MOJOK.CO – El Clasico perdana musim 2018/2019 akan digelar hari Minggu (28/10) nanti. Barcelona vs Real Madrid. Tekel menghadirkan El Clasico rasa Pesantren Gontor!
Saleh Abdullah, Calon Lurah Pakem, yang namanya berubah menjadi Saleh Abculles menganggap Real “si puding” Madrid nggak akan punya kesempatan untuk menang ketika melawan Barcelona. Sementara itu, Munir Abdillah memandang satu laga Barcelona vs Real Madrid itu nggak penting. Yang paling penting adalah prestasi di akhir musim. Tiga Liga Champions berturut-turut adalah bukti sahih!
Yang lebih menarik adalah, Saleh Abculles dan Munir Abdillah sama-sama alumni Pondok Pesantren Gontor. Siapa yang “ilmu tafsirnya” paling yahud? Mari kita simak Tekel edisi El Clasico ini.
Saleh Abculles: Halah Madrid, El Clasico Punggung Kemerdekaan Melawan Puding Letoytegui.
Buat yang menganggap bahwa olah raga tidak ada hubungannya dengan politik, minggir dulu dah. Jauh-jauh kalo bisa. Lah, logo Real Madrid aja pake bawa-bawa mahkota gitu. Simbol kekuasaan, tuh.
Apalagi sejarah mencatat Real Madrid adalah klub yang pujaan dua penguasa Spanyol: Raja Spanyol dan salah satu diktator fasis yang dicatat sejarah, Jendral Fransisco Franco Bahamonde (berkuasa di bawah ketiak Raja Spanyol, sejak 1939 sampai dia koit tahun 1975). Ya 11-12-lah sama Suharto, wahai Madrinista Orbais.
Sementara FC Barcelona, sudah sejak awal berdirinya mencerminkan semangat internasionalis, borderless. Joan Gamper, pendiri klub ini adalah orang Swiss yang bersama para pemain bola Swiss, Inggris, dan Catalonia mendirikan club Barcelona pada 1899. Dan Catalonia, adalah wilayah kaya yang terus bergolak menuntut kemerdekaan, lepas dari Spanyol.
Klub keren mana di dunia ini yang punya latar belakang dan semangat suporternya, para Cules, beraura politik kemerdekaan? Mana coba? Nangkep kan, kalo slogan Barca berbunyi Més que un club (more than a club)? Kebayang gak para pemain Barca yang akan turun laga besok ngadepin Madrid, berbekal kepiawaian dribel bernuansa pembebasan? Ngeri, cuy!
Itu makanya, pertandingan Barcelona vs Real Madrid digelari El Clasico. Karena ada nuansa klasik di antara dua klub: semangat kemerdekaan melawan fasisme NKS (Negara Kesatuan Spanyol) harga banderol.
Politisi Budiman Sujatmiko yang Madridista garis politis itu, ketika masih aktifis mahasiswa merupakan pendukung Hak Menentukan Nasib Sendiri (The Rights to Self Determination), dan karena itu ia mendukung kemerdekaan Timor Leste. Kalo dia menafikan semangat kemerdekaan para Cules, saya akan minta agar CV-nya diedit habis.
Menghadapi Barcelona di Camp Nou, jelas bukan perkara mudah. Para Cules dengan semangat pembebasannya satu level berada di atas para Curva Sud. Belum apa-apa para pemain Madrid bakal deg-degan kalah awu. Ingat aja waktu Real Madrid dibuat keok oleh klub Catalonia semenjana La Liga, Girona, pada laga krusial di Jornada 10 Oktober tahun lalu.
Cules, dalam bahasa Catalonia berarti ‘punggung’. Diambil dari penampakan posisi duduk para Cules yang duduk berjajar di atas tembok menonton Barca bermain, pada masa awal klub ini dibentuk. Dan kita kenal frasa “tulang punggung negara,” “tulang punggung keluarga.” Ente bisa berdiri tegak kokoh tanpa punggung?
Sementara itu, Merengues berarti ‘puding putih’. Kaga ada puding, kita bisa makan combro, gemblong, jalangkote, arem-arem, cilok. Dan sepeninggal Seven Eleven, eh CR7, dalam lima pertandingan di semua laga beruntun, Madrid yang terkena wabah Ronaldo syndrome jeblok nir kemenangan. Bahkan nyusruk empat kali. Barca? Ditinggal La Pulga karena cedera, ngegasak Intermezo 2-0 di Liga Champions! Statistik ini perlu dicatat BPS.
Saya akan saksikan pertandingan pasukan semut apinya Txingguri Valverde melawan pasukan pudingnya Julen Letoytegui, dengan punggung tegak, punggung para Cules. Hasta la victoria siempre, Cules! Kemungkinan para puding menang cuma di PlayStation.
Munir Abdillah: Cukup empat jari Raphael Varane untuk Barcelona.
Jika Real Madrid kalah dalam El Clasico ke-238 minggu ini. Cukup Raphael Varane mengangkatkan empat jari ke langit Camp Nou. Semua pemain Barcelona pasti berlutut. Kode tiga gelar Liga Champions berturut-turut dan satu Piala Dunia sudah sulit untuk disaingi pemain Barcelona, termasuk Messi!.
Yah, memang, selama ini, laga El Clasico Barcelona vs Real Madrid sering diwarnai intrik sampai tawuran—Ozil vs David Villa, misalnya. Melihat dari komposisi pemain, Barcelona dikenal menyumbang aktor lapangan paling banyak. Contoh, Luiz Suarez patut diganjar piala perfilman kategori aktor paling drakula. Sedangkan Sergio Busquet aktor lapangan terfavorit.
Kami imbau untuk pendukung Real Madrid besok, hanya perlu duduk sambil minum kopi saja. Siapkan kacang. Tidak perlu panik. Atau teriak-teriak saat Real Madrid mencetak gol. Anggap saja Real Madrid sedang bermain dengan Real Betis atau Real Santander, bukan Barcelona vs Real Madrid.
Kenapa? Karena Madrid dengan Barcelona sudah beda kasta. Buktinya apa?
Bukti Pertama, hatrik Liga Champions berturut-turut itu sudah sangat sulit untuk ditiru Barcelona. Bahkan jika Thiago Messi—anaknya Messi—sudah jadi pelatih, mungkin Barcelona belum bisa menyamai rekor Real Madrid. Tidak usah berdebat. Kita bicara fakta saja.
Seumpama Sergio Ramos duduk sambil ngeteh bersama Courtois di pojok gawang lalu membiarkan Dembele dan Suarez mencetak 10 goal, statistik membuktikan, Real Madrid masih tetap perkasa. Sepanjang sejarah El Clasico mulai tahun 1906, Real Madrid telah menyarangkan 485 Gol. Barcelona mencetak 386 goal.
Ya, jadi kalau Barcelona ngegolin 10, Madrid masih unggul 5 goal lagi. Pun jika Barcelona menang, Real Madrid lebih banyak menangnya. 95 banding 93. Seakan jika menang itu hanya semu semata.
Bukti Kedua, Kepergian Ronaldo ke Juventus merupakan bukti dirinya telah melewati level Lionel Messi. Apalagi karier dua pemain ini sudah melewati usia emas pemain sepak bola. Jadi kira-kira sudah mentok. Sama sama mengoleksi lima gelar Ballon d’Or dan juara piala Eropa.
Messi belum juara Piala Amerika. Mau apa lagi? Messi sekarang mulai gemuk. Bisa jadi bakal mengikuti Maradona, Ronaldo Luiz, dan Ronaldinho.
Bukti ketiga, Real Madrid seperti menatap enteng El Clasico kali ini. Setelah kepergian Ronaldo, Real Madrid hanya membeli kiper dan pemain muda. Ini menandakan arah filosofi pembelian pemain muda klub berbalik. Real Madrid sedang meng-kawahcandradimuka-kan pemain muda asli Spanyol. Sedangkan Barcelona terus impor pemain asing.
So, mau menang, mau kalah, El Clasico ini bukan laga yang penting-penting amat buat Madrid. Cukup nanti Varane datangin bangku pemain Barca dan acungkan empat jari. Prestasi itu abadi, satu kemenangan tidak akan dikenang.