone.