MOJOK.CO – Real Madrid dibantu oleh wasit? Barcelona itu pecundang terburuk di La Liga? Sungguh, el Clasico yang Seru bagi yang netral!
Sudah agak lama kita tidak disuguhi el Clasico yang seru. Apalagi menonton pertandingan bola ketika hujan itu asik betul. Perpaduan antara sepak bola yang menyenangkan untuk suporter netral dan drama yang tak pernah lepas dari laga terbesar La Liga. Barusan, Real Madrid mengalahkan Barcelona dengan skor 2-1.
Dari sisi hiburan di atas lapangan, Real Madrid bermain lebih rapi di babak pertama. Setelah unggul dua gol, mereka gantian tertekan. Barcelona punya banyak kesempatan menyamakan kedudukan di babak kedua.
Namun, kayaknya Lionel Messi kedinginan karena hujan lebat ketika el Clasico. Ada dua tendangan bebas dari area berbahaya yang selalu gagal melewati tembok Real Madrid. Messi bahkan sampai ganti baju yang kering. Yah, kalau di kandang Madrid saja sudah menggigil, gimana kalau Messi main di malam yang dingin di kandang Stoke City? Ah, guyonan lawas.
Tinggalkan dulu sejenak soal Messi yang menggigil. Tinggalkan juga kekonyolan di akhir babak kedua ketika Marc-Andre ter Stegen maju ke gawang Real Madrid hanya untuk tendangannya diblok oleh… pemain Barcelona sendiri. El Clasico yang sungguh seru.
Keseruan laga ini, tentu saja, berkaitan erat dengan drama di atas lapangan. Real Madrid dituduh “dibantu” oleh Jesus Gil Manzano, sang wasit. Tuduhan itu lahir setelah striker Barcelona, Martin Braithwaite terjatuh di kotak penalti setelah tangannya “disentuh” oleh Ferland Mendy.
Gil Manzano sempat menempelkan telunjuk kanannya ke alat komunikasi dengan wasit keempat atau petugas VAR. Namun, beberapa detik kemudian, Gil Manzano menegaskan kalau jatuhnya Braithwaite cuma senggolan biasa. Tidak ada penalti untuk Barcelona.
Kegeraman kubu Barcelona kepada Real Madrid dan wasit juga dipicu oleh tambahan waktu di akhir babak kedua. Gil Manzano cuma ngasih empat menit sebagai waktu tambahan. Ronald Koeman, pelatih Barcelona tampak kesal di pinggir lapangan sementara Zidane, pelatih Real Madrid sibuk mengelus kepala botaknya yang kuyup oleh hujan dengan handuk.
Jika dinalar, tambahan waktu 4 menit memang terasa agak aneh. Di laga el Clasico ini terjadi 9 pergantian pemain. Jelas memakan waktu yang tidak sebentar.
Pertandingan sempat terhenti sekitar hampir 3 menit karena alat komunikasi Gil Manzano yang rusak. Lalu insiden Braithwaite dan Mendy yang menghabiskan waktu, kira-kira kita bulatkan menjadi 1 menit. Terakhir, Casemiro mendapat kartu merah dan laga juga terhenti sesaat.
Jadi, berapa lamanya waktu tambahan yang ideal? Yah, kalau kamu tanya fans Barcelona, bisa jadi mereka akan menjawab tambahan waktu yang ideal adalah 45 menit lagi alias babak ketiga mengingat mereka kalah. Kalau fans Real Madrid yang ditanya mereka akan menjawab: “Sit, jam e sit! Kesuwen!”
Tidak ada yang ideal bagi kedua kubu. Yah, kalau saya yang ditanya, saya akan menjawab, tambahan waktu yang ideal adalah 90 menit alias mainkan leg kedua karena pertandingan di tengah guyuran hujan itu asik banget. Sayangnya nggak ada yang nanya pendapat saya. Ya sudah.
Yah, atas kejadian tersebut, Real Madrid dituding “dibantu wasit”. Nah, untuk soal ini, saya setuju. Real Madrid itu jelas dibantu wasit. Begitu juga dengan Barcelona. Ya kalau nggak ada bantuan wasit, pertandingan nggak akan berjalan. Ya, kan. Goblok.
Tentu saja Gil Manzano, sang wasit juga “dibayar”. Ya namanya kerja, sudah selayaknya dibayar. Kalau nggak dibayar itu namanya pengabdian kayak bapak dan ibu anggota dewan yang terhormat. Mana ada mereka mengambil gaji. Lha wong gajinya dikit dan nggak ada tunjangan. Ingat, mereka itu mengabdi. Nggak mungkin ada korupsi di sana. Mereka orang hebat.
Nah, drama el Clasico nggak berhenti sampai di sini. Gerard Pique, bek Barcelona yang nggak main, mendatangi wasit selepas pertandingan. Pique tertangkap kamera tengah marah-marah kepada Gil Manzano. Tentu saja mempertanyakan keputusan tidak ada penalti untuk Braithwaite, bukan malah menyanyi: “Bis e diobong! Bis e diobong!” emangnya Pique suporter lokal Indonesia zaman dulu.
Sikap Pique ini mendapat kecaman dari beberapa orang. Salah satunya Phil Ball, kolumnis La Liga. Pak Ball menyebut Pique dan para pemain Barcelona sebagai sekelompok bocil tukang ngeluh. Tak berhenti di situ, Pak Ball menyebut Barcelona sebagai pecundang terburuk di La Liga.
Ini Pak Ball yang bilang gitu ya. Bukan saya. Nanti saya diserang lagi. Tuh cari sana akun medsosnya Pak Ball terus dimaki-maki seperti kebiasaan netizen Indonesia yang katanya paling nggak ramah. Hebat.
Ngomong-ngomong, Pak Ball ini bukan suporter Real Madrid. Beliau adalah fans sebuah klub namanya Grimsby.
Oya, tudingan Pak Ball ini juga muncul begitu saja. Sebelum melawan Real Madrid di el Clasico, Barcelona bertemu Real Valladolid. Saat itu, Barcelona merasakan posisi Madrid yang dituding sudah “dibantu wasit”.
Melawan Real Valladolid, Barcelona menang dengan skor 1-0. Sebuah kemenangan yang disebut sebagai “perampokan” oleh Walikota Valladolid, Oscar Puente. Pasalnya, gol Barcelona seharusnya dianulir sedangkan kartu merah untuk pemain Valladolid dianggap berlebihan.
Valladolid bermain dengan 10 pemain sejak menit 79 setelah Oscar Plano kena kartu merah. Dari rekaman terlihat pelanggaran Plano kepada Dembele bukan aksi berbahaya. Sementara itu, sebelum Dembele mencetak gol kemenangan, terjadi pelanggaran yang dilakukan Jordi Alba kepada pemain Valladolid.
Nah, inilah yang digambarakan oleh filsuf Atlantis kuno bahwa hidup itu cuma sawang sinawang. Artinya, sebuah perilaku membanding-bandingkan kehidupan diri sendiri dengan orang lain. Pepatah ini mengandung ajaran untuk tidak membanding-bandingkan kehidupan seseorang dengan orang lain.
Jadi, apakah Barcelona layak disebut sebagai pecundang terburuk di La Liga? Silakan simpulkan sendiri. Real Madrid dibantu wasit? Ya sudah jelas itu. Kalau nggak ada wasit, siapa yang bakal ngasih tanda pertandingan selesai? Nunggu kumandang azan Maghrib? Emangnya laga tarkam pakai bola plastik?
BACA JUGA Barcelona Tuduh Real Madrid Dibantu Wasit, Seolah-olah Barca Bukan Anak Emas Wasit dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.