MOJOK.CO – Chelsea dan AS Roma sedang tersenyum bahagia. Menyambut masa-masa bulan madu bersama Lukaku dan Tammy Abraham. Terima kasih untuk madrasah bernama Serie A.
Romelu Lukaku diprediksi menjadi kepingan terakhir dari kesempurnaan Chelsea. Tuntas belajar di Serie A, dia menjadi sosok striker tajam yang bisa bermain di segala momen pertandingan. Sementara itu, lini depan AS Roma rejuvenated. Disegarkan oleh “keliaran” Tammy Abraham.
Jangan salah kira. Bersama Edin Dzeko, yang kini sudah berseragam Internazionale, AS Roma tetap berbahaya. Namun, kini, sosok Tammy Abraham memberi sesuatu yang tak bisa diberikan Dzeko lagi, yaitu jaminan masa depan. Debut manis dari dua pemain, senyum bahagia mengembang di bibir Chelsea dan AS Roma.
Lukaku lulus cum laude dari Serie A
Sebetulnya, karier Lukaku terbilang sangat baik. Ketika dipinjamkan ke West Brom dan Everton, striker asal Belgia tersebut hampir tak pernah mengecewakan. Usianya masih sangat belia ketika merebut hati fans West Brom, untuk kemudian semakin memesona ketika “belajar” bersama Everton.
Bahkan bisa saya tegaskan, Lukaku menjadi salah satu striker menjanjikan kala itu. Pencapaian yang membuat dirinya dibeli Manchester United dengan dana 84 juta euro. Hanya butuh satu musim bersama United, dia yang kini berusia 28 tahun, kehilangan statusnya sebagai striker menjanjikan.
Entah bagaimana, Lukaku kehilangan sentuhan terbaiknya. Dia sering kehilangan bola. Sering kesulitan melakukan one-touch football. Ledekan mulai mengalir deras. Seakan-akan publik langsung lupa bahwa ada alasan besar di balik nilai transfernya yang cukup tinggi itu.
Lalu datang zaman Internazionale dan kegemilangan di Serie A….
Pada titik tertentu, Serie A memang seperti madrasah. Sebuah liga yang bahkan sampai sekarang masih diremehkan dan dipandang sebelah mata. Dan mereka adalah golongan orang-orang payah, yang tidak bisa melihat the beauty of Serie A, salah satunya sebagai sumur pengetahuan.
Jika Italia punya Coverciano, madrasah pelatih-pelatih muda potensial, Serie A punya kompetisi yang sarat pembelajaran. Lukaku datang ke Italia menyandang status “terbuang”. Seperti anak SMA yang gagal naik kelas dan harus pindah sekolah. Padahal sebetulnya dia begitu cerdas. Seakan-akan, manusia di Inggris tak bisa menghargai, apalagi membantunya mengeluarkan kemampuan terbaik.
Bersama Antonio Conte, Internazionale, dan lingkungan yang ideal, Lukaku semakin cerdas. Dia lulus dari “universitas Serie A” dengan predikat cum laude. Kini, dia menjadi striker yang komplet. Tajam, kreatif, efektif, dan tak bimbang berkorban dengan ikut bertahan ketika dibutuhkan.
Tammy, pesona sedari dini
Jika Lukaku lulus, kini giliran Tammy Abraham yang mulai mencecap masa-masa pelajaran di “madrasah Serie A”. Uniknya, kedua striker ditemukan dan dibuang Chelsea. Bersama AS Roma, di laga debutnya, Tammy Abraham langsung tebar pesona.
Tammy Abraham bukan seorang striker nomor 9 tradisional. Meski bongsor, striker asal Inggris itu sangat luwes ketika menggiring bola. Sebuah kelebihan yang saya rasa kurang diapresiasi. Dan kalau diizinkan membuat klaim sepihak, Tammy Abraham dan Lukaku punya kemiripan di aspek ini.
Tammy Abraham datang ke “madrasah Serie A” membawa kegamangan. Dikabarkan banyak media, dia sebetulnya tidak mau meninggalkan Liga Inggris. Striker berusia 23 tahun itu bahkan rela menunggu Arsenal merealisasikan niatnya untuk meminang.
Namun, kesabaran itu tak berbalas. Soal hati bisa ditunggu sampai ujung waktu, tapi karier tak baik untuk dibendung. Jose Mourinho memang sosok yang memikat. Sosok pelatih yang sering salah dikira sebagai pelatih dengan pola pikir bertahan ini sebetulnya jago membantu striker tidak kehilangan ketajamannya.
Mulai dari Didier Drogba, Cristiano Ronaldo, hingga Harry Kane. Meski “dikira” pelatih bertahan, Mourinho menyimpan sisi berbahaya lewat setup menyerang setiap tim yang dia latih. Mourinho suka anak asuhnya bermain angresif. Dimulai dari lini pertahan, ditunjang perpaduan kekuatan dan kreativitas lini tengah, dan kesediaan lini depan untuk terus berlari membantu pertahanan. Musim-musim awal kepelatihan Mourinho bersama tim baru biasanya berakhir dengan bulan madu… kecuali bersama Spurs.
Debut Tammy Abraham juga berakhir manis. Dua asis, satu tandukan menghajar tiang, dan pergerakan agresif yang membuat kiper Fiorentina dikartu merah. Dia tidak membuat gol. Namun, pemain yang dibeli dengan dana 40 juta euro ini selalu terlibat dalam fase-fase krusial di wilayah lawan.
Jika Lukaku sudah lulus dari “madrasah Serie A” dengan nilai hampir sempurna, Tammy Abraham memulai “masa pendidikan” dengan gemilang. Sejak hari pertama, kecerdasan Tammy terlihat sudah cukup membantunya berduel dengan bek Serie A yang tangguh dan penuh muslihat itu.
Bukan tidak mungkin Tammy Abraham akan bertahan dalam waktu panjang bersama AS Roma di Serie A. Dia punya untuk menaklukkan Liga Italia. Namun, jika kelak harus pergi dari negara semenanjung itu, Tammy Abraham akan menjadi striker komplet. Seperti seniornya, Lukaku, yang menjadi kepingan terakhir dari kesempurnaan Chelsea.
Satu hal yang pasti, pagi ini, dan banyak pagi lainnya di masa depan, Chelsea dan AS Roma sedang tersenyum bahagia. Menyambut masa-masa bulan madu yang diharapkan everlasting.
BACA JUGA Arsenal yang Menerima Sisi Medioker Perlu Belajar dari Kecerdasan Lukaku dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.