Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Perang Ludah Yeyen Tumena: Menyaksikan Kelanjutan Opera Sabun PSSI

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
25 Juni 2020
A A
Perang Ludah Yeyen Tumena: Menyaksikan Kelanjutan Opera Sabun PSSI Shin Tae-yong Indra Sjafri MOJOK.CO

Perang Ludah Yeyen Tumena: Menyaksikan Kelanjutan Opera Sabun PSSI Shin Tae-yong Indra Sjafri MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Saya heran, di bagian mana Shin Tae-yong meremenkan pemain timnas PSSI. Duh, Pak Yeyen Tumena cuma “satu lagi episode” dari opera sabun murahan PSSI, nih.

“Jujur saja, sebagai pelatih menurut saya STY (Shin Tae-yong) terlalu banyak mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, termasuk meremehkan pemain Indonesia. Seharusnya, pelatih harus memberikan motivasi dan perkataan positif kepada pemain dan timnya. Bukankah dia dibayar mahal untuk memperbaiki sepakbola Indonesia?” Kata Yeyen Tumena seperti dikutip Goal Indonesia.

“Opini yang buruk, Yeyen. Sekarang kembali bawain kuis.” Hoi, itu Yeyen Lidya, bukan Tumena. Bukan, itu bukan rekaan saya, tetapi respons netizen kepada pendapat Yeyen Tumena. Perseteruan antara Shin Tae-yong vs Indra Sjafri + PSSI belum juga mereda, Om Yeyen datang dengan obor yang menyala.

Publik sepak bola Indonesia, saya berani katakan, sedang sebal betul sama PSSI. Semua orang, saya juga yakin, kalau kritikan keras Shin Tae-yong kepada Iwan Bule dan PSSI tidak mungkin muncul begitu saja. Dan terima masih kepada pentas opera sabun murahan PSSI selama bertahun-tahun, banyak yang justru mendukung Shin Tae-yong. Bukan kejutan, sih.

Sementara itu, Yeyen Tumena punya cara pandang yang berbeda, untuk tidak mengatakannya unik. Pertama, soal meremehkan pemain Indonesia, yang dituduhkan Om Yeyen kepada Pak Shin. Jujur, saya tidak pernah menemukan satu kalimat dari Pak Shin yang meremehkan pemain hasil kompetisi PSSI.

Tunggu, apakah yang dimaksud meremehkan itu adalah data shuttle run pemain Indonesia dibandingkan dengan Korea Selatan? Soal “kemampuan” Shin Tae-yong bilang begini:

“Ketika kami berlatih shuttle run dengan pemain Korea, mereka biasanya bisa mencapai 60 hingga 70. Namun, dengan pemain Indonesia, mereka melakukan 30 sampai 40, lalu menyerah. Saya sebenarnya tidak ingin membuat program latihan terlalu berat. Namun, saya berharap kita menyadari di mana posisi kita saat ini. Saya berpikir kita hanya bisa meraih target dengan meningkatkan kemampuan.”

Kalau begitu, bukankah PSSI harusnya berterima kasih? Berterima kasih karena Pak Shin tahu apa yang perlu dilakukan untuk membangun timnas yang lebih BERKUALITAS. Daaan…kita tahu imbasnya, kalau timnas jadi lebih baik, kualitas kompetisi juga akan terdongkrak. Di sana akan terjadi proses belajar, saling menguntungkan, dan ujungnya sepak bola Indonesia yang menikmati, termasuk Yeyen Tumena yang saya yakin akan menari kegirangan ketika timnas menjuarai sebuah kompetisi.

Bukankah salah satu cara untuk maju dan menjadi lebih baik adalah dengan memetakan kelamahan? Kalau sudah lemah, tapi besar kepala, egosi, dan merasa bangsa besar, itu namanya tidak tahu diri. Ketika kesombongan dan ke-aku-an masih dipikul, kita tidak akan maju satu langkah pun.

Oiya, satu hal lagi, caranya mengukur shuttle run itu gimana? Apakah dengan nemempelkan telapak tangan ke jidat pemain binaan PSSI lalu bisa ditakar nilainya? Atau, apakah shuttle run itu diukur dengan “sebuah teknologi”? Silakan dipikirkan baik-baik.

“Seharusnya, pelatih harus memberikan motivasi dan perkataan positif kepada pemain dan timnya,” kata Pak Yeyen Tumena.

Sejauh yang saya tahu, yang dibutuhkan pesepak bola adalah ilmu. Baik soal teknis sepak bola yang diiringi oleh ilmu kebugaran untuk merawat tubuh masing-masing pemain. Motivasi adalah “sesuatu” yang membungkus dua hal itu. Kalau hanya motivasi dan perkataan positif, mending timnas Indonesia dilatih Tung Desem Waringin.

Pelatih yang baik hidup “di dunia nyata”. Dia harus tahu kelebihan dan kekurangan tim yang diasuh. Dan sudah tugasnya untuk mengatakan yang sebenarnya. Meski pahit, tetapi demi perbaikan ke depan. Bisa jadi, perkataan manis hanya bertahan sesaat. Namun, ilmu sepak bola akan bertahan selamanya di dalam kepala pemain.

Pak Yeyen juga menduduh Pak Shin membuat Danurwindo kehilangan pekerjaannya sebagai Direktur Teknik. Namun, pada kenyatannya, PSSI yang mencopot Danurwindo dan menggantinya dengan…the one and baking only…Indra Sjafri. Nah lo, saya nggak mau melanjutkan, ah. Malu.

Iklan

Bolalob mengukutip kalimat Yeyen Tumena lainnya. Bunyinya: “Saya melihat dari sisi etika, sejak awal kedatangan Shin Tae-yong sudah tidak baik. Mungkin dia tipe pria yang sulit percaya pada orang asing di luar rekan senegara.”

Yeyen Tumena bilang kalau Pak Shin harus menghormati PSSI karena statusnya sebagai “karyawan”. Sebuah kalimat yang kuno sekali, tapi ya sudahlah. Kita ikuti logikanya.

Sebagai “karyawan yang baik”, sudah sewajarnya Pak Shin bekerja sebaik mungkin. Demi apa? Gaji? Kalau soal gaji, Pak Shin nggak akan melatih PSSI, eh timnas Indonesia, tapi sebuah klub dari Cina. Pak Shin, bekerja demi hasil maksimal. Salah satu caranya dengan membawa staf terbaik.

Para staf yang sudah menemani Shin Tae-yong menghadapi tim-tim raksasa dunia. Para staf yang membantu Pak Shin dan pemain Korea Selatan mengalahkan Jerman di Piala Dunia. Kalau jadi pemain timnas PSSI, saya akan merasa sangat bahagia karena dikelilingi staf kelas dunia. Artinya, kualitas diri ini akan meningkat. Karier di depan akan lebih cerah.

Bung Tommy Welly memandang pernyataan Indra Sjafri sebagai kalimat-kalimat yang tidak mencerdaskan. Meminjam kalimat Bung Towel, maaf-maaf saja, pendapat Om Yeyen Tumena juga sama tidak mencerdaskan.

Om Yeyen datang, langsung menyemburkan ludah saja. Lebih baik diam dan kembali bawain kuis. Ahh, maaf, itu Yeyen Lidya. Maaf ya, saya sering kebalik-bolak.

BACA JUGA PSSI dan Indra Sjafri Mencoreng Arang ke Kening Sendiri atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 25 Juni 2020 oleh

Tags: Indra Sjafrikorea selatanPiala duniaPSSIShin Tae-yongtimnas indonesiaTommy WellyYeyen Tumena
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Kerja sama Pemprov Jawa Tengah dan Korea Selatan di bidang pendidikan yakni beasiswa kuliah. MOJOK.CO
Kilas

Pemprov Jawa Tengah Bakal Kasih Beasiswa Kuliah ke Korea Selatan untuk 100 Siswa, Hasil Kerja Sama dengan Universitas Seowon

27 Agustus 2025
Ketum PSSI Erick Thohir dan Gubernur Jateng Ahmad Luthfi bahas soal Liga 3 dan Liga 4 di Jawa Tengah MOJOK.CO
Kilas

Liga 3 dan 4 bakal Bergulir di Jawa Tengah, Bina Bakat-bakat Muda dari Desa…

8 Agustus 2025
Tinggalkan Probolinggo untuk kerja di Korea Selatan demi bantu Ibu. Dapat cuan gede malah dituduh tetangga jual diri MOJOK.CO
Ragam

Nekat Kerja di Korea Selatan demi Bantu Ibu, Dapat Cuan Gede Malah Dituduh Tetangga Jual Diri hingga Tak Mau Pulang Lagi

17 Juni 2025
Kim Soo Hyun, Skandal Pedofil Menjadi Sisi Gelap Korea Selatan MOJOK.CO
Esai

Ketika Oppa Kesayanganmu Terseret Kasus Pedofil: yang Perlu Dipetik dari Skandal Kim Soo Hyun

13 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.