MOJOK.CO – Prancis vs Belgia | Saint Petersburg Stadium, Rusia | Live TransTV, K Vision, Usee TV | Rabu, 11 Juli 2018 | 01.00 WIB dini hari | Prediksi: Prancis menang.
Laga 8 besar Piala Dunia 2018 antara Belgia melawan Brasil adalah salah satu pertandingan paling menarik di Rusia 2018. Bukan hanya soal saling berbalas gol aksi teatrikal Neymar, yang justru menarik adalah kepintaran Belgia untuk meredam variasi serangan Brasi. Pujian tentu membanjiri Roberto Martinez, sang pelatih.
Keitika melawan Brasil, skuat asuhan Roberto Martinez menggunakan skema dasar 4-3-3 ketika berrada dalam situasi tanpa bola dengan perubahan menjadi 3-4-3 ketika menguasai bola. Perubahan skema yang berjalan mulus dan pemain-pemain yang mampu mengeksekusi skema tersebut menjadi gambaran skuat yang pintar.
Pemosisian pemain menjadi kunci dari keberhasilan ini. Mulai dari Jan Vertonghen yang bergerak mendekati dua bek tengah dan membentuk format tiga bek, Marouane Fellaini dan Axel Witsel yang taktis menghilangkan ruang kreasi Philippe Coutinho, Romelu Lukaku yang bergerak dari kanan dan banyak memenangi duel dengan Miranda, hingga Kevin De Bruyne yang banyak mengisi ruang penyerang tengah. Kamu mau menyebutnya sebagai false 9 juga boleh.
Namun, yang tidak boleh tidak diberi pujian adalah kedisiplinan Nacer Chadli yang secara pintar mematikan Paulinho. Mengapa aksi ini menjadi penting? Paulinho itu seperti anomali. Ia tak punya teknik yang mumpuni seperti Coutinho atau Neymar. Namun, pemosisian diri dan kemampuan muncul dari lini kedua merupakan sebuah ancaman.
Keberadaan Chadli yang disiplin menempel Paulinho secara taktis menguragi variasi serangan Brasil. Oleh sebab itu, Brasil banyak memindahkan bola ke sisi kiri yang diisi Coutinho, Neymar, dan Marcelo sebagai sumur kreativitas. Ketika Brasil memindahkan bola ke kiri, “jebakan” Belgia terpicu. Mengapa?
Ketika menerima bola, Coutinho banyak bergerak ke tengah (sambil menggiring bola) sehingga Neymar bisa berlari melebar (sambil menyeret pemain lawan yang berusaha menekan Coutinho). Tujuannya sangat sederhana, supaya Coutinho mendapatkan ruang untuk melepas tembakan diagonal atau mengirim umpan silang dari halfspace. Ini pola emas Brasil ketika lawan terlalu fokus dengan pergerakan Neymar.
Di sini posisi Fellaini menjadi krusial. Gelandang yang sering diremehkan itu mampu meniadakan ruang yang biasanya digunakan Coutinho untuk berpogres. Fellaini tidak dengan gegabah langsung menekan Coutinho. Ia menjaga jarak aman sehingga Coutinho tak bisa melepas tembakan atau mengirim umpan silang. Ketika Coutinho memaksa menembak, Fellaini tinggal maju dan melakukan blok.
Cara ini sungguh berhasil. Sampai-sampai ketika Fellaini lengah, Coutinho bisa melepas umpan silang yang berbuah gol dari sundulan kepala Renato Augusto. Kepintaran Belgia untuk mematikan Paulinho dan Coutinho sukses melucuti senjata utama Brasil. Tidak ada pilihan yang relevan, Brasil menjadi sulit berkreasi.
Apakah Belgia akan menggunakan cara yang sama untuk meladeni Prancis di babak semifinal Piala Dunia 2018? Belum tentu, karena cara ini memang didesain untuk kebiasaan bermain skuat Brasil. Bisa jadi, Roberto Martinez akan mengubah pendekatan untuk mematikan poros Kylian Mbappe – Antoine Griezmann –Olivier Giroud. Pintar menyesuaikan diri dengan lawan membuat Belgia bakal sulit dijinakkan.
Sementar itu, untuk laga Prancis vs Belgia, Tim Ayam Jantan kemungkinan tidak akan mengubah cara bermain mereka yang mementingkan keseimbangan. Sebuah pendekatan yang membuat mereka tidak selalu bermain “cantik”, namun cukup stabil untuk sulit dikalahkan. Kamu pasti tahu, sungguh menyebalkan ketika menghadapi sebuah tim yang tidak bermain baik, namun justru sulit kalah.
Bermain dengan skema dasar 4-2-3-1, Prancis banyak menunjukkan perubahan skema menjadi 4-3-3 di tengah pertandingan. Ada dua hal yang menarik dari perubahan skema ini. Pertama, posisi “3” pemain di depan yang tidak seperti “3” dalam 4-3-3 pada umumnya. Griezmann justru banyak berdiri di tengah, agak ke belakang, di antara Giroud dan Mbappe.
Oleh sebab itu, kalau kamu mau menyebutnya sebagai skema 4-3-1-2 pun tidak terlalu salah. Griezmann menjadi “jembatan” dari lini tengah ke dua penyerang. Mbappe yang lebih banyak “hugging the line” ketika Prancis mulai melewati lapangan tengah, akan bergerak masuk ke tengah mendekati Griezmann. Dengan begitu, Prancis memperbaiki kesalahan mereka di babak penyisihan grup di mana posisi Mbappe – Griezmann – Dembele terlalu jauh. Di dua pertandingan awal grup, Prancis menggunakan trio Mbappe – Griezmann – Dembele. Setelah tidak berfungsi, Didier Deschamps menggunakan Giroud untuk memberi sentuhan yang berbeda di lini depan.
Hasilnya positif, Prancis menjadi lebih mudah masuk ke kotak penalti, atau mendapatkan banyak ruang di sepertiga akhir. kamu tahu apa artinya? Artinya Prancis lebih mudah membuat peluang. Pemosisian diri Mbappe – Griezmann juga cocok untuk skenario serangan balik. Giroud sebagai wall, Mbappe sebagai runner, dan Griezmann sebagai creator. Jangan lupakan juga Paul Pogba yang jeli melepas umpan jauh.
Pemosisian diri Pogba juga sangat penting bagi cara bermain Prancis. Ia lebih banyak berdiri dekat dengan kotak penalti. Posisi yang memudahkan kerja Griezmann. Keberadaan dua gelandang dalam diri N’Golo Kante dan Blaise Matuini (atau Tolisso) menjadi penting. Kante mengawasi ruang di belakang Pogba, sementara Tolisso menjadi penyeimbang yang bergerak dari sisi lapangan.
Keseimbangan ini yang membuat Prancis terlihat gahar. Mereka bisa dengan tiba-tiba bermain dengan tempo tinggi, namun bisa pula tiba-tiba bermain lebih sabar. Keseimbangan memungkinkan Prancis mengontrol tempo.
Oleh sebab itu, Laga Prancis vs Belgia akan seperti adu dua pendekar. Satu pendekar dengan satu jurus yang sudah mulai paten melawan pendekar yang luwes, mampu menyesuaikan diri dengan lawan. Laga Prancis vs Belgia juga akan ketat. Sudah barang tentu, bukan? Ini Piala Dunia 2018 di mana bola mati akan sangat menentukan.