MOJOK.CO – Argentina vs Kroasia | Stadion Nizhny Novgorod, Rusia| Live TransTV, K Vision, Usee Tv | Jumat, 22/6 dini hari | 01.00 WIB | Prediksi: Argentina menang.
Laga Argentina vs Kroasia tak bakal bisa dilepaskan dari narasi, “Bisa apa Lionel Messi nanti?” Bahkan, sebuah media nasional menulis bahwa laga Argentina vs Kroasia sebagai laga penghakiman bagi pemain kunci Barcelona tersebut. Messi memang sosok yang “besar”. Argentina bergantung kepadanya. Namun, adilkah kita apabila membebankan semuanya kepada Messi?
Posisi Messi bagi Albiceleste memang sangat krusial. Sang pelatih, Jorge Sampaoli, bahkan sampai mengungkapkan bahwa apabila bermain dengan performa terbaiknya, Messi yang akan memimpin timnas Argentina, bukan sang pelatih. “Jika Leo berada dalam performa terbaik, maka tim akan berada di bawah arahannya daripada saya.”
Eddward S Kennedy, dalam tulisannya yang berjudul “Lionel Messi Sebagai Tantangan dan Problem Bagi Argentina” mengungkapkan bahwa demi memfasilitasi Messi, Sampaoli melakukan banyak eksperimen taktik. Mulai dari 3-4-3, 3-4-2-1, 4-2-3-1, 2-3-3-2, 3-3-3-1, hingga 3-3-1-3.
Hasil uji tanding yang dipetik Argentina ketika Sampaoli bereksperimen cukup beragam. Argentina pernah menang besar dengan skor 6-0 ketika melawan Singapura. Mereka pernah juga kalah dari Nigeria dan Rusia. Satu hal yang bisa dipetik dari rentetan eksperimen, hingga pertandingan pertama Argentina di Piala Dunia 2018 melawan Islandia, bahwa Sampaoli belum mendapatkan kerangka sistem yang paten.
Skema yang dicoba semuanya didasarkan kepada pertanyaan, “Apakah Messi bisa bermain baik di sistem yang tengah diujicobakan?” Sebesar itulah keberadaan Messi. Ketika pemain berusia 30 tahun tidak bermain, Argentina dibantai Spanyol dengan skor 0-6. Betul, Argentina kalah dari Spanyol. Tim yang susah payah menang dari Iran dan perlu dibantu VAR itu.
Masalahnya adalah eksperimen “demi Messi” itu masih berjalan ketika Argentina sudah tampil di Piala Dunia. Semua kerja Argentina, terutama ketika masuk transisi menyerang, harus menyertakan Messi di dalamnya. Jelas, cara berpikir ini memudahkan lawan untuk merespons. Sehebat apapun Messi, jika tidak disokong rekan-rekannya, kualitasnya akan meredup juga.
Oleh sebab itu, meski ini bisa dibilang hampir mustahil, sudah waktunya Sampaoli “melupakan Messi”. “Melupakan” bukan berarti tidak memainkan Messi. Yang menjadi fokus Sampaoli adalah menjadikan Argentina yang bisa bermain secara tim. bergerak bersama, berdaya guna bersama. Messi harus ada, ia dibutuhkan di dalam tim tersebut. Namun, tidak seharusnya Argentina menjadi one-man team.
Argentina di Piala Dunia 1986 juga bisa dibilang one-man team dengan Diego Maradona sebagai pusat orbit. Kala itu, di bawah asuhan Carlos Bilardo, Argentina berhasil menjadi juara. Namun ingat, zaman sudah berubah. Sepak bola modern menuntut kolektivitas. Kualitas individu adalah oli penggerak. Namun tetap bukan faktor utama.
Oleh sebab itu, laga Argentins vs Kroasia akan menjadi pertandingan yang sangat berat bagi Messi, Sampaoli, dan tim itu sendiri. Messi harus menanggung beban seorang diri, Sampaoli menanggung tekanan bisa menggunakan Messi secara efektif, dan tim menanggung tanggung jawab “bermain bersama Messi”. Ini beban yang terlalu besar. Sudah tidak sehat.
Jika Argentina ingin melajau sejauh mungkin di Piala Dunia kali ini, yang perlu dilakukan Sampaoli adalah “bermain seperti Cile”. Sampaoli adalah pelatih yang membawa Cile memenangi Copa America pada tahun 2015. Ide dasar timnas Cile adalah kolektivitas yang membalut kualitas individu. Cile menjadi tim yang efektif dan tangguh.
Memang, membangun skuat seperti itu dibutuhkan waktu. Sebuah kemewahan yang tidak dimiliki Sampaoli saat ini. Argentina tengah berada dalam kesulitan. Imbang melawan Islandia memberatkan langkah mereka di fase grup ini. Setelah Kroasia, lawan berikutnya adalah Nigeria. Sebuah tim yang pernah mengalahkan Argentina di laga uji tanding.
Jika ingin menang, dan lolos dari fase grup, Sampaoli harus bisa memaksa dirinya mengembalikan sepak bola Argentina kepada pola pikir paling dasar. Bermain sebagai sebuah tim. Gunakan Messi, bukan sebaliknya. Meski terdengar mustahil, jika tak dicoba, tentu tak ada hasil yang bisa diukur dan dievaluasi.
Pada akhirnya, seperti kata Eddward S Kennedy, Messi adalah tantangan dan problem bagi Argentina.